F I F T Y T H R E E

711 52 3
                                    

HAPPY READING!!

Dengan perlahan tangannya mulai bergerak untuk membuka knop pintu, terdengar suara saut menyaut dari beberapa murid yang ada di dalam kelas. Zelda kembali menghela napasnya dan mendorong pintu kelas hingga suara-suara di dalam kelas itu seketika menjadi hening. Semua pandangan menatap ke arah pintu.

"Cih kirain gue guru, ngagetin aja" ucap salah satu cewek di dekat pintu kelas yang tadinya sedang bergosip dan kembali melanjutkan gibahannya yang tertunda tadi. Zelda tersenyum kecil sebagai tanggapannya.

Gadis itu mengedarkan pandangannya menatap teman sekelasnya yang kembali seperti semula, mengabaikan dirinya yang tengah mamatung di dekat pintu kelas, juga Zelda di depan kelas acuh, seakan tak ada siapa-siapa disana.

Mereka mengabaikan Zelda atau pura-pura tidak mengenalinya?

"Zeldaaa, kok lo masuk? astaga kenapa gak bilang-bilang kita sih? emang lo udah sembuh total? Liat, muka lo masih lumayan pucet gini, kenapa masuk coba" ujar Gizel yang tiba-tiba menggapai kedua bahunya. Entah kapan gadis itu sudah berada di depannya, ia pun tak menyadarinya sama sekali.

"Tau lo, muka masih pucet gini sok-sok an masuk, lo  gak masuk setengah tahun juga gue yakin lo lulus dengan nilai yang lumayan bagus Zel. Gak usah maksain gitu lah" balas Ailee menepuk bahunya.

"Gapapa, aku kangen aja belajar di sekolah" balas Zelda menampilkan senyumannya dan beralih melangkah mendekati mejanya. Zelda menduduki kursinya yang entah kenapa terasa sedikit lengket, tapi memang tidak ada apa-apa di atas kursinya, hanya saja terasa lengket ketika pahanya menyentuh kursi dingin itu.

"Kenapa Zel? lengket ya? iya tadi pas gue dateng ada telur busuk di atas meja sama kursi lo, jadi gue bersiin pake tisu, udah gue semprot juga kok pake minyak wangi. Tapi kayaknya masih lengket gitu" ucap Gizel menjelaskan.

"Padahal pas gue dateng ada sekitar 8 orang di dalam kelas, tapi gak ada satu pun yang bergerak bersihin meja lo, apa lagi yang tugas piket hari ini. Buta mungkin" sinis Gizel pedas di akhir kalimatnya membuat kelas menjadi sedikit hening, mungkin sedikit tersindir.

Zelda menggapai tangan Gizel dan mengelus punggung tangannya.

"Gapapa Gizel, makasih banyak udah bantuin aku" bals Zelda tersenyum menatapnya yang justru tamabh membuat Gizel semakin kesal di buatnya. Ia tak habis pikir kenapa sehabatnya masih bisa senya-senyum seperti ini ketika tau dirinya tengah di rundung.

"Tapi gue yakin salah satu dari mereka dalangnya Zel, lo jangan mau diem aja di giniin. Gue gak terima mereka nyambut lo kayak gini. Lo-"

"Gizel" ucap kedua sahabatnya menenangkan Gizel terlihat ingin meluapkan ke kesalannya. Mereka berdua menggeleng sebagai tanda agar Gizel tidak melanjutkan kata-katanya.

Zelda serta Aileen bisa merasakan perasaan sahabatnya itu yang masih saja menggebu-gebu. Baru kali ini mereka melihat Gizel yang terlihat sangat marah, mengingat dulu Gizel di keluarkan dari sekolahnya karena sifatnya yang lumayan berantakan. Jangan sampai kejadian itu terjadi lagi.

"Tenang Gi, mau lo ber-asumsi apapun kalau kita gak ada bukti semuanya sia-sia. Kita bakal kalah telak di banding sama mereka, gue ngerti perasaan lo. Tahan okey?" pesan Aileen mengusap pundak Gizel dan di angguki oleh gadis itu.

Zelda tersenyum lirih, matanya kian melirik teman sekelasnya yang masih saja acuh terhadapnya. Sudahlah tak apa, ia sekolah juga tidak mencari perhatian mereka.

"Eh ada apa nih, tumben gak terlalu ribut nih kelas. Loh ini Zelda? alhadulillah member kelas lengkap lagi. Oh iya gimana kabar lo Zel?" saut cowok jangkung di samping Aileen yang tiba-tiba, sepertinya ia baru datang terlihat dari tas yang masih bertengger di bahunya.

TRAUMA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang