20

2K 238 11
                                    

"Sayang, kau dengar?''

Pria yang tengah menyetir menatap tangan istrinya yang memegang lengannya cukup kencang, kemudian menatap wajah wanita yang duduk di sampingnya dengan pandangan bertanya.

"Berhenti dulu. Aku mendengar sesuatu''  si wanita menatap lurus ke depan. Matanya menyipit, berusaha menajamkan pandangannya tapi yang lebih penting wanita itu berusaha mendengarkan sesuatu yang lain di tengah hujan yang mengguyur. Tidak terlalu deras memang, tapi cukup membuatnya kesulitan untuk mendengar lagi suara lemah yang sempat tertangkap telinganya.

"Ada apa?'' Si pria menepikan mobilnya.

Mereka berdua masih berada di area perbukitan. Satu - satunya jalan yang bisa mereka lewati untuk keluar dari kota Yiling. Jalannya, meski halus dan beraspal, namun karena hujan yang turun sejak sore hari membuat jalanan licin dan cukup berbahaya.

Pasangan suami istri itu baru saja menghadiri acara salah satu kenalannya yang diadakan di Yiling. Bisa saja keduanya menginap dan tidak memaksakan diri untuk pulang jika saja mereka tidak mendapat kabar jika putra kedua mereka mendadak sakit. Sebagai orang tua tentu saja mereka lebih memilih untuk merawat anak mereka dibanding harus menginap hanya karena alasan hujan dan jalanan licin. Tapi, saat ini si istri seolah mendengar sesuatu yang aneh diantara suara hujan yang membentur atap mobil yang mereka tumpangi.

"Ada suara tangisan bayi. Kau tidak dengar?''

Sang suami mengeryit, dahinya berkerut memandang istrinya dengan tatapan aneh seolah mengatakan untuk tidak bercanda di tempat seperti ini.

"Tidak ada apa - apa'' sang suami memiringkan kepala ''Mungkin kau salah dengar Sayang'' satu senyuman lembut terpulas di wajah tampan itu, berusaha menenangkan ketegangan di wajah istrinya. Tangannya terulur mencoba mengusap rambut hitam panjang istrinya yang tergerai lurus.

"Ckk.. aku tidak bercanda'' si  istri nampak kesal karena si suami tidak mempercayainya.

Si suami sudah akan membantah namun keduanya melihat di kejauhan, beberapa meter di depan tampak sebuah mobil berhenti. Sedikit terlindung oleh jalan yang menikung, tapi bagian belakang mobil itu masih nampak. Awalnya mereka tidak memperhatikan, karena selain hujan yang menghalangi pandangan mereka, keduanya lebih fokus untuk mencari suara yang tadi didengar si wanita.

"Akan aku lihat'' si suami berniat turun untuk mencari tahu apa yang terjadi. Mungkin saja pengemudi mobil di depan mereka butuh bantuan.

"Tapi...'' kali ini justru si wanita terlihat ragu. Wajahnya menyiratkan kekhawatiran. Wajar sebenarnya, di jalan perbukitan di tengah hujan, malam hari dan ada mobil yang berhenti, mungkin saja itu mobil penjahat atau sesuatu yang tidak baik lainnya.

Sang suami tersenyum lembut, mengusap tangan istrinya yang sedang memegangi lengannya, mencegahnya untuk tidak keluar.

"Tidak apa - apa. Kau tunggu disini. Kalau ada sesuatu yang membahayakan, telepon polisi'' mendengar perkataan suaminya, meski enggan dan masih ragu, si wanita perlahan melepaskan pegangannya di lengan sang suami.

"Hati - hati'' ucapnya pelan.

Dengan menggunakan jaket sebagai penutup kepala, pengganti payung, si pria keluar dari mobil, berlari kecil mendekati mobil yang terparkir sekitar sepuluh meter di depan mereka.

Sang istri tetap duduk di dalam mobil. Kedua tangannya saling meremas satu sama lain. Beberapa kali wanita itu menggigit bibirnya, rasa cemas yang ditujukan untuk suaminya sedikit mengalihkan pikirannya dari putra keduanya yang sekarang sedang sakit. Wanita itu bahkan tidak menyadari ponsel yang tergeletak di dashboard mobil menyala dan berbunyi sekali, menandakan ada pesan masuk. Perhatiannya sekarang tertuju keluar dimana suaminya tadi menghilang.

A Soul that Wanders in Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang