Lan XiChen masih tidak memiliki bayangan apa yang ingin dibicarakan oleh pamannya. Jarang sekali Lan QiRen menyuruhnya pulang dengan perintah yang kedengarannya mendesak seperti ini. Anak sulung keluarga Lan itu memasuki rumah besar bergaya semi tradisional milik keluarganya. Dari luar, rumah keluarga Lan memang terlihat masih tradisional, mempertahankan modelnya sejak dulu, tapi tentu saja bagian dalam sudah mengikuti perkembangan jaman dengan perabot barang elektronik terkini, meski di beberapa sudut masih tetap terasa sentuhan tradisionalnya.
Lan XiChen tidak asing dengan rumah ini. Dia pernah tinggal di rumah itu hingga berusia enam tahun sebelum keluarganya pindah ke rumah yang lebih kecil karena Lan WangJi, adiknya entah kenapa tidak nyaman berada di rumah itu. Adiknya saat itu berusia dua tahun saat meninggalkan rumah ini.
Bukan berarti dia tidak pernah mendatangi rumah itu lagi sejak pergi. Lan XiChen sering berkunjung, sekedar bermain saat masih kecil atau menjenguk pamannya yang hanya tinggal seorang diri. Beberapa kali Lan XiChen juga mengajak adiknya, namun Lan WangJi akan berakhir murung atau menangis tanpa alasan. Dan akhirnya Lan XiChen berhenti mengajak adiknya kesana.
Saat dewasa, meski tidak lagi menangis, Lan WangJi tetap enggan ke rumah itu, entah kenapa. Lan XiChen tidak pernah mendapat jawaban yang pasti dari adiknya.
Rumah itu masih sama. Saat memasuki gerbang akan di sambut dua pohon willow besar di kiri kanannya seolah menyambut orang yang akan masuk. Daunnya rimbun, namun dipangkas dengan rapi hingga tidak menimbulkan kesan suram. Ada jalan setapak yang dibuat dari susunan batu - batu sungai yang diratakan, tertanam ke dalam tanah. Rumput hijau yang selalu terawat di kiri kanannya.
Ada kolam teratai di sudut halaman sebelah kanan. Permukaan airnya sedikit berkabut meski sekarang musim panas, menutupi daun teratai yang mengapung di permukaannya. Sesuatu yang sedikit aneh tapi Lan XiChen tidak pernah menanyakannya. Tangkai tanaman teratai dengan bunga diujungnya mencuat dari balik kabut. Ada beragam warna. Putih, ungu ataupun biru. Bunga itu seolah melayang karena daunnya tidak terlihat.
Lan XiChen melangkah cepat setelah melirik sebentar pada tanaman teratai dan juga taman zen di halaman sebelah kiri. Taman Zen yang gersang dengan pasirnya tidak terlalu menarik Lan XiChen, tapi saat musim dingin tiba pasir tandus itu akan tertutupi salju dan itu lebih terlihat indah dibanding harus memandangi pasir.
Bangunan setelah melewati jalan setapak bukanlah bangunan utama. Itu nampak seperti gerbang kedua, atau mungkin benteng dengan gerbang khas berukiran naga di bagian atasnya dan papan nama dimana tertulis nama bangunan itu. Lan XiChen menjangkahi ambang pintu yang dibuat sedikit lebih tinggi dengan anggun. Jembatan pendek dan kolam teratai yang kali ini cukup besar menyambutnya. Di seberang jembatan itulah bangunan utama keluarga Lan berdiri. Ayahnya bilang itu sudah berumur ratusan tahun, mungkin juga ribuan, dengan struktur dan model masih sama. Setiap generasi yang tinggal disana tidak ada yang berani dan lancang mengubah pola dasar rumah itu. Mereka percaya rumah itu dibangun berdasarkan hitungan feng shui yang rumit. Sudah dipikirkan masak - masak bagaimana rumah itu akan membawa kebaikan bagi penghuninya dan menolak energi negatif dari luar.
Lan XiChen sedikit miris mengingat semua kebaikan dari rumah itu, nyatanya tidak bisa membuat Lan WangJi merasa nyaman. Lan XiChen memasuki rumah dengan mendorong pintunya pelan. Udara segar dari pengharum ruangan masuk ke indra penciumannya. Aroma hutan pinus yang menenangkan, tapi Lan XiChen tidak punya waktu banyak meski hanya untuk menikmati kesegaran udara rumah itu. Kakinya bergegas melangkah ke salah satu bagian rumah dimana pamannya biasanya berada.
Sesepuh keluarga Lan itu tengah duduk di balik meja kerjanya. Membuka - buka berkas yang harus dia kerjakan. Saat pendengarannya menangkap seseorang memasuki ruangannya, Lan QiRen menghentikan semua aktifitasnya lagi. Menyambut salah satu keponakannya yang paling bisa diandalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Soul that Wanders in Time
SonstigesWei WuXian baru menyadari bahwa jiwanya tidak sepenuhnya lengkap tanpa kehadiran Lan WangJi di hidupnya. Disc: MDZS by MXTX