F I F T Y E I G H T

559 38 3
                                    

HAPPY READING!!

"Baru pulang Bang? habis dari mana sayang kok gak kasih tau Mama dulu?" ujar Mamanya ketika menyaksikan putra sulungnya yang baru saja pulang dan menghampiri dirinya di dapur.

"Maaf Ma, ponsel Gerald mati di jalan tadi jadinya gak bisa hubungin Mama. Tadi Gerald abis main sama teman" ujarnya menampilkan senyum kecilnya pada sang Mama dan menghampiri Mamanya yang kini tengah sibuk mondar-mandir dengan celemek di tubuhnya yang sudah belepotan oleh tepung di sana sini.

"Iya sayang, kapan-kapan hubungin Mama atau yang lainnya dulu yaa biar gak ada yang khawatir sayang" ucap Mamanya menampil senyumnya pada Gerald.

Sungguh Gerald sangat bersyukur melihat kedua orang tuanya yang berubah menjadi lebih perhatian kepada anak-anaknya semenjak ia mengutarakan perasaannya saat Zelda koma waktu itu. Biasanya setiap ia pulang sekolah Bibi nya lah yang selalu menyambutnya di depan pintu, rasanya sangat senang sekali sekarang ketika mendengar suara lembut seorang Mamanya.

"Mama bikin apa? Zelda dimana? Papa? Bibi juga mana? Kok Mama sendirian?" tanya Gerald yang sudah meletakan dagunya di bahu Mamanya dan menyaksikan Mamanya mengotak-ngatik adonan kue dengan memasukkan beberapa coklat serta marsmellow kedalam adonan itu, Gerald tidak tau apa yang Mamanya buat tapi ia pasti tau itu akan menjadi enak ketika sudah bersentuhan dengan lidahnya nanti.

"Ih Bang jangan gelendotan gini ah. Mama lagi ribet ini, berat tau" ucap Mamanya menggerakan bahunya yang disenderkan oleh Gerald, walaupun ia senang melihat anaknya yang cuek ini terkesan manja jika bersamanya.

'"Jawab dulu Gerald tanya tadi" jawabnya masih kekeh menyenderkan dagunya tanpa bergerak sedikit pun.

"Adik kamu ada di kamarnya, Papa masih kerja paling dikit lagi pulang, Bibi udah pulang dia lagi sibuk sama acara lamaran anaknya. Udah sana mandi kamu bau ih" jawab Mamanya.

"Dih, Gerald mah mandi gak mandi tetep wangi, kalo Zelda tuh baru" elaknya terkekeh ia sudah menjahkan tubuhnya dari Mamanya dan menyandarkan tubuhnya di meja pantry tidak jauh dari Mamanya berdiri. Ia lagi-lagi tertawa ketika melibatkan nama adiknya sebagai bahan ejekannya, sudah lama ia tidak mengusili adiknya semenjak adiknya pulang dari rumah sakit dan melihat keadaannya yang sangat down kala itu.

"Jangan suka di jailin ah adik kamu, kasian tau" ucap Mamanya memasukkan adonan kue itu kedalam oven.

"Justru itu yang Gerald lakuin Ma biar dia lupa sama apa yang pernah dia laluin kemarin. Gerald gak suka dia selalu murung terus diem-diem nangis di kamarnya setiap malem" jeals Gerald membuat pergerakan Mamanya terhenti seketika dan diam-diam ia tersenyum melihat betapa perhatiannya Gerald pada adiknya, walaupun degan cara yang berbeda.

Mama mencuci tangannya dan membuka celemeknya yang kotor itu, ia berjalan menghampiri Gerald dan berdiri di depannya.

"Makasih ya sayang, makasih udah nepatin janji kamu sama Mama Papa waktu itu, sekarang biar Mama dan Papa yang ambil alih itu semua. Jadi sekarang Abang fokus sama apa yang Abang lakuin sekarang, fokus sama tujuan Abang, fokus sama cita-cita Abang itu?" di akhiri kekehan kecil Mamanya dengan tangannya yang bermain mengelus lembut rambut putra sulungnya yang entah kenapa ia melihat ada kelelahan di pancaran matanya.

Gerald tersenyum, ia memeluk pinggang Mamanya dan menenggelamkan wajahnya di perut sang Mama.

"Itu semua juga bagian dari tugas Gerald sebagai Abang Ma, mau bagaimana pun keadaannya Gerald selalu ada buat Zelda, eh engga buat semuanya" jelas lelaki itu mendongakkan kepalanya dan tersenyum menatap Mamanya yang kini menatap bangga kepada satu-satunya ini.

"Anak Mama hebat, i'm so proud of you" puji sang Mama dengan mata yang berkaca-kaca, entah dari kapan suasana ini menjadi semakin emosional. Ia berusaha menahannya sedari tadi bahkan tanpa mereka tau dirinya sering kali menangis saat tengah malam memikirkan nasib kedua anaknya di masa depan nanti, ia selalu takut hal yang tak terduga terjadi di lingkups keluarga mereka terutama dengan putrinya yang belum sepenuhnya dari trauma yang ia alami.

TRAUMA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang