Langkah kaki Lan WangJi terasa begitu ringan, sesuatu hal yang aneh karena dirinya sekarang berada di lereng perbukitan tandus dengan bebatuan besar di kiri kanannya dan Lan WangJi jelas menyadari bahwa dirinya berjalan menaiki bukit itu, tapi sama sekali dia tidak merasakan lelah. Langkahnya mudah seolah tidak ada gravitasi yang menariknya.
Semakin jauh langkahnya, jalanan semakin sulit -seharusnya- barisan batuan besar dan kecil siap mencelakakan siapapun yang tidak berhati - hati. Lan WangJi berhenti sebentar hanya untuk menghirup napas dalam, kepalanya menengadah melonggarkan pernapasannya.
Sayup - sayup di kejauhan suara seruling mengalun pelan. Nadanya begitu lembut mengalun menenangkan. Menghipnotis siapapun yang mendengar. Tidak terkecuali Lan WangJi yang segera tersadar dan mempercepat langkahnya. Meski masih kebingungan dengan keberadaan dirinya, namun suara alunan nada seruling itu seolah menuntunnya untuk mendekat.
Di bagian bukit tertinggi, di tepi tebing yang curam, Lan WangJi menemukan sumber dari suara indah yang diikutinya. Angin bertiup kencang di atas bukit, Lan WangJi tertegun melihat pemandangan indah di depannya.
Sosok dengan pakaian serba hitam berdiri di tepi tebing, membelakanginya. Rambut panjangnya yang diikat dengan pita merah bergerak mengikuti angin berhembus, pun ujung pakaiannya ikut bergerak menciptakan gerakan bak tarian indah sang penari.
Lan WangJi meneruskan langkah, berusaha mendekat, mengulurkan tangan ingin meraih bahu sosok yang masih membelakanginya.
Gemerisik suara langkahnya nampaknya terdengar. Suara seruling berhenti, langkah kaki Lan WangJi ikut terhenti. Pria Lan itu menahan napas tanpa sadar saat sosok itu bergerak, membalik badannya dan menatapnya dengan iris merahnya. Sebuah senyuman menyambut.
Lan WangJi tidak bisa bergerak. Tubuhnya kaku di tempatnya berdiri. Lan WangJi terpana dengan paras menawan yang seharusnya dia kenal, tapi nyatanya tidak dia kenal.
"Ah... Lan Er Gongzi'' suaranya indah, mengalun lembut dengan cara yang berbeda. Lan WangJi merasa bulu burung merak menggelitik indra pendengarnya.
"Senang akhirnya bisa bertemu denganmu'' sosok berpakaian hitam itu mengangkat tangan, memberi penghormatan dengan sedikit membungkukan tubuhnya.
"Siapa kau?''
Lan WangJi kebingungan. Suaranya keluar tanpa dia sadari seolah dirinya tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri. Lan WangJi ingin bergerak maju, otaknya memerintahkan tubuhnya untuk maju namun yang terjadi adalah mendadak dia mengacungkan sebilah pedang dengan pendar putih layaknya es ke arah sosok itu. Lan WangJi bahkan tidak sadar kapan dia membawa pedang.
Sosok berpakaian hitam itu tertawa pelan. Tidak ada raut takut terpeta di wajahnya meski ujung pedang berjarak hanya beberapa mili dari mata kirinya. Dengan gerakan ringan, sosok itu mundur selangkah. Seruling di tangan kanannya diangkat, menyingkirkan ujung pedang agar tidak terarah padanya.
"Lan Er Gongzi terkenal dengan kebijaksanaannya. Tidak sepatutnya bertanya dengan menghunus pedang di tangan. Bukankah lebih baik jika kita bicara dengan tenang agar lebih akrab'' sosok itu mengaitkan kedua tangan di belakang punggung, melompat kecil ke samping lalu berjalan pelan mendekati Lan WangJi.
Pandangan Lan WangJi tidak pernah beralih dari sosok yang mendekatinya dan tersenyum seolah mereka adalah teman lama yang tidak sengaja bertemu di jalan dan saling menyapa. Tidak ada tanda - tanda sosok itu akan menyerang, Lan WangJi menyarungkan kembali pedangnya. Memilih mengikuti sosok yang memutari tubuhnya dengan tatapan matanya.
"Siapa kau?'' Lan WangJi mengulangi pertanyaannya.
"Aku?'' Sosok itu menunjuk dirinya sendiri dengan telunjuknya ''Aku bukan siapa - siapa'' jawabnya singkat, dengan intonasi ringan dan senyum yang tidak pudar sedikitpun.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Soul that Wanders in Time
RandomWei WuXian baru menyadari bahwa jiwanya tidak sepenuhnya lengkap tanpa kehadiran Lan WangJi di hidupnya. Disc: MDZS by MXTX