3

4.9K 517 17
                                    

Wei WuXian berjalan setapak demi setapak menyusuri trotoar dengan cepat. Satu tangannya mengangkat tas ke atas kepala melindungi tubuhnya dari gerimis yang lumayan rapat, tubuhnya sedikit membungkuk. Kemeja kotak merah hitam yang dipakainya melambai seiring dengan langkahnya yang kian cepat.

Merutut dalam hati karena tidak membawa payung, juga kenapa di musim panas begini hujan turun. Jadi memang bukan salahnya jika dia tidak membawa payung.

Trotoar yang dipijaknya semakin basah, bahkan air sudah mulai menggenang di beberapa tempat. Rasanya jika dia terus memaksa melanjutkan perjalanan ke tempat kerja, sampai disana dia akan basah kuyup.

Kepalanya celingukan, memindai dimana dia berada, mencari tempat berteduh. Sudah jam sembilan lebih, toko dan kedai kecil di pinggir jalan rata - rata sudah tutup. Wei WuXian mendapati sebuah kedai mie dengan atap yang sedikit menjorok ke trotoar. Seperti yang lain kedai itu sudah tutup, tapi lumayan untuk tempat berteduh sebentar.

Wei WuXian cepat - cepat berlari kesana. Menepuk - tepuk tasnya yang basah karena dipakai untuk melindungi kepala. Rasa dingin membuat Wei WuXian mengancingkan kemeja yang dipakainya menutupi kaos hitam polos di dalamnya.

Masih terasa dingin, Wei WuXian menggosok - gosokkan telapak tangannya satu sama lain. Sesekali memeluk dirinya sendiri agar tidak terlalu dingin.

Beberapa menit setelah mendapat tempat berteduh, hujan semakin lebat. Wei WuXian kembali merutuk dalam hati. Berjongkok di pinggir trotoar menatapi jalan raya dengan mobil - mobil yang melewatinya.

"Kenapa tidak ada satupun orang lewat?'' Gumam Wei WuXian pada diri sendiri.

Trotoar itu benar - benar sepi, Wei WuXian menganggap dirinya paling sial karena terjebak hujan tanpa ada satu orangpun yang menemani. Bibirnya cemberut, sesekali dia melirik jam yang melingkar di tangannya. Sudah hampir jam sepuluh, itu artinya jam kerjanya sudah hampir mulai dan dia masih jongkok di pinggir jalan dengan mengenaskan.

"Apa terobos hujan saja ya?'' Kerutan terlihat di dahinya. Meski basah, bukannya nanti dia bakal ganti seragam.

Wei WuXian mengangguk - angguk, setuju dengan pemikirannya sendiri.

Dengan sedikit melompat Wei WuXian berdiri. Meregangkan badan siap - siap berlari menerobos hujan.

"Oke, ini hanya hujan. Memang apa masalahnya sedikit basah'' Wei WuXian menyemangati dirinya sendiri. Kakinya di gerakan siap berlari sekuat tenaga.

Belum sampai lima langkah, Wei WuXian dikejutkan dengan sesuatu yang berdiri di depannya. Dengan terpaksa dia menghentikan larinya yang belum bisa disebut lari.

"Ugh... maaf''

Wei WuXian meringis, merasa bodoh kenapa dia harus minta maaf meski dia tahu yang di depannya sepertinya bukan manusia. Manusia mana yang muncul mendadak, berwajah pucat, di tengah hujan deras dan tubuhnya terlihat tidak basah.

Bola mata kelabu Wei WuXian berotasi, memandang ke sekeliling, lalu minggir beberapa langkah ke samping. Sosok yang sepertinya transparan itu mengikuti, seolah tidak mengijinkan Wei WuXian untuk lewat.

'Apa - apaan ini? Tidak seperti biasanya'

Batinnya seraya matanya memindai sesosok roh yang menghalangi jalannya. Tidak hilang akal, Wei WuXian sekali lagi minggir dua langkah ke samping dan seperti yang sudah dia duga, roh itu mengikuti.

Wei WuXian berdecak kesal. Apa yang diinginkan roh itu sebenarnya. Dia tidak mengenal wajah itu apalagi punya urusan dengannya jadi sudah pasti apapun masalah roh itu tidak ada sangkut pautnya dengannya.

Dengan tubuh yang sudah basah kuyup, Wei WuXian memaki dalam hati, kembali minggir dua langkah ke samping secepat mungkin, tidak ingin diikuti roh tadi.

A Soul that Wanders in Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang