T W E N T Y O N E

1K 85 0
                                    

HAPPY READING!!

Arthur mengendap pelan di balik tembok di samping jeruji besi di depannya, ia mengintip sedikit untuk melihat beberapa remaja mungkin seumuran dirinya tengah bersantai ria dengan beberapa botol wishkey di tangan mereka.

Pandangannya memusat ke salah satu lelaki yang ia yakin adalah ketua dari perkumpulan remaja itu. Di lihat dari beberapa temannya yang terlihat segan dengan cowok itu. Arthur tau di depannya hanyalah sekumpulan geng liar yang suka mencari keributan sana-sini untuk mencari perhatian masyarakat.

Arthur mengambil ponselnya, dan menghubungi nomor yang sudah lama atau tak pernah lagi ia hubungi selama tiga tahun ini. Dengan cekatan ia menghubungi nomor itu, netra hazelnya masih memandang lekat ke arah geng itu, lebih tepatnya ke arah lelaki itu.

Arthur melihat ketua dari geng itu merongoh saku celananya dan mengambil hpnya yang berbunyi, sebelum mengangkatnya ia mengernyit heran karena ia tak mengenali nomer hp yang menelponnya. Arthur menatap sebentar hpnya mati yang berarti di tolak oleh si penerima.

Pandangan matanya menajam ketika matanya dengan sengaja bertabrakan dengan netra lelaki itu, ia dapat menangkap jelas raut wajah terkejut darinya.

Lumayan lama ia manatap tajam ke arah lelaki itu, pupil matanya berkabut menandakan dirinya menahan amarah yang kini berkobar menguasainya.

Arthur terus menatap tajam lelaki itu dari balik jeruji besi dan ia menyempatkan menyeringai tajam sebelum dirinya pergi meninggalkan tempat itu.

Lihat, betapa mudah dirinya menemukan sang sobat lama yang selama ini jiwanya telah tercatat kental di dalam genggaman dan ingatannya selama tiga tahun ini. Dari dulu ia sangat menunggu di saat saat ini, tetapi ia selalu mengulur waktu karena selalu mengingat janjinya terhadap Lenka, sahabatnya.

Sungguh, ia tak akan pernah bisa melupakan kejadian tiga tahun lalu dengan mudahnya.Tiga tahun lalu di mana benar-benar tahun yang sangat kelam untuk dirinya, seperti semua masalah selalu menghantam dirinya berkali-kali.

Ia kembali mengambil hpnya di saku dan mengirim kan pesan ke nomor lelaki atau bisa di bilang sobat lamanya.

+62896453*****
i'll never let you die, before i act on my own.
just prepare yourselves Gardian.


Arthur menghembuskan asap dari batang nikotin yang sedari tadi di hisapnya. Ia menatap sebentar pesan yang ia kirim kepada Gardian, sobat lamanya dan kembali membuat seringaian di senyumnya. Dendam itu sudah terlanjur menguasai dirinya.

Di otak ya sudah tersusun matang dan rapih rencana yang akan dia lakukan jauh sebelum dirinya bertindak.

Sungguh ia tak sabar akan saat dimana dirinya bermain dan mengasah saraf ototnya untuk menyentuh kulit Gardian nanti. Membayangkannya saja sudah membuatnya senang.

Ya inilah Arthuro Orendo Carlthon yang sebenarnya, setengah jiwanya seperti psikopat yang haus akan dendam.

'Jangan mati sebelum gue sentuh lo, Gardian'

....

"Gimana Zel, sekelas sama kakel? enak kan?" ledek Aileen pada Zelda.

"Ck, enak apaan. Udah 3 hari ini aku gak fokus ngerjain gara-gara duduk sampingan sama Arthur. Bayangin aja dia selalu selesai duluan terus ngerecokin. Baru tau dia itu jail banget ternyata" keluh Zelda menyuap bakso berukuran lumayan besar.

TRAUMA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang