Who?

329 32 0
                                    

Vote komen jangan lupa!

Follow akunku juga, biar kalian tahu kalo ada update terbaru. Tapi, kalo nggak mau juga no problem.

Yang penting vote komen aja!

______________________________________

Saat ini, Evano tengah mondar-mandir di ruang tamu. Sedari tadi tangannya sibuk membuka dan menutup ponsel.

Sesekali terdengar suara dering telepon, tak lama jua menampilkan suara seorang wanita mengatakan bahwa nomor yang dituju sedang tidak dapat menerima panggilan.

Lelaki itu terus merutuki dirinya sendiri seraya mengacak rambutnya kasar.

"Bianca, please, angkat telepon gue!" Ucapnya saat berkali-kali panggilan yang ia layangkan tak kunjung menerima jawaban.

Gadis itu tak kunjung kembali ke rumah. Itu yang membuat Evano sangat cemas. Terakhir kali ia melihat Bianca pergi begitu saja dengan keadaan yang sangat kacau.

Evano takut Bianca terluka atau justru berbuat nekat.

"Arghh. Bodoh banget gue! Kenapa ngga langsung gue ikutin aja tadi."

"Kalau sampe Bianca kenapa-kenapa, dan juga calon anak gue, gue yakin ngga akan bisa maafin diri gue sendiri," sesalnya karena membiarkan Bianca pergi begitu saja.

Evano pikir, Bianca akan langsung pulang ke rumah tadi. Makanya ia membiarkan begitu saja. Takut jika dikejar mungkin Bianca akan sangat marah dan semakin membencinya.

Jika dipikir-pikir, Evano memang ceroboh. Membiarkan Bianca pergi sendirian dengan berderai air mata tentu bukan hal yang benar. Ia seharusnya menguatkan. Ia seharusnya melindungi dan ada disampingnya.

Tak peduli sebesar apa kebencian Bianca padanya, ia memang harus tetap berdiri paling depan untuk gadis itu dan calon anaknya.

Jika begini, ia jadi cemas sendiri. Ponsel Bianca juga tidak bisa dihubungi. Harus kemana ia akan mencari Bianca?

Seketika, Evano teringat pada sahabat-sahabat Bianca. Tangannya mulai lihai menelusuri satu persatu kontak di ponselnya.

Evano akan menghubungi Alana. Ya, siapa tahu Bianca ada bersamanya, atau minimal Alana tahu lah dimana keberadaan gadis itu.

"Halo."

"Iya. Ada apa ya, Pak?"

"Bianca ada dengan kamu, nggak?"

"Nggak ada, Pak. Memangnya kenapa?"

"Saya khawatir, dia belum pulang. Jadi, kamu nggak tau ya dia ada dimana?"

"Enggak, Pak. Sebentar saya tanyain ke Elma dulu. Siapa tahu Bianca ada bareng dia."

Sambungan telepon terputus. Alana mematikannya sepihak karena ingin menghubungi Elma. Bertanya mengenai Bianca pada sahabatnya itu.

Saat ini, hanya Alana dan Elma yang mungkin jadi tempat pelarian Bianca. Monica sudah menikah, sudah berkeluarga dan memiliki suami. Tidak mungkin Bianca akan mengadukan nasibnya pada pengantin baru yang masih tergolong fresh itu.

Sekitar tiga menit setelah percakapannya dengan Alana terputus, akhirnya gadis itu kembali menghubungi Evano.

"Halo, Pak?"

"Iya. Apa Bianca ada bersama Elma?"

"Nggak ada, Pak. Elma juga nggak tahu Bianca ada dimana. Sudah kami coba hubungi, ponselnya aktif tapi tidak diangkat, Pak."

JINGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang