Feeling

246 36 4
                                    

Gaes, mau nanya dong. Emang cerita ini ngga seru, ya?

Aku liat banyak yang ngintip di part awal doang. Sedih hiks :(

Tapi, ngga apa-apa deh. Aku cuma nyalurin hobby ku aja disini. Pembaca sebagai rewards aja untuk aku. Tapi, siapa juga yang ga seneng kalo dapat rewards. Ya ngga? Hehe

Komen dan vote dong cerita ini, untuk memotivasi aku juga kedepannya.

Yang baca cerita ini dan tetep mau stay sampai ending, aku ucapin terima kasih ya 🧡

Aku doain segala urusan kamu di permudah, apapun itu. Aamiin

Happy Reading 🧡

_______________

Seorang gadis muda tampak duduk bersantai di halaman belakang rumah. Rerumputan yang hijau segar dan tatanan bunga-bunga yang cantik membuat pemandangan sekitar menjadi indah.

Gadis itu duduk menyilangkan kakinya, satu tangannya menyeruput jus apel, sedang satunya lagi fokus memainkan ponsel. Suasana sejuk yang belum sepenuhnya dilalap panasnya mentari membuat aktivitas nya semakin nikmat untuk bersantai.

"Meong...meong...meong." Suara memelas bayi kucing yang berjalan pelan menghampiri gadis itu.

Tampaknya, bayi kucing itu belum lama lahir ke dunia. Tubuhnya masih mungil dan kurus. Sepertinya ia kelaparan dan sedang mencari keberadaan induknya.

"Meong." Kucing itu terus bersuara, membuat gadis itu marah karena telah mengganggu waktu santainya.

"Bisa diam ngga? Atau gue bunuh lo, binatang sialan." Suara murka gadis itu.

"Meong..meong..meong..meong.." Kucing itu terus bersuara, kali ini lebih kuat dari sebelumnya. Membuat gadis itu semakin marah.

"BANGSAT. NANTANGIN GUE, LO?" Teriak gadis itu dan langsung bangkit menghampiri kucing mungil yang tak berdosa.

Tangannya memegang paksa leher kucing itu. Tak berpikir panjang, ia membanting kuat-kuat tubuh kucing itu di lantai.

"Meong..meong..meong..meong..meong.. meong." Teriak ketakutan dan kesakitan kucing itu saat tubuhnya dihempas ke lantai dengan sangat kuat.

Berkali-kali ia banting sampai tubuh hewan mungil itu melemas. Bahkan sempat menampakkan reaksi kejang-kejang.

Ia juga mencekik leher kucing dengan geram, lalu memutar paksa leher itu hingga berubah posisi.

Kretek

Bunyi tulang-tulang leher yang belum sepenuhnya kokoh. Tak cukup sampai disitu, gadis itu beralih ke dalam untuk mengambil pisau.

Kini, sudah ada pisau ditangannya. Ia menyayat pelan leher kucing hingga memuncratkan darah yang mengenai wajah dan pakaiannya.

Ia terus menyayat leher itu sampai akhirnya putus dan terpisah dari tubuhnya. Kucing malang itu tak lagi bernyawa. Benar-benar sudah hancur tubuh mungilnya. Sepertinya, kucing itu memang dilahirkan untuk mati.

Senang sekali rasanya bermain-main pagi ini, sudah lama gadis itu tak melakukan kesenangannya. Ia tersenyum puas melihat hewan itu mati mengenaskan. Segera ia bersihkan semuanya, termasuk membuang tubuh kucing itu ke dalam tempat sampah yang ada di halaman belakang.

Ia menganggap kucing itu pengganggu. Baginya, pengganggu memang harus disingkirkan, siapapun itu.

"Gue jadi ngga sabar, untuk ngebuat lo ngerasain hal yang sama kayak binatang menjijikkan ini, Bianca sialan." Gadis itu mengeluarkan senyum sinisnya, serta menyeka area wajahnya yang terkena cipratan darah.

JINGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang