Party

307 33 1
                                    

Happy satnight, gaes.
Nih aku up satu chapter untuk nemenin malam minggu kalian.

Ntar kalo rajin, aku up satu chapter lagi, ya🤪

_____________

Evano berdecak sebal dan mengacak-ngacak rambutnya.

Ia mengekori Bianca dari belakang, lalu menyembunyikan tubuhnya dibalik pintu. Kepalanya di keluarkan sedikit untuk menilik keberadaan Bianca.

Gerbang sudah tutup, dan Bianca sudah tidak terlihat. Berarti, mereka sudah pergi.

Gundah semakin perasaannya. Evano berjalan mondar-mandir dengan raut wajah ditekuk dan pikiran-pikiran yang saling beradu.

Persetan dengan ucapannya untuk berhenti mencintai Bianca. Faktanya, perasaan itu ada, utuh dan bahkan tidak berkurang sedikitpun. Evano hanya kecewa saja dengan ucapan Bianca.

Meski begitu, Evano tidak akan mungkin membiarkan sesuatu hal buruk menimpa Bianca. Sudahlah, ia tak perduli bagaimana pendapat Bianca nanti. Yang terpenting, Evano harus bisa menemukan Bianca dan segera membawanya pulang.

Tapi, bagaimana? Dia bahkan tidak tahu kemana Bianca dan Randy akan pergi. Mau diikuti pun sudah terlambat, pasti mereka sudah berada sedikit jauh.

Andai Evano seperti pria-pria wattpad kebanyakan, ia pasti akan memasang GPS di ponsel Bianca agar mengetahui Bianca berada dimanapun dan kapanpun.

Ah, sayangnya Evano bukan pria seperti itu.

Pria itu sudah seperti cacing kelaparan yang tidak bisa diam dan tenang. Mondar-mandir membingungkan karena tak kunjung menemukan cara.

Sekelebat bayangan mengenai Silvy muncul di diingatannya. Ya, Silvy adalah teman dekat Bianca dan Randy di kantor. Gadis itu pasti tahu kemana Randy membawa Bianca.

Evano berusaha mengutak-atik folder di ponselnya. Ia teringat akan sebuah file pdf berisi nomor handphone para karyawan kantor. Evano akan mencari nomor Silvy lalu menghubungi gadis itu.

Di tempat lain, Bianca dan Randy sudah sampai di halaman sebuah tempat yang nampak sepi dari luar. Bianca mengernyitkan dahi keheranan. Pasalnya, tempat tersebut tidak mencerminkan tanda-tanda adanya party.

"Lo yakin tempatnya disini?" Bianca bertanya saat Randy mulai melepas safety belt.

"Yakin. Kalo engga ya ngapain kita berhenti disini. Buruan lepas sabuk pengaman lo, setelah itu kita masuk ke dalam." Bianca hanya mengangguk pelan seraya mengikuti saja apa yang Randy katakan.

Randy membukakan pintu mobil Bianca, mempersilakan Bianca untuk turun lalu dengan entengnya menggandeng tangan wanita itu.

Bianca terkejut, lalu melepaskan genggaman itu. Tapi, Randy kembali menarik tangan Bianca dan meletakkannya diantara siku dan lengan. Mau tidak mau, Bianca menurut saja dengan terpaksa. Hanya bergandengan biasa, tidak apalah.

Keduanya berjalan beriringan memasuki lokasi, ada dua penjaga yang menghadang di pintu. Meminta bukti undangan party agar bisa masuk ke dalam ruangan.

Mata Bianca terbelalak saat sudah berada di dalam. Bagaimana tidak, banyak sekali pria dan wanita yang berjoget-joget dengan vulgar. Wanita dengan baju-baju yang seperti belum selesai dijahit, juga para pria yang kebanyakan bertelanjang dada.

Mereka menari heboh dengan tubuh yang saling beradu. Bahkan dengan posisi yang terlalu intim. Bianca merinding sendiri melihatnya, rasanya tidak nyaman berada disitu. Apalagi, ini baru pertama kalinya Bianca mendatangi tempat seperti itu.

JINGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang