Udara mendingin dengan atmosfer yang mencekam. Suasana bukit di kota Yiling dipenuhi manusia - manusia bersenjatakan pedang dan busur panah di tangan. Angin bertiup kencang, menerbangkan debu yang menyesakan napas saat terhirup dan membuat pandangan terbatas. Seharusnya hari belum malam, tapi cahaya seolah enggan menerangi bukit itu. Gumpalan awam gelap di langit menghalangi cahaya matahari sampai ke bumi. Tidak ada hujan tapi kilat menyambar tanpa henti, menggetarkan banyak jiwa yang kini tengah bertarung melawan entah apa di depan mereka. Yang mereka tahu hanyalah gumpalan kabut hitam yang melayang, meliuk layaknya asap namun disaat itu juga bisa tiba - tiba berubah layaknya lengan - lengan yang mencekik leher mereka.
Bukan kabut hitam aneh saja yang membuat nyali hampir semua orang yang ada disana menyusut hingga titik terendah. Aroma busuk yang menguar dari puluhan atau mungkin ratusan tubuh dengan kulit menghitam dan melepuh juga darah dan lendir menjijikan membuat mual siapapun yang menghirup. Mayat - mayat tampak berjalan pelan dengan mulut menganga, berbagai macam luka di tubuh mereka masih mengeluarkan darah. Menggapai ke depan, berusaha meraih siapapun yang berada dalam jangkauannya, tidak peduli meski sabetan dan tusukan pedang ataupun tikaman anak panah menghujani mereka. Mayat - mayat itu tetap akan bangkit lagi menggigit dan mencakar setiap manusia yang berhasil diraihnya. Hanya saat tangan dan kaki mereka hilang saja, mayat - mayat itu baru bisa dihentikan.
Alunan suara seruling terus terdengar, meski sempat terputus beberapa saat namun itu tidak lama. Alunan yang tadinya tenang berubah menjadi lebih kasar dan suram seolah penuh kemarahan dan kebencian.
"Dasar iblis, bersiaplah untuk mati sekali lagi'' teriakan keras dikumandangkan.
Satu sosok berpakaian putih melesat ke udara dengan sebilah pedang keperakan berpendar di tangannya. Ada kilatan cahaya biru indah dari pedang itu, menembus kabut hitam yang menghalangi hingga tercerai berai menumbangkan puluhan mayat hidup hanya dengan kilaunya.
Sosok lain yang memainkan seruling melompat kecil, menjauh dari serangan sosok berbaju putih. Permainannya terhenti sesaat, hanya untuk menampilkan seringai tipis di wajahnya.
Mata merahnya menatap tajam puluhan atau mungkin ratusan orang yang sudah bersusah payah mendatanginya. Dia tahu itu adalah prajurit kerajaan. Hanya saja ada satu orang yang membuatnya menggertakan gigi. Bukan sosok dengan pedang indah di tangannya, atau para pengikutnya yang semuanya berpakaian putih, tapi orang yang sudah memimpin pasukan untuk mengepung dan membunuhnya.
Mata merahnya menatap penuh amarah pria tua yang kini tengah berteriak keras memberi semangat pada semua prajurit untuk tidak takut melawan semua kekuatan gelap yang mengepung mereka. Pria berjanggut dengan pakaian perang mewah berwarna emas dan lambang bunga di punggungnya. Pria yang sudah memanggilnya ke dunia ini sekaligus yang sudah dibantunya hingga sekarang bisa mencapai posisi puncak dengan membinasakan semua musuhnya dan pria itu kini berbalik menusuknya.
Dia pikir semudah itu menyingkirkan seorang Yiling Laozu yang bahkan pernah hampir meruntuhkan langit, jangan harap' dengusan meremehkan dilontarkan sosok serba hitam yang sejak tadi memainkan seruling.
Tubuh rampingnya melesat menghindari serangang sosok berpedang yang dia tahu adalah salah satu tetua bangsawan Lan. Salah satu keluarga bangsawan yang terkenal akan kebijaksanaanya. Dan sekaligus terkenal karena kemampuannya membasmi iblis.
Yiling Laozu rasanya ingin tertawa saja. Mengingat dirinya memiliki hubungan yang aneh dengan salah satu anggota keluarga itu. Hanya saja sepertinya dia tidak ikut. Dia tidak melihat sosok pria menawan yang ada dipikirannya diantara beberapa pria berpakaian putih lainnya. Meski dia tahu kalau semua pria di keluarga Lan itu menawan.
Cih, bisa - bisanya memikirkan hal tidak penting disaat seperti ini' gumamnya lirih.
"Yiling Laozu, kau bersekongkol dengan keluarga Wen dan membunuh banyak orang. Dosamu tidak terampuni!'' Teriakan pria berjenggot dengan pedang teracung di tangannya membuat sebelah alis sang Yiling Laozu terangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Soul that Wanders in Time
RastgeleWei WuXian baru menyadari bahwa jiwanya tidak sepenuhnya lengkap tanpa kehadiran Lan WangJi di hidupnya. Disc: MDZS by MXTX