Rasanya Wei WuXian sudah hampir menggigiti kuku jarinya hingga habis, tapi perasaan tidak tenang sejak bertemu Lan XiChen beberapa jam yang lalu tidak juga hilang. Mengingat bagaimana ekspresi dan cara bicara kakak Lan WangJi itu, juga permintaannya membuat Wei WuXian penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Seingat Wei WuXian, Lan XiChen adalah orang yang ramah, setiap kali dia bertemu dengannya, pria itu selalu tersenyum hangat, tapi kali ini berbeda, Wei WuXian merasa Lan XiChen marah padanya dan apa - apaan dengan menyuruhnya pergi begitu saja saat dia baru saja kembali membeli obat bahkan Lan XiChen tidak mengijinkannya untuk berpamitan dengan Lan WangJi.
Pria itu memang masih memperlakukannya dengan sopan, mencarikan dia taksi sebelum dia pergi, tapi setidak pekanya Wei WuXian dia masihlah tahu jika Lan XiChen tidak menyukai keberadaannya kala itu dan yang menjadi pertanyaan tentu kenapa sulung Lan itu bersikap begitu padanya. Apakah Wei WuXian sudah berbuat salah padanya tanpa dia tahu.
Wei WuXian berhenti menggigiti kuku jarinya, menaruh kedua lengannya di samping tubuh dengan telapak tangan bertumpu pada kasur yang menjadi alas duduknya.
Punggung Wei WuXian tegak, duduk di atas ranjang di kamarnya, mengamati pantulan dirinya di cermin yang menempel di dinding. Pemuda itu sedang berusaha mengingat apa yang sudah dia lakukan sebulan ini, apakah dia melakukan hal konyol yang menyinggung orang lain. Beberapa menit terlewati dan Wei WuXian yakin dia tidak melakukan kesalahan, atau dia melakukannya secara tidak sadar.
Kelopak matanya melebar. Bisa jadi seperti itu bukan. Dia sudah mencelakai orang secara tidak sadar dan mungkin itu terjadi lagi tanpa dia tahu.
"Apa yang terjadi dengan Lan Zhan?'' Gumamnya.
"Pulanglah dan sebaiknya jangan bertemu WangJi lagi,''
"Memangnya kenapa dengan Lan Zhan?''
"WangJi akan baik - baik saja jika kalian tidak perlu bertemu lagi,''
Wei WuXian menekan pelipisnya, perkataan Lan XiChen terus menerus berulang di kepalanya, membuat Wei WuXian menduga jika kondisi Lan WangJi sekarang karena dia, tapi bagaimana bisa karena dia. Apa hubungannya kondisi Lan WangJi dengannya.
"Kau ingin tahu?''
Wei WuXian tersentak. Kepalanya menoleh ke sekeliling, memindai seluruh ruangan. Dia mendengar seseorang. Suara itu jelas di kepalanya tapi dia tidak bisa melihat sosoknya dimana.
"Aku di sini. Di depanmu,''
Wei WuXian mengeryit, mengamati apa yang ada di depannya. Hanya ada cermin yang menempel di dinding. Wei WuXian mencoba mendekat dengan pelan, mengamati apa yang terpantul disana. Ada bayangan seseorang di sana. Banyangan yang seharusnya miliknya, tapi dalam penglihatan Wei WuXian kali ini, bayangan itu terlihat berbeda. Raut wajahnya berbeda, senyumnya berbeda, meski pakaian dan penampilannya masih seperti dirinya.
Wei WuXian mundur, menjauh dari cermin dengan wajah pucat dan ekspresi terkejut yang tidak bisa dia sembunyikan. Pemuda itu terus mundur menjauh sampai kakinya menabrak tempat tidur di belakangnya, membuatnya terpaksa berhenti.
"Kau... XuanYu,''
"Senang kau masih mengingatku, tapi waktu berlalu belum begitu lama, kau tentu masih mengingatku,''
Tampak bayangan di dalam cermin itu mengangkat bahu tak acuh dengan bola mata berputar malas.
"Tapi, aku pikir kau...,''
Wei WuXian kebingungan, dia ingin mengatakan bagaimana mungkin Mo XuanYu belum menghilang, bukankah semuanya sudah selesai, bukankah Mo XuanYu sudah membalas semua dendamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Soul that Wanders in Time
RandomWei WuXian baru menyadari bahwa jiwanya tidak sepenuhnya lengkap tanpa kehadiran Lan WangJi di hidupnya. Disc: MDZS by MXTX