Wei WuXian berjalan santai dengan paha ayam di tangannya. Mulutnya sibuk mengunyah makanan hingga menimbulkan suara kecapan yang mengganggu untuk Jiang Cheng yang berjalan disebelahnya. Pemuda itu sedikit mendorong bahu Wei WuXian yang terus saja menyenggol tubuhnya saat berjalan. Kebiasaan. Padahal tidak mabuk, tapi berjalan lurus saja susah sekali.
"Minggir sedikit, kau mengotori bajuku'' Jiang Cheng mengusap bahunya. Potongan ayam di tangan Wei WuXian menyenggol pakaian yang dikenakan Jiang Cheng, mengotorinya dengan noda minyak.
"Cuma sedikit kok, sini aku bersihkan''
Jiang Cheng semakin menjauh begitu Wei WuXian mengulurkan tangan, ingin membantunya membersihkan noda di bajunya. Fuck, tangan Wei WuXian lebih berminyak, bajunya bukannya bersih malah akan semakin kotor.
"Minggir. Jangan menyentuhku dengan tangan kotormu itu'' sergah Jiang Cheng.
Kelopak mata Wei WuXian melebar, menampilkan raut wajah kaget sekaligus terluka. Pandangannya menyendu seolah akan menangis.
Jiang Cheng mengerutkan dahi. Tidak paham dengan reaksi yang ditunjukkan Wei WuXian, hanya saja perasaannya jadi tidak enak.
Wei WuXian menggigit ayam di tangannya untuk terakhir kali, mengunyahnya dengan pelan tanpa ekspresi, lalu membuang tulangnya ke tempat sampah di dekat tiang lampu jalan.
"Kau tega sekali denganku Jiang Cheng. Memang apa yang sudah aku lakukan sampai kau menyebutku kotor'' Tampak setitik air di sudut mata Wei WuXian. Wajahnya memelas dan sangat menyedihkan. Nada suaranya juga terdengar meyakinkan hingga beberapa pejalan kaki yang lewat dan sempat mendengar perkataan Wei WuXian, menyempatkan diri untuk memperhatikan dua pemuda itu bahkan ada yang berbisik - bisik entah apa.
Seketika wajah Jiang Cheng menegang. Bukan karena menyesal sudah membuat Wei WuXian terlihat sedih, anak itu jelas hanya pura - pura dan berlebihan menanggapinya, tapi lebih ke tatapan orang - orang yang seolah menyalahkannya, seolah disini dia adalah penjahat, padahal jelas - jelas Wei WuXian yang punya niat usil dengannya.
"Bukan. Ini salah paham'' Jiang Cheng mengangkat kedua tangan setinggi dada, berusaha menjelaskan apa yang terjadi pada orang - orang yang memandanginya dan terlihat menyalahkannya.
"Jiang Cheng cepat katakan, aku salah apa padamu sebenarnya?''
Wei WuXian makin tidak waras, dengan kedua tangannya yang berlumuran minyak, pemuda itu memegang pergelangan tangan Jiang Cheng erat. Bungsu Jiang itu hanya bisa meringis, menyadari bajunya akan semakin kotor.
Jiang Cheng jadi serba salah. Dalam hati memaki tidak karuan tingkah tidak tahu malu saudara angkatnya itu. Tapi jika dia memarahi Wei WuXian, jelas pemuda itu akan semakin bersemangat bersandiwara sebagai korban dan dirinya adalah penjahat. Mau membujuk juga percuma, Jiang Cheng bukan orang yang pandai berkata - kata manis.
Terlalu bingung, apalagi menghadapi tatapan menghakimi para pejalan kaki. Wei WuXian masih menangis keras dengan air mata buayanya. Jiang Cheng yakin jika Wei WuXian sebenarnya sedang tertawa terbahak - bahak.
Tidak tahu apa yang mesti dia lakukan, Jiang Cheng menyentak kedua tangan Wei WuXian agar genggamannya terlepas dari pergelangan tangannya. Pemuda itu dengan sedikit menghentak, berjalan cepat mendahului Wei WuXian.
"Jiang Cheng! Jiang Cheng!'' Wei WuXian masih betah dengan akting melodramanya yang berlebihan. Satu tangannya terulur ke depan, seakan berusaha meraih Jiang Cheng yang kian jauh layaknya di drama - drama.
"Berhenti main - main. Apa kau tidak punya malu!'' Jiang Cheng berbalik. Posisinya sudah sedikit jauh di depan.
Raut muka Jiang Cheng sudah berubah ungu, kepalanya berasap melihat kekonyolan Wei WuXian, dan seperti sudah dia duga, suara tawa Wei WuXian meledak.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Soul that Wanders in Time
RandomWei WuXian baru menyadari bahwa jiwanya tidak sepenuhnya lengkap tanpa kehadiran Lan WangJi di hidupnya. Disc: MDZS by MXTX