Family Grief

3.7K 212 115
                                    

Hola, kenalin nama aku Nur Halijah.

Follow akunku sebelum membaca!
Kalo nggak mau juga no problem, yang penting vote komen jangan lupa!!!

Kalo mau mutualan dan sharing tentang cerita ini, ayo mampir ke instagram aku @nurhalijah.str_


HAPPY READING 🧡

***

"Sayang, bangun!" teriak seorang gadis dengan balutan pakaian serba hitam yang menghiasi tubuhnya.

Duka menyelimuti kediaman Zabdan Adibrata dan Dalila Seina, suara tangis menggema di dalam ruangan yang mulai padat karena kehadiran orang-orang yang turut berbelasungkawa.

Kesedihan sangat jelas sekali menghiasi wajah-wajah yang berlalu lalang bergantian. Di tengah kerumunan, terlihat orang tengah berbaring kaku dengan timpahan kain batik panjang di atas tubuhnya. Hidungnya disumbat dengan gulungan kapas putih, serta matanya yang terpejam dengan tambahan kafan yang membalut tubuhnya.

"Hiksss.. Vin, Jangan tinggalin aku! Aku sayang banget sama kamu, mana janji kamu yang katanya mau sehidup dan semati sama aku? Tinggal selangkah lagi kita bakal hidup bersama, tapi kenapa kamu malah pergi seperti ini?" tangis Bianca, tunangan Kavindra sekaligus calon istrinya.

Kematian orang tersayang adalah hal paling menyakitkan bagi siapapun yang mengalaminya. Tak satupun mampu tegar, saat harus melihat yang terkasih terbujur kaku dan akan segera meninggalkan dunia.

"Bi, lo harus kuat! Gue tau ini berat, tapi semakin lo meratapinya, semakin berat juga buat Kavin melangkah," ucap Alana, salah satu sahabat yang turut hadir melihat tunangan Bianca untuk terakhir kalinya.

Elma dan Monica pun turut menenangkan hati sahabatnya, pun juga orang tua beserta keluarga Bianca yang mencoba menguatkan gadis itu. Keluarga mereka memang sudah sangat dekat sekali, bahkan sudah seperti satu keluarga besar.

Gadis itu duduk bersebelahan dengan Ibunda Kavin dengan sesekali saling menguatkan satu sama lain. Berat sekali hati Dalila saat menyaksikan anak lelakinya tak berdaya. Bulir bening semakin berjatuhan dan membasahi kerudung yang ia kenakan. Area matanya terlihat membengkak karena air matanya yang terus saja tumpah.

Banyak sekali yang merasa kehilangan Kavin, mulai dari orang tua, adik, calon istri, teman-teman, dan keluarga besarnya serta keluarga besar tunangannya turut merasa sangat kehilangan.

Lantunan ayat suci Al-Qur'an menghiasi ruangan, bercampur dengan gemuruh tangis yang semakin membuat situasi mencekam.

Sebelum dimakamkan, jenazah lelaki itu harus dimandikan dan kemudian disalatkan terlebih dahulu. Para anggota keluarga mengikuti proses dengan sangat baik dan tentunya sesuai dengan syariat agama.

Sekitar pukul 11.30, Jenazah Kavin akan dibawa ke tempat pemakaman yang berada di sekitar tempat tinggalnya. Anggota keluarga beserta para pelayat turut bergegas untuk mengantarkan lelaki itu ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Jenazahnya dimasukkan ke dalam keranda, kemudian akan dipikul oleh beberapa orang lelaki menuju ke pemakaman. Sepuluh menit berlalu, tibalah mereka pada sebuah perumahan berukuran kurang lebih 2x1 meter yang akan dihuni untuk satu orang, tempat yang juga akan menjadi rumah terakhir bagi manusia yang hidup di dunia.

JINGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang