F I F T Y F O U R

683 43 2
                                    

HAPPY READING!!

"Gi?"

Gizel yang tengah melamun terpenjat kaget ketika seseorang menepuk bahunya pelan. Gadis itu berbalik badan dan segera menetralkan kembali wajahnya seperti semula, seperti Gizel yang semuanya terlihat baik-baik saja.

"Kamu kenapa? lama banget di tolilet, abis buang air besar apa gimana?" tanya Zelda menatap sahabatnya menyelidik. Tatapannya memicing memperhatikan air wajah sahabatnya yang tampak berbeda dari biasanya.

"Eh bentar, ini mata kamu kok bengkak, terus juga hidungnya lumayan merah. Kamu abis nangis? kamu gak kenapa napa kan?" tanya Zelda menangkup wajah Gizel dan memperhatikannya dengan wajah yang serius.

Gizel tersenyum, dia mengambil tangan Zelda yang berada di kedua sisi pipinya, ingin menangis lagi rasanya ketika menatap orang yang menyebabkan dirinya kacau seperti ini terlihat begitu peduli kepadanya.

"Gue" Gizel menunduk menahan rasa ingin menangis, ia mengusap kembali ujung matanya yang mulai berair.

"Gue gapapa Zel, tadi orang rumah kasih kabar katanya kucing gue sakit. Makanya gue nangis kayak gini, alay banget ya" ujarnya berbohong serta dengan kekehan terpaksa di akhir kalimatnya.

"Astagaa Gizel, kirain apaan. Yaudah semoga kucing kamu baik-baik aja. Sekarang kita ke kantin yuk, kasian Aileen udah nungguin" ujar Zelda beralih menggenggam tangan sahabatnya dan membawanya keluat toilet menuju kantin yang jaraknya tak terlampau jauh.

Sepanjang kaki melangkah menuju kantin, tatapan mata sinis, julid bahkan jijik tak henti-hentinya mereka dapatkan, yang tentu saja tatapn itu di tujukan untuk Zelda. Gizel yang menyadari kegelisahan sahabatnya membalas tatapan sinis mereka dengan tatapan tajamnya, dan tanpa di sadari genggaman tangannya kian mengerat. Ia benar-benar sadar bahwa ini menjadi imbas yang sangat fatal untuk sahabatnya dan terlebih lagi semua ini di sebabkan olehnya.

"Gak usah di hirauin" ucap Gizel semakin mempercepat langkahnya dengan menarik tangan Zelda yang masih terpaut erat oleh genggamannya.

Setelah mereka sampai di kantin, di sambutlah dengan Aileen yang sudah berkecak pinggang di sisi kursi dengan tiga mangkok bakso di atas meja. Sahabat-sahabatnya ini memang yang paling bisa di mengerti.

"Kalian kemana aja sih? perut gue dari tadi udah protes nih minta di kasih jatah nih" ujar Aileen mendudukan dirinya di kursi panjang yang sudah tersedia dengan tangan yang sibuk mengusap perutnya yang terasa sangat lapar sedari tadi karena menunggu kedua sahabatnya ini.

"Sorry Ai, tadi gue abis ngegalauin kucing gue yang sakit" ujarnya mendudukan diri  di samping Aileen.

"Btw ini lo semua yang pesen? kok lo tau gue gak suka pake bawang goreng?" tanya Gizel pada Aileen, padahal seingatnya ia tidak pernah memberitahu apa yang ia sukai dan tidak ia sukai kepada kedua sahabatnya.

"Tau dong, kan gue selalu merhatiin kalian, kebiasaan kalian juga" tutur Aileen menjangkau tangannya untuk mengambil saus yang terdapat di tengah-tengah meja.

"Sweet amat lo Ai sampe perhatian gini, pacar aja bukan" balas Gizel terkekeh dan mulai menyantap baksonya yang mulai medingin.

"Nih asal lo tau ya, emang pacar doang yang bisa perhatian? perhatian antar sahabat itu lebih sweet dari pada pacaran. Gue bilang gini juga karena gue sayang sama lo pada, gue peduli. Coba lo rasain rasanya di khianatin sahabat sendiri sama di khianatin sama pacar, rasa sakitnya beda sist. Di khianatin sama sahabat itu sakitnya another level" jujur Aileen yang di balas kekehan serta anggukan setuju dari Zelda yang duduk di tengah-tengah mereka.

Tanpa di sadari salah satu dari meraka tiba-tiba marasakan sesak di dada sampai-sampai tangannya meramas sendok yang masih berada di dalam mangkok. Gadis itu hanya terdiam menampilkan senyum lirihnya dan menganggukan kepalanya pelan.

TRAUMA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang