16

2.2K 285 30
                                    

Langkah Lan WangJi tergesa memasuki lift yang akan membawanya menaiki gedung apartemen dimana dia tinggal. Sikapnya yang biasanya tenang sedikit ternoda dengan ekspresi gelisah yang terpancar di netra emasnya. Kedua tangannya sesekali mengepal di samping tubuhnya sekedar meredakan debaran jantungnya yang kian mengeras. Entah kenapa perasaannya tidak nyaman saat mendadak kakaknya ingin bicara dengannya begitu dia memberi tahu Lan XiChen tentang apa yang dia dengar saat di rumah sakit juga niatnya untuk ke GuSu menemui pamannya. Kakaknya itu bahkan berkata jika kemungkinan besar pamannya itu tidak akan menjawab keingin tahuannya. Lebih dari itu Lan WangJi semakin penasaran sebenarnya apa yang tengah terjadi.

Pria Lan itu menunduk, menatap ujung sepatu yang dikenakannya. Dalam hati ingin sekali agar benda kotak yang membawanya naik bisa berjalan lebih cepat. Beberapa kali Lan WangJi merutuk saat dirasa lift berjalan terlalu lambat.

Mendadak suara aneh muncul dan lift yang dinaikinya bergetar. Lan WangJi reflek berpegangan ke dinding. Lampu di dalam benda kotak itu berkedip beberapa kali. Lan WangJi mendongak, satu tangannya menekan tombol darurat saat tiba - tiba benda yang membawanya naik itu berhenti.

"Apalagi?'' Gumamnya lirih.

Lampu kembali berkedip cepat dan akhirnya padam.

Listrik mati?' Pikirnya.

Lan WangJi menarik napas dalam, berusaha setenang mungkin. Dia tidak masalah dengan kejadian ini. Lan WangJi tidak memiliki phobia di ruangan sempit jadi hal ini tidak masalah. Dia hanya perlu menunggu beberapa saat sampai listriknya menyala, lagipula dia sudah menekan tombol darurat dan sudah pasti petugas akan tahu jika ada yang terjebak di dalam lift.

Lima menit menunggu dan belum ada tanda - tanda yang bagus. Lan WangJi mengeluarkan ponselnya, menyalakan layarnya sekedar memberi pencahayaan di ruangan sempit itu. Dia ingin memberitahu kakaknya jika dia terjebak dalam lift, tapi begitu melihat layar benda tipis di tangannya dan melihat bar sinyal tidak menampilkan guratan apapun membuat kekesalan Lan WangJi kian menumpuk.

Udara dalam ruangan sempit itu mendadak dingin. Dari celah pintu lift Lan WangJi melihat asap hitam menyelinap masuk. Lan WangJi mundur, menghindari entah apa yang ada di bawah kakinya itu. Kedua alisnya menekuk ke bawah saat menyadari asap hitam itu seperti yang dia lihat di kamar rawat Jin ZiXuan.

Dengan perlahat asap hitam naik, semakin banyak dan berkumpul tepat di depan Lan WangJi, tingginya hampir menyamai tubuhnya. Pria Lan itu mengeryit, udara dingin yang memenuhi lift menembus pakaiannya. Masuk ke pori - pori dan menimbulkan sensasi merinding. Kepalanya terasa berat hingga Lan WangJi tanpa sadar mendesis pelan, memejamkan mata untuk menghilangkan perasaan pusing yang melingkupinya. Kesadarannya mulai menghilang saat asap hitam itu mulai menyelubunginya. Lan WangJi tidak tahu apa yang sedang terjadi, yang dia rasakan hanya rasa sakit menyengat di dadanya. Kakinya lemas, hingga tidak lagi mampu menahan bobot tubuhnya. Berlutut dengan satu tangan berpegangan ke dinding, Lan WangJi bernapas berat, terengah seolah baru saja berlari jauh.

Pandangannya mulai mengabur, namun telinganya berdenging keras. Ada suara - suara yang tidak dikenalinya seolah berteriak dalam kepalanya.

Sekelebatan bayangan berganti - ganti layaknya slide film yang diputar cepat. Menunjukkan adegan peperangan yang mengerikan. Lan WangJi merasa dirinya berada di tengah medan pertempuran, tampak kebingungan mencari entah apa. Bayangan berganti menjadi sosok wajah yang tampak sedih, ada air mata yang mengalir di wajah itu. Lan WangJi ingin sekali mengulurkan tangan untuk sekedar menghapusnya, tapi tangannya sulit digerakkan.

Bahkan rasa sakit menyengat di dadanya kian terasa, seolah jantungnya tercabut keluar. Lan WangJi tidak bisa lagi menahannya. Tubuhnya terlalu lemah untuk bertahan, sementara asap hitam semakin menyelimutinya, menenggelamkannya.

A Soul that Wanders in Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang