Beberapa jam sebelumnya.
Ini sudah berlalu beberapa menit sejak tiga anggota keluarga Lan duduk mengitari meja dengan secangkir teh di hadapan masing - masing. Yang tertua tampak menghela napas dan kembali menyesap tehnya, mengusap dagu yang ditumbuhi jenggot tipis dan kembali menghela napas seolah segalanya tampak salah di matanya.
Lan XiChen tidak bergeming dari duduknya. Punggungnya tegak, raut wajahnya tenang berbeda sekali dengan adiknya yang sejak tadi merasakan ketegangan yang seolah menyiram punggungnya. Wajah datarnya tidak bisa menyembunyikan itu.
"Kalian berdua menemui orang tua ini pasti bukan karena rindu kan?'' Lan QiRen sebagai yang tertua membuka suara. Satu tangannya bertumpu pada lutut sedang satunya lagi masih memegang cangkir tehnya.
"Paman, ada yang ingin...''
"Untuk apa Jin GuangShan menemui Paman?''
Lan XiChen melirik Lan WangJi yang sudah menyela omongannya. Raut wajah adiknya jelas mengatakan kalau dia tidak ingin berbasa - basi. Dia sudah sering menunda untuk bertemu dan bertanya pada pamannya ini dan Lan WangJi ingin mendapat penjelasan sekarang.
Sudut mata Lan QiRen berkedut. Pria itu berusaha menyembunyikan ekspresi wajahnya dengan kembali meminum sedikit tehnya. Tentunya dia cukup kaget karena keponakannya ini tahu kedatangan Jin GuangShan, mengingat kepala keluarga Jin itu datang di waktu yang tidak biasa.
"Ah..'' Lan QiRen berusaha menunjukkan raut wajah sewajar mungkin ''Hanya pembicaraan orang tua. Kau tidak akan tertarik'' kilah Lan QiRen.
"Aku menemukan catatan ayah'' Lan WangJi semakin menegakan punggungnya, sementara Lan XiChen tidak bicara apapun juga tidak berniat menanggapi perkataan adiknya, hanya duduk diam sambil membuka telinga. Sedikit merasa bersalah karena tidak bercerita apapun pada Lan WangJi, padahal sedikit banyak dia mengetahui apa yang terjadi pada adiknya.
"Leluhur kita seorang pembasmi iblis'' jeda sejenak, Lan WangJi memejamkan mata sesaat sebelum melanjutkan perkataannya
"Jadi apakah salah satunya ada yang ingin menuntut balas?''
Lan QiRen tetap diam, tapi matanya menajam saat dia melirik dua keponakannya itu.
"WangJi...''
"Katakan saja Paman'' Lan XiChen menyela kali ini, pria itu tidak ingin pamannya kembali berkilah dan mencari alasan ''Alasan kami kemari adalah karena kemarin, WangJi hampir saja dicelakai roh jahat, energi gelap atau apapun Paman menyebutnya itu''.
"WangJi'' Lan QiRen membulatkan matanya, mengamati keponakan termudanya, memastikan apakah Lan WangJi baik - baik saja atau tidak.
"Aku baik Paman, jadi sekarang aku hanya ingin tahu semuanya. Apa maksud catatan ayah tentang 'berbagi jiwa'?''
Helaan napas keras kembali terdengar. Lan QiRen masih merasa berat menceritakan kisah keluarganya. Sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh anggota keluarganya. Dulu mereka akan membawa rahasia ini sampai mati, terutama pada keturunan Lan yang terlahir di saat bulan berwarna merah.
"Itu adalah dosa yang dilakukan keluarga kita'' ucapan Lan QiRen begitu lirih, seolah terpaksa untuk bicara, tapi memang kenyataanya pria tua itu enggan bercerita.
"Leluhur kita, Lan An, tidak sengaja melukai anggota keluarganya sendiri saat sedang bertarung melawan iblis''
"Tidak sengaja?''
"Ya. Tidak sengaja, karena sebenarnya Lan An ingin menyerang iblis itu, tapi dia melindunginya, sehingga serangan Lan An mengenainya'' Lan WangJi mengerutkan dahi mendengar perkataan Lan QiRen. Dia mengerti tapi sekaligus tidak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Soul that Wanders in Time
RandomWei WuXian baru menyadari bahwa jiwanya tidak sepenuhnya lengkap tanpa kehadiran Lan WangJi di hidupnya. Disc: MDZS by MXTX