23

1.7K 234 16
                                    

Situasinya menjadi tidak bagus untuk tiga orang yang terjebak di dalam mobil dengan hanya satu pilihan yaitu terus maju. Tidak mungkin mereka akan berhenti mengambil resiko lebih besar. Lan XiChen dengan piawai mengendalikan kemudi agar kendaraan itu berjalan dengan baik sambil terus menambah kecepatan.

Mobil berwarna putih itu melesat cepat layaknya terbang di jalanan malam wilayah GuSu yang untungnya lumayan lengang, karena kebetulan daerah tempat tinggal keluarga Lan sedikit jauh dari pusat kota dimana perekonomian berputar. Meski begitu bukan berarti daerah itu sepenuhnya sepi. Masih ada beberapa mobil dan kendaraan pengangkut logistik melintas disana. Lan XiChen harus eksta hati - hati agar tidak membahayakan pengguna jalan lain.

Setelah satu peluru yang menembus kaca belakang mobil mereka, beberapa kali dua mobil yang masih mengikuti kakak beradik Lan dan tentunya Wei WuXian, melepaskan tembakan. Peluru mengenai badan mobil, menimbulkan bunyi benturan yang mengagetkan. Bahkan salah satu peluru sudah mengenai satu kaca spion, mengakibatkan salah satu bagian mobil itu hancur.

"Siapa mereka?''

Lan XiChen berseru di tengah usahanya mengendalikan kendaraan agar tetap berjalan dengan baik.

Lan WangJi tidak memiliki jawaban atas pertanyaan kakaknya. Netra emasnya melirik Wei WuXian yang masih duduk tenang di kursi belakang setelah tadi kepalanya hampir terkena tembakan. Pemuda itu duduk bersandar dengan kedua lengan memeluk erat ransel di dadanya. Kepalanya menunduk, ujung jarinya memainkan lonceng berbentuk kelopak bunga yang sempat hilang, menggoyangkannya pelan, hingga menimbulkan suara denting ringan bernada tinggi.

"Aku tidak tahu''

Lan WangJi menoleh lagi ke belakang. Melihat dua mobil yang mengejar mereka semakin dekat. Lan WangJi ingin memperingatkan kakaknya, tapi mulutnya segera ditutup begitu melihat wajah Lan XiChen yang tegang. Selama ini dia jarang bahkan hampir tidak pernah melihat ekspresi wajah selain kelembutan dan senyuman pada Lan XiChen. Melihat wajah tegang kakaknya membuat Lan WangJi enggan untuk bicara, lagipula Lan XiChen pasti sudah tahu jika orang - orang yang mengejarnya sudah semakin dekat.

Bahu Wei WuXian tersentak sedikit begitu desingan peluru menghantam badan mobil sekali lagi. Lan XiChen menginjak pedal gas semakin dalam, menambah laju kecepatan mobil yang dikendalikannya. Benda besi itu melesat semakin cepat sampai seolah terbang di atas jalanan beraspal yang licin oleh air hujan yang tiba - tiba turun.

"Hujan'' gumam Lan XiChen.

Lan XiChen berbelok ke kanan, dia mengubah tujuannya, tidak lagi ke rumah utama keluarga Lan karena jelas itu akan membahayakan pamannya, lebih baik dia membawa dua mobil yang mengejar mereka ke arah yang lebih jauh.

"Kak XiChen awas!''

Seruan Wei WuXian membuat Lan XiChen membanting kemudinya ke kanan demi menghindari seorang pejalan kaki yang ingin menyeberang. Seorang wanita terjatuh di trotoar jalan, wajahnya memucat begitu menyadari dia hampir terserempet mobil yang dikemudikan dengan kecepatan tinggi.

Lan XiChen sempat menoleh ke belakang sebentar, memastikan siapapun wanita itu selamat dan tidak ada hal serius yang terjadi. Hanya saja dia tidak bisa melakukan itu terlalu lama. Mobil yang mengikuti mereka terus mengejar tanpa ada tanda - tanda akan menyerah.

"Kita kemana?'' Tanya Lan WangJi yang sejak tadi terus diam.

"Yang pasti berusaha lepas dulu dari mereka'' Lan XiChen melihat dua mobil hitam itu dari kaca spion, memastikan jika dia sudah membuat jarak yang cukup jauh.

"Wei Ying kau baik - baik saja'' Lan WangJi mengulurkan tangan, berusaha menyentuh Wei WuXian. Wajah pemuda itu memucat saat sekali lagi terdengar benturan peluru dengan badan mobil.

A Soul that Wanders in Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang