Bianca kaget bukan kepalang, di tatap nya benda-benda mengerikan itu seraya memeluk lututnya. Tak lupa, ia juga menangis dalam kungkungannya.
Pekikan Bianca rupanya sampai ke telinga seisi rumah, membuat mereka berbondong-bondong mendatangi Bianca dengan raut wajah bertanya-tanya.
Astrid menghampiri Bianca, mengelus lembut punggung anak perempuannya itu. Seketika matanya melotot, melihat benda-benda mengerikan berserakan di lantai Bianca. Begitu juga dengan suami, anak dan menantunya. Semuanya menampilkan raut wajah yang syok.
Boneka mini dengan tusukan jarum di beberapa sisinya. Berbalut kain kapan putih dengan tambahan bercak darah membuat penampilannya semakin mengerikan. Pocong, ya, boneka itu terlihat sangat mirip pocong. Boneka pocong yang ditusuk-tusuk oleh jarum.
Tak hanya itu, beberapa lembar foto juga tergeletak di sekelilingnya. Menampilkan wajah Kavin dan Bianca dalam foto itu. Namun, ada yang tidak beres dengan fotonya.
Seluruh wajah Bianca habis tercabik-cabik, tampak jelas bekas tusukan jarum yang berkali-kali di tancapkan. Sedangkan Kavin, wajah laki-laki itu baik-baik saja. Hanya wajah Bianca yang hancur luluh lantah dalam foto-foto itu.
Bianca semakin menguatkan tangisnya dalam dekapan Astrid. Ia syok, ketakutan, tak bisa menjawab pertanyaan yang dihujani oleh keluarganya.
Menangis, iya, hanya menangis satu-satunya jalan yang bisa ia lakukan saat ini. Mulutnya terbungkam, dengan benda mengerikan yang hari ini dia dapatkan.
*****
Pagi kembali menyapa, Bianca masih pulas dalam dekapan sang ibu. Setelah peristiwa kemarin, Astrid tak ingin membiarkan Bianca sendirian. Ia menemani gadis itu, menjaga dan tidur disampingnya.
Matahari menembus tipis wajah Bianca. Gadis itu mengerjapkan mata berulang kali, mengamati sekitarnya. Pagi ini, ia disuguhkan wajah Astrid yang sedang tidur di dekatnya.
Ibunya pasti terjaga sepanjang malam, Bianca tahu itu. Ia tak tega membangunkan Astrid, biarlah ibunya beristirahat sebentar lagi.
Bianca menarik selimutnya, lalu membentangkan di atas tubuh Astrid yang sebelumnya hanya mendapat sedikit helaian selimut. Wajar saja, ibunya memang lebih mementingkan kenyamanan Bianca ketimbang dirinya.
Gadis itu beranjak dari tempat tidurnya, menuju gantungan pakaian di belakang pintu. Bianca menarik handuknya, meletakkan asal di pundak sebelah kanan. Kemudian, berjalan memasuki kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang dirasa sudah sangat lengket.
Bagaimana tidak, Bianca yang biasanya selalu mandi setelah berpergian, kemarin malam harus membiarkan tubuhnya karena insiden benda mengerikan itu.
Bianca menatap cermin di hadapannya, tampak ketakutan itu bersemayam di matanya. Gadis itu berusaha kuat, ia harus mengabaikan kejadian kemarin. Anggap saja, itu hanya perbuatan orang iseng atau justru bukan dia seharusnya pemilik hadiah itu. Singkatnya, hadiah itu salah alamat.
Sekuat hati ia terus berusaha berpikir positif. Dugaan awal mengenai hadiah itu dari Evano, rupanya harus Bianca tepis jauh-jauh. Tidak mungkin Evano memberinya hadiah mengerikan itu.
Bianca membasuh wajahnya dengan facial wash yang biasa ia pakai. Setelahnya menggosok gigi lalu membersihkan keseluruhan tubuhnya.
Sekitar 15 menit di kamar mandi, Bianca keluar dengan handuk putih yang membalut kepalanya. Gadis itu sudah mengenakan pakaian di kamar mandi, ia hanya harus menata rambutnya sebelum pergi ke kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA [END]
General FictionWARNING ⚠️ Cerita ini tidak cocok untuk yang mau langsung uwu-uwuan di awal. Karena, alur nya emang awal-awal sedih. Jadi, berproses ya manteman. Kalau kamu mau dapat feel-nya, baca keseluruhan ya, jangan setengah-setengah. Blurb : "Gue hamil. Ini s...