Pregnant?

467 36 1
                                    

"Kamu yang mengatakan akan menyembuhkan luka, justru menyayat kembali luka lama yang masih basah lalu memuncratkan darah."

-Bianca Hansel Almeera-

_________________

Bianca tampak berjalan mondar-mandir, perasaannya gusar. Langkah kakinya gemetar diiringi ketakutan. Sesekali ia menggigit pelan jarinya, sesekali mengacak rambutnya kasar.

Gadis itu cemas, pikirannya sudah melayang kemana-mana. Bianca baru sadar, ia sudah telat haid hampir dua bulan. Akhir-akhir ini juga sering mual, emosinya berubah-ubah, dan kadang menangis secara tiba-tiba.

Gadis itu penasaran apa yang sedang dialaminya. Hatinya mendadak bergemuruh saat semua tanda-tanda itu mengarah pada kehamilan. Semakin hancur perasaannya, saat ia mengingat peristiwa malam itu dengan Evano.

Apa mungkin ia hamil? Ah tidak, Bianca tidak mau itu terjadi. Untuk membuktikan rasa penasarannya, Bianca membeli alat testpack di salah satu aplikasi belanja online. Gadis itu sudah memesannya dari kemarin, mungkin hari ini akan segera diantar ke rumahnya.

"Ngga. Gue engga mungkin hamil. Gue yakin. Jangan takut, Bianca. Jangan takut!" ucapnya mencoba meyakinkan diri.

Gadis itu kembali membuka internet, menulis gejala-gejala yang ia alami belakangan ini di kolom pencarian. Lagi-lagi, semua gejala itu mengarah pada kehamilan. Kaki Bianca melemas, ia menjatuhkan tubuhnya secara kasar di lantai.

Genangan di pelupuk matanya memuncak. Tanpa sadar, bulir bening itu jatuh membasahi kedua pipinya.

"Hiks. Gue ngga boleh hamil. Gue ngga mau. Ngga mau," isaknya seraya memukuli pelan perutnya.

[°-°]

Saat ini, sudah ada testpack di tangan Bianca. Bukan hanya satu, Bianca membeli tiga sekaligus. Untuk berjaga-jaga, siapa tahu alat itu ada yang rusak.

Sedari tadi, ia bolak-balik kamar mandi. Perasaan takut dan ragu-ragu menghalangi langkahnya. Bianca belum siap jika hasilnya nanti berbeda dengan apa yang ia harapkan.

Setelah lama berpikir, dan keraguannya mulai menipis. Bianca akhirnya yakin dan mulai memasuki kamar mandi untuk melakukan pengecekan.

"Huftt. Gue harap hasilnya negatif."

Bianca mulai bersiap-siap untuk mengeluarkan urine-nya. Sebelum itu, ia menarik nafasnya dalam-dalam lalu dihembuskan secara perlahan. Lagi-lagi ketakutan menguasai isi kepalanya.

Gadis itu sudah menyiapkan cup untuk menampung air seninya. Setelah selesai dengan aktivitasnya, Bianca mengangkat cup itu, lalu menuangkannya ke dalam tiga cup kecil yang juga sudah ia siapkan sebelumnya.

Setelah selesai, Bianca mulai membuka satu persatu alat testpack itu. Tidak bisa dipungkiri, tangan Bianca gemetar saat membukanya. Begitu juga jantungnya, yang mendadak berpacu jauh lebih cepat dari biasanya.

Bianca meletakkan ketiga alat itu di tempat berbeda. Setelah selesai, Bianca keluar kamar mandi. Ia memutuskan akan mengecek hasilnya sekitar sepuluh menit lagi.

Sepuluh menit saat ini adalah waktu paling menegangkan bagi Bianca. Rasanya nyawa Bianca sudah berada di ubun-ubun. Bianca tidak siap jika hasilnya bertolak belakang dengan keinginannya.

Dengan langkah berat hati, akhirnya Bianca memasuki kamar mandi.

Gadis itu mengecek satu persatu alat nya. Di cup pertama, matanya langsung terbelalak hebat saat melihat dua garis berdiri tegak disana. Tubuh Bianca melemas, testpack itu bergerak-gerak di tangan Bianca karena ia gemetaran. Luluh lantah perasaannya, berkecamuk tak karuan.

JINGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang