41

1.2K 166 17
                                    

Langkah kaki setengah berlari dari Jiang FengMian terdengar di koridor rumah sakit. Berderap dan rapat. Menimbulkan suara ribut yang jelas mengganggu. Beberapa perawat yang melihat memperingatkannya untuk berjalan lebih pelan, tapi Jiang FengMian tidak peduli. Keringat mengalir di pelipisnya. Napasnya memburu karena berlari sejak dia masuk ke dalam gedung rumah sakit. Kekhawatiran jelas tercetak di wajahnya.

"Bagaimana A Xian?'' Jiang FengMian langsung menghampiri putrinya begitu melihat Jiang YanLi yang tengah berdiri di depan sebuah pintu ruangan. Kedua tangannya saling bertaut, berusaha menyembunyikan tremor yang dia rasakan.

Kedua mata Jiang YanLi merah dan berembun. Wanita itu langsung menghambur ke pelukan ayahnya dan menangis tanpa bisa di tahan di dada ayahnya.

Jiang FengMian menghela napas, meski merasa cemas bukan main, dia merasa harus bisa menenangkan dirinya dulu, baru bisa membuat keluarganya lebih tenang. Kedua tangannya memeluk bahu putrinya dan menepuknya pelan.

"A Cheng, bagaimana bisa jadi seperti ini?''

Sambil memeluk dan menenangkan Jiang YanLi, tatapan Jiang FengMian terarah ke putranya yang sejak tadi diam mematung di dekat pintu. Menunduk dengan dua tangan saling meremas, menandakan kalau sekarang dia sangat gelisah.

"Aku juga tidak tahu Ayah, saat aku datang keadaannya sudah begitu,''

Jiang Cheng mengangkat kepalanya, memperlihatkan wajahnya ke arah Jiang FengMian. Penampilannya membuat kedua alis ayahnya naik. Wajah Jiang Cheng memar di beberapa bagian, bahkan ada yang mengeluarkan darah. Saat bicara Jiang Cheng sedikit mendesis karena rasa perih akibat sudut bibirnya robek.

"Sebenarnya ada apa sampai kau berkelahi dengan Jin GuangYao dan A Xian sampai seperti ini?''

Jiang FengMian melepaskan pelukannya dari Jiang YanLi, menuntun putrinya untuk duduk, sementara dirinya menghampiri Jiang Cheng. Dirinya tidak habis pikir dengan apa yang terjadi. Bukankah segalanya sudah baik - baik saja, tapi kenapa malah terjadi seperti ini.

"Aku tidak tahu Ayah,'' Jiang Cheng berusaha menjelaskan, karena memang dia tidak tahu jelas apa yang terjadi ''Saat aku sampai di rumah Jin GuangYao, orang itu, maksudku Jin GuangYao sudah melukai Wei WuXian dan di sana juga ada A Jie, jadi aku reflek menyerang Jin GuangYao,''

"Bukan salah A Cheng, Ayah,''

Jiang YanLi menyela begitu melihat Jiang FengMian ingin membuka mulut dan mungkin akan menyalahkan Jiang Cheng.

"Sebenarnya A Xian tiba - tiba bersikap aneh di rumah,'' Jiang YanLi menggigit bibir saat mulai menjelaskan apa yang terjadi pada Wei WuXian sejak dari rumah sampai pemuda itu lari keluar rumah.

Karena kebingungan, Jiang YanLi menghubungi Jiang Cheng, menyuruh adiknya itu untuk cepat pulang karena terjadi sesuatu pada Wei WuXian, setelahnya dia mencoba untuk mencari Wei WuXian. Di perjalanan di dalam taksi yang ditumpanginya, Jiang YanLi melihat Wei WuXian yang berlari tak tentu arah di seberang jalan, sayangnya saat itu Jiang YanLi berada di jalur jalan yang berbeda hingga dirinya sedikit kesulitan mengejar Wei WuXian.

Jiang YanLi turun di tepi jalan, menyeberang jalan dengan tergesa sampai hampir terserempet mobil agar bisa mengejar Wei WuXian. Saat melihat lingkungan sekitar, dia menyadari jika tempat dia berada adalah daerah tempat tinggal Jin ZiXuan. Jiang YanLi sempat heran, untuk apa Wei WuXian berlari ke daerah ini, tapi Jiang YanLi menduga Wei WuXian akan tempat Jin ZiXuan, mengingat hanya Jin ZiXuan yang Wei WuXian kenal tinggal di daerah ini. Jiang YanLi menghubungi lagi Jiang Cheng, memberi tahu posisinya sekarang, sambil terus mencari jejak Wei WuXian.

Dan yang didapati Jiang YanLi saat sampai ke tempat Jin ZiXuan adalah Jin GuangYao yang tengah menyerang adiknya itu. Saat itu Jin GuangYao bersikeras menjelaskan dengan panik jika Wei WuXian yang lebih dulu menyerangnya dan dia hanya membela diri. Pisau kecil di tangan Jin GuangYao penuh darah, begitupun dengan tangan pria itu. Jiang YanLi tidak bisa bereaksi cepat. Tubuhnya seolah membeku di tempatnya berdiri melihat keadaan Wei WuXiang terjatuh di lantai, meringkuk melengkungkan tubuhnya.

A Soul that Wanders in Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang