"Wei Ying, kembalilah''
Suara Lan WangJi begitu lirih, hampir tidak terdengar. Dibisikkan tepat di samping telinga Wei WuXian. Lan WangJi masih enggan untuk melepaskan pelukannya di tubuh pemuda yang kini bahkan tidak mengenalinya. Darah yang keluar dari luka di tubuhnya semakin banyak.
Lan WangJi merasa lemas, tapi tetap menolak untuk melepaskan Wei WuXian, meski rangkulan lengannya semakin melemah. Kesadarannya bahkan hampir menghilang. Kedua matanya meredup dan perlahan terpejam, namun ada segaris senyum tipis yang tidak kentara di bibir pria itu.
"Lan Zhan''
Lan WangJi hampir tidak mendengar suara panggilan yang ditujukkan untuknya itu. Suara itu hanya sayup - sayup lirih memasuki telinganya yang entah kenapa tiba - tiba berdenging, memblokir suara yang datang dari luar, mencegahnya mendengar seruan pemuda yang sejak tadi dipeluknya erat.
____
Wei WuXian menggerakkan tangannya brutal, berusaha meraih apapun yang bisa digapainya untuk mempertahankan tubuhnya agar tidak terus terjatuh. Dinding tebing di hadapannya lurus tanpa apapun, membuat usahanya menjadi sia - sia untuk menyelamatkan hidupnya.
Wei WuXian ketakutan. Rasa takut yang belum pernah dia rasakan sepanjang dua puluh tahun lebih hidupnya. Pikirannya secara otomatis memutar semua kenangan yang dia miliki dengan semua orang yang dia sayangi. Saat dia masih berada di Yiling, bersama teman - temannya disana. Tentang paman Jun yang selalu membawakannya makanan enak juga tentang nenek yang selalu menceritakan dongeng sebelum dia tidur.
Lalu keluarga yang lain satu persatu muncul. Wei WuXian ingat saat pertama kali Jiang FengMian menjemputnya dan membawanya ke YunMeng. Paman Jiang sangat baik, meski punya istri yang ketus, ada sekelumit rasa hangat yang menyesakkan tiba - tiba dirasakan Wei WuXian saat tubuhnya melayang. Dia sudah berhenti memberontak, hanya diam sambil memejamkan mata, berusaha mengingat dan menyimpan semua kenangan indah yang dia miliki.
Ada senyum samar di bibirnya saat mengingat Jiang Cheng. Teman dan saudara yang paling disayanginya. Wei WuXian merasa bersalah karena terlalu sering menjahilinya, lalu Jiang YanLi yang lembut. Wei WuXian bahkan seolah mendengar panggilan kakak perempuannya itu. Ada air mata menetes di sudut matanya.
"Maaf semuanya''
Gumaman lemah itu hanya bisa di dengar oleh dirinya sendiri. Ingatannya ternyata masih belum berhenti. Samar Wei WuXian mendengar ada orang yang memanggilnya. Memanggilnya dengan nama yang lain. Tapi entah kenapa terasa begitu akrab dan benar. Bahwa itu memang namanya. Bahwa yang dipanggil adalah dirinya.
"Sangat indah. Bisa kau memainkannya lagi?''
Wei WuXian tersentak, matanya terbuka dengan tiba - tiba begitu bayangan aneh muncul di kepalanya. Dalam sekilas di pikirannya Wei WuXian merasa duduk di atas batu dengan hamparan rumput dan semak rendah di sekelilingnya, bersandar pada punggung seseorang yang juga duduk membelakanginya.
Hanya sekilas dan begitu cepat, tapi Wei WuXian bisa dengan jelas melihat jika pria berpakaian putih yang duduk membelakanginya adalah Lan WangJi dan orang kedua yang berada di sampingnya adalah dirinya. Wei WuXian yakin itu dirinya, tapi dia tidak mengenali wajahnya sendiri.
"Kenapa bisa begini?''
Satu pertanyaan untuk dua hal yang berbeda, karena mendadak Wei WuXian tidak lagi merasakan tubuhnya melayang jatuh. Tapi jelas dia belum menyentuh tanah. Tubuhnya mengambang di udara. Bukan mengambang, yang sebenarnya adalah kumpulan kabut hitam yang entah darimana menahan tubuhnya. Membelitnya dan menahannya untuk tidak jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Soul that Wanders in Time
AléatoireWei WuXian baru menyadari bahwa jiwanya tidak sepenuhnya lengkap tanpa kehadiran Lan WangJi di hidupnya. Disc: MDZS by MXTX