Fight

388 44 0
                                    

Tiga orang pria dan tiga orang wanita tengah berada di dalam mobil untuk memantau sebuah gedung kumuh yang cukup besar. Mereka adalah Evano, Fabian, Alana, Elma, Monica, dan David, suami Monica.

Mereka sepakat untuk mencari Bianca bersamaan. Mereka tahu mengenai lokasi itu karena Gps yang terpasang di ponsel Bianca. Evano ingat, ternyata dia sempat memasang Gps itu beberapa waktu lalu. Sejak kejadian Bianca bersama Randy, Evano semakin was-was dan takut jika hal yang sama terulang lagi.

Itu sebabnya, dia memasang Gps diam-diam tanpa sepengetahuan Bianca. Evano mendapati ide itu setelah membaca salah satu novel di wattpad. Ada untungnya juga ia membaca wattpad itu. Setidaknya, saat ini mereka sudah tahu dimana keberadaan Bianca.

"Apa rencana kita selanjutnya?" Tanya Fabian cemas dengan tatapan yang menelisik sekitar.

Mengenai keberadaan Fabian, pria itu memang masih marah dan kecewa kepada Bianca. Namun, sebesar apapun amarahnya, ia juga tidak mau adik satu-satunya terluka. Darah memang lebih kental daripada air.

Evano juga sudah menceritakan semua pada Fabian serta pada ketiga sahabat Bianca. Sekarang, mereka semua sudah tahu Bianca tengah hamil.

Perbuatan itu memang tidak bisa dibenarkan, sampai kapanpun. Namun, Evano sudah menyesali semuanya. Itu terjadi juga bukan karena mutlak kemauan kedua pihak. Yang terpenting, dia sudah berjanji akan bertanggung jawab. Mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi. Marah pun tak ada gunanya lagi.

Evano, Fabian, dan David tengah bercengkrama menyusun strategi. Sedangkan, ketiga wanita lainnya hanya duduk cemas seraya menunggu arahan dari kaum pria.

Ketiga pria itu tampak mengangguk dan tersenyum-senyum, sepertinya mereka sudah tahu akan melangkah kemana.

"Oke, jadi gini, kami bertiga selaku kaum pria, akan jadi umpan untuk mancing semua penjaga itu agar keluar. Nanti, kalian bertiga stay di samping gudang. Saat para penjaga itu keluar, kalian pelan-pelan masuk ke dalam gudang. Jangan lupa siapkan alat perang kalian, untuk jaga-jaga semisal di dalam masih ada penjaga lainnya. Kalian ngerti?" Jelas Evano panjang lebar seraya bertanya untuk memastikan.

Ketiga wanita itu mengangguk, walaupun raut wajahnya sedikit bingung dan ketakutan. Mereka harus tetap mencoba dan melakukannya sebaik mungkin.

"Ngerti. Tapi, semisal di dalam gedung itu masih banyak lagi penjaganya, kami harus gimana dong? Mana badannya gede-gede gitu lagi," ucap Monica bergidik ngeri membayangkan tubuh para penjaga itu jika nanti tiba-tiba menerkamnya.

"Jangan di lawan, sayang. Beresiko buat kalian. Nanti, saat di dalam gudang kalian lihat penjaga lainnya, kamu bisa hubungi aku melalui pesan. Kalian sembunyi aja dulu, sekalian ngamatin sekitar. Nanti, kalau kami bertiga udah selesai amankan depan gudang, kami akan masuk dan temui kalian. Setelah itu, kita selamatin Bianca bareng-bareng. Paham kan, sayang?" Tanya David seraya memegang lembut tangan Monica, istrinya.

Saat ini, posisi mereka sudah ada di belakang gedung. Mereka sengaja menyusup lewat belakang agar ketiga wanita itu aman saat para lelaki akan menjalankan aksi.

Saat sudah berada di samping gedung, mereka mengendap-endap seraya mengintip sedikit keadaan sekitar. Sebelum memancing penjaga itu, mereka memastikan kembali rencananya. Mereka juga mengingatkan ketiga wanita itu untuk berhati-hati dan jangan ceroboh.

Sudah ada senjata pamungkas di tangan ketiga wanita itu. Balok kayu, ya, itu senjata pamungkas mereka. Keenamnya saling menatap dan menarik nafas terlebih dahulu sebelum melancarkan aksi. Mereka saling menautkan alis pertanda siap untuk berperang.

Ketiga pria itu langsung berhambur ke depan gudang. Mereka berpencar dan saling berteriak membuat kegaduhan.

"WOI, PENGECUT! KELUAR LO!" Teriak Evano dengan sangat keras.

JINGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang