F O U R T Y S I X

767 52 0
                                    

HAPPY READING!!

"Abang!"

"Hey adek abang yang paling cantik" tanya Gerald tersenyum menatap adiknya yang kini lebih terlihat lebih segar dari sebelumnya.

"Abang kemana aja? masa adeknya sadar malah gak ada, payah" ambek Zelda mencembikkan bibirnya lucu membuat Gerald terkekeh pelan.

Memang semenjak perdebatan antara dirinya dengan kedua orang tuanya, Gerald belum sekalipun menjenguk Zelda ketika kedua orang tuanya berada di sana, ia akan menunggu sampai kedua orang tuanya pergi baru ia masuk.

Ia belum siap bertemu dengan keduanya, walaupun rasa rindu di hatinya tak bisa di pungkiri.

"Sorry, lo tau kan kelas 12 lagi sibuk-sibuknya sekarang" jawabnya mendudukan dirinya di sisi kasur itu dan menggenggam tangan adiknya, terdapat kebohongan di sana.

"Ada Mama sama Papa loh, seneng gak?"

Dengan antusias Zelda mengangguk cepat dan menampilkan senyum lebarnya, walaupun ia tau itu bukanlah senyuman tulus dari hati. Tak tahan melihat senyum itu dengan gemas Gerald menyentil pelan dahi adiknya, agar gadis itu sadar apa yang dia lakukan.

"Gue gak suka senyum lo itu" sarkasnya, dengan hati-hati ia pun membawa adiknya kedalam dekapannya, pada saat itu lah isak tangis Zelda terdengar memenuhi ruangan.

"Bodoh Zel, yang lo lakuin itu bodoh. Sadar gak huh?" jelas Gerald mengelus punggung adiknya yang terasa rapuh.

"Gak kuat Abang....Zelda gak kuat" isaknya tertahan, air matanya semakin menderas membasahi kemeja coklat yang Gerald kenakan, namun ia tak peduli.

"Lo harus kuat Zelda, lo punya gue, lo punya Papa-Mama, bahkan lo punya pacar yang bener-bener ngelindungin lo mati-matian disini, lo juga punya sahabat yang selalu ada buat lo" tanya lembut Gerald melepaskan pelukannya dan mengusap air mata adiknya yang masih saja membajiri pipinya.

Dengan pelan Zelda menganggukkan kepalanya walaupun masih ada rasa ragu di hatinya.

"Bertahan sebentar lagi ya?" tanya Gerald lagi yang lagi-lagi di angguki oleh adiknya.

"Mau janji satu hal sama gue?" Zelda menaikkan pandangannya untuk menatap Gerald bingung walaupun ia masih sesegukan.

"Janji sama gue buat gak lakuin hal bodoh atau semacamnya kayak kemarin, ya?" tanya Gerald lembut menatap lekat wajah adiknya yang terlihat sendu itu.

Dengan perlahan Zelda mengangguki kepalanya, menyetujui janji itu.

Gerald tersenyum, ia harap ini yang terakhir. Ia tak ingin lagi melihat adiknya terpuruk seperti ini. Jika saja rasa sakit yang Zelda rasakan bisa di tranfer kepadanya sudah dari dulu ia lakukan.

"Maaf Zel" lirih Gerald meraih tangan Zelda dan di kecupnya punggung tangan Zelda yang membuat adiknya heran, untuk apa abangnya minta maaf? seingatnya Gerald tidak melakukan kesalahan apapun.

"Maaf, gue belum bisa jadi Abang yang selalu ngejaga lo setiap saat, padahal papa udah sepenuhnya percayain lo sama gue. Tapi gue malah lalai dan berakhir lo kayak gini, maafin gue" gumam abangnya pelan namun dapat di dengar jelas oleh Zelda, karena keadaan ruangan yang benar-benar hening.

Zelda menggeleng cepat, tangannya pun ikut menggenggam tangan abangnya yang terasa hangat dan kasar.

"No, abang jangan bilang gitu, apa yang abang lakuin buat Zelda itu udah lebih dari cukup" ucap Zelda kembali meneteskan air matanya dan tersenyum menatap abangnya yang terdiam.

"Bahkan Zelda selalu mikir, apa jadinya kalau gak ada Bang Gerald disini, cuman Abang satu-satunya yang tau keadaan Zelda. Kata-kata Abang yang bilang 'Zelda itu kuat, adiknya Bang Gerald bukan adik yang lemah, abang selalu percaya Zelda bisa jalanin ini semua' iyakan? Abang inget?" jelas Zelda yang membuat Gerald termenung mengingat perkataannya dulu.

TRAUMA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang