15

2.3K 289 5
                                    

"Jiang Cheng kau mau membawaku kemana sih?''

Wei WuXian sudah lelah saat pergelangan tangannya dicekal dan tubuhnya ditarik oleh Jiang Cheng. Melewati koridor kampus yang ramai, bahkan menabrak beberapa temannya yang lewat, tapi saudara angkatnya itu masih tidak membuka mulut dan menjawab pertanyaannya. Jiang Cheng juga tidak mempedulikan segala rengekannya. Wajah saudaranya itu terlihat serius, tidak ada raut kesal dan jengkel yang biasanya selalu ada disana dan itu jelas membuat Wei WuXian heran.

Ada apa sih dengan anak ini' batinnya bingung.

Merasa segala rengekannya tidak mempan, Wei WuXian memilih mengikuti saja kemana Jiang Cheng menariknya. Sesekali pemuda itu akan melambai senang dengan satu tangannya yang bebas saat melewati temannya, atau sekedar mengedip genit pada gadis - gadis saat berpapasan, menghasilkan cekikikan dari para gadis melihat tingkah pemuda itu.

Jiang Cheng bukannya tidak tahu yang dilakukan Wei WuXian, tapi dia diam saja. Tidak berkomentar apapun. Hal yang ingin dikatakan lebih penting dari sekedar menanggapi tingkah genit Wei WuXian.

Jiang Cheng menghentikan langkahnya begitu keduanya berada di belakang gedung kesenian, berdiri di bawah pohon mapple yang daunnya mulai memerah, sepertinya musim panas akan segera berakhir.

Wei WuXian menabrak punggung Jiang Cheng karena berhenti mendadak, menghasilkan pelototan dari yang lebih muda.

"Kita mau apa disini?'' Wei WuXian mengusap pergelangan tangannya yang terasa kebas dan sedikit sakit karena Jiang Cheng mencengkeramnya kencang. Bibirnya merengut, melirik Jiang Cheng dari sudut mata.

Jiang Cheng tidak segera menjawab. Pemuda itu mengamati Wei WuXian dari atas hingga bawah dengan tatapan yang sulit diartikan, sama sekali tidak mempedulikan gerutuan Wei WuXian akan sikapnya.

"Kau sebenarnya kenapa?'' Wei WuXian meletakan kedua tangan di pinggang, mengangkat sedikit dagunya meminta penjelasan.

"Malam saat Jin ZiXuan kecelakaan kau ada dimana?'' Tanya Jiang Cheng.

"Huh...?'' Wei WuXian mengeryit ''Bukankah sudah aku beritahu''

"Wei WuXian jangan berbohong padaku'' sentak Jiang Cheng keras. Untung saja tempat mereka berada sepi, tidak ada orang, jadi tidak perlu ada yang mendengar.

Wei WuXian tidak mengerti kenapa Jiang Cheng terlihat marah. Dia merasa tidak membuat masalah akhir - akhir ini. Dan sekalipun dia membuat masalah Jiang Cheng juga tidak bereaksi berlebihan seperti sekarang. Apalagi sampai menuduhnya berbohong. Wei WuXian memang suka membuat onar, tapi sekalipun dia tidak pernah berbohong pada keluarganya.

"Aku berbohong dimananya? Aku berada di tempat Xiao Laoshi. Kalau kau tidak percaya kita bisa menemuinya sekarang atau menelponnya'' Wei WuXian merogoh saku celana, mengeluarkan benda tipis itu dari sana.

"Kau yakin?'' Tangan Jiang Cheng menahan pergerakan Wei WuXian yang tengah mengotak - atik ponselnya.

"Tentu saja''

"Kalau memang begitu, kenapa lonceng milikmu bisa berada di dekat mobil Jin ZiXuan yang terjun bebas ke sungai?''

"Itu karena...Apa?!'' Kelopak mata Wei WuXian melebar matanya berkedip beberapa kali, terkejut begitu menyadari perkataan Jiang Cheng.

Jiang Cheng tidak memberitahunya saat pemuda itu mengembalikan lonceng miliknya dan membuat Wei WuXian penasaran, tapi menahan keinginan untuk bertanya dan lebih memilih mengambil kesimpulan sendiri.

"Seseorang memberikan lonceng itu bersama barang - barang Jin ZiXuan yang lain saat di rumah sakit'' Jiang Cheng menunduk, tapi kedua tangannya yang berada di samping tubuhnya mengepal erat.

A Soul that Wanders in Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang