____
"Kalian, minta maaf pada Farah!"
Titah Bianca pada ketiga gadis remaja yang memiliki hati batu di hadapannya, siapa lagi kalau bukan geng "CABE".
Benar, mereka adalah dalangnya. Mereka penyebab beberapa coklat itu ada di dalam tas Farah. Mereka juga yang memancing kasir dan security untuk memeriksa tas gadis malang itu.
"Ogah, bukan salah kami," Chintya menjawab dengan mata yang melirik ke arah Farah, membuat gadis itu menunduk ketakutan.
"Jelas-jelas cctv itu ngebuktiin kalo kalian pelakunya, masih mau ngeles?" Tegasnya usai memeriksa cctv yang disaksikan beberapa orang, termasuk security.
Cctv tersebut menayangkan tiga gadis yang mengganggu Farah beberapa saat sebelum kejadian.
Alma, dia yang memasukkan beberapa coklat itu ke dalam tas Farah. Tentu, itu berdasarkan perintah dan kesepakatan geng "CABE" sebelumnya.
Coklat-coklat itu dimasukkan pada saat mereka mengobrak-abrik troly belanja milik Farah.
"Lagian, ngapain sih kalian ngelakuin itu? Bukannya kalian temen satu sekolah? Setau kakak temen ngga ada yang jahat gitu ke temennya." Sambung Bianca.
"Kami ga temenan, dan ga sudi temenan sama dia." Kali ini Bella yang angkat bicara.
Mendengar hal itu, Farah mengangkat kepalanya. Dadanya sesak tidak karuan, kedua matanya pedas bak di siram kuah cabai.
Sakit, itu yang dirasakan Farah saat itu. Ia hanya bisa memuntahkan air matanya, bersamaan dengan rasa sakit yang sudah lama ia pendam.
Apakah salah kalau Farah anak yatim?
Apakah salah Farah, jika dulu ayahnya sering bermain judi?
Apakah salah Farah, jika dulu ayahnya memiliki utang di mana-mana?
Apakah tidak pantas baginya untuk hidup tenang dan bahagia, layaknya remaja pada umumnya?
Entahlah, pertanyaan-pertanyaan itu menari-nari di kepala Farah. Pertanyaan-pertanyaan yang hanya membuat dadanya sesak mendadak.
Farah hanya ingin hidup tenang, seperti kebanyakan orang. Hanya itu, keinginannya.
"Astaga, stop, ya! Apapun alasan kalian, perbuatan kalian itu tidak bisa dibenarkan. Kakak cuma pengen kalian minta maaf ke Farah, buruan!" Bianca mengelus dada, pertanda ia harus sabar. Sabar menghadapi ketiga gadis remaja yang masih labil tersebut.
Di liriknya ke arah Farah, tampak jelas sekali raut wajah Farah yang sangat bersedih.
Chintya, Alma, dan Bella hanya saling menatap, menaikkan alisnya seraya menyikut siku bergantian.
Akhirnya, mereka meminta maaf, meski dengan sangat terpaksa. Raut wajah yang sinis dan perasaan hati yang jauh dari kata ikhlas, tergambar jelas di wajah ketiga gadis itu.
"SORRY."
Ketiganya berucap serentak. Hanya mengucapkan satu kata? Benar, hanya satu kata. Setelah perbuatan mereka yang keterlaluan, hanya satu kata itu yang keluar, tanpa ada basa-basi di dalam nya.
Tak lupa, mereka menyodorkan tangan pertanda permohonan maaf untuk Farah.
Farah terdiam sesaat, berpikir sejenak seraya memandangi tatapan mereka yang sudah seperti hewan buas kelaparan yang sewaktu-waktu siap menerkam.
Ini bukan permintaan maaf, Farah tau itu. Bahkan ia sudah menduga, geng "CABE" pasti akan balas dendam padanya setelah kejadian ini.
"Iya, gue maafin." Lirihnya pelan, tanpa membalas uluran tangan gadis-gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA [END]
General FictionWARNING ⚠️ Cerita ini tidak cocok untuk yang mau langsung uwu-uwuan di awal. Karena, alur nya emang awal-awal sedih. Jadi, berproses ya manteman. Kalau kamu mau dapat feel-nya, baca keseluruhan ya, jangan setengah-setengah. Blurb : "Gue hamil. Ini s...