F O U R T Y S E V E N

764 58 0
                                    

HAPPY READING!!

"Saya kayak pernah lihat wajah kamu, tapi dimana ya?"

Tubuh cowok itu sempat menegang sesaat mendengar perkataan lelaki paruh baya ini, cowok itu menelan silivanya kasar berharap lelaki paruh baya di depannya tidak mengenali wajahnya. Ia datang di waktu yang tidak tepat.

"Pa, udah itu nanti aja di bahasnya, ayo nak masuk dulu sini" ucap ramah Mrs. Reiger mempersilahkan Arthur masuk.

Zelda menegang kala melihat Arthur melangkah masuk kedalam ruangan dan berakhir berdiri disamping ranjangnya.

"Kamu temannya Zelda ya? atau temannya Gerald? aduhh ganteng banget, siapa namanya?" tanya Mrs. Reiger yang sedari tadi tidak mengalihkan pandangannya dari wajah Arthur, membuat sang suami memutar bola matanya jengah.

Zelda menatap Arthur dan sedikit membesarkan matanya untuk mengkode agar tidak mengatakan yang macam-macam.

"Saya Arthur tante, temannya Gerald sekaligus pacarnya Zelda" ucap santai Arthur menyunggingkan senyum tipis kepada kedua orang tua Zelda yang terlihat kaget mendengar perkataan cowok itu. Tubuh Zelda mendadak kaku ketika mendengar pengakuan cowok itu.

Sama halnya dengan Gerald, lelaki itu juga tampak kaget mendengar kata sahabatnya itu.

"Apa? pacar?" tanya Papanya dan mengubah pandangannya menatap Zelda yang tampak menunduk.

"Apa ini maksudnya Zelda? sejak kapan Papa ngizinin kamu pacaran?" tanya tegas Papanya yang menatap tajam Zelda yang hanya bisa menunduk takut menatap Papanya yang kemungkinan akan marah nantinya.

"Om bisa ikut saya sebentar? saya mau bicara sama om" pinta Arthur menatap datar Mr. Reiger, dengan ragu lelaki paruh baya itu menganggukkan kepalanya dan melangkah keluar ruangan di ikuti Arthur di belakangnya.

Setelah keduanya keluar, tinggal-lah Mama yang sudah menompang tangannya di depan dadanya sambil menatap kedua anaknya yang terdiam.

"Jadi, ada yang bisa jelasin ke Mama?" tanya mamanya mengubah nada suaranya menjadi tegas.

"Gerald, coba jelasin sama Mama" pinta Mamanya menatap tajam Gerald yang tiba-tiba menjadi kaku.

'Kenapa jadi gue yang kena?'

Gerald melirik adiknya itu sekilas, ia membasahi sedikit bibirnya agar tak terlihat gugup namun tetap saja jantungnya deg deg an setengah mati di tatap tajam oleh mamanya. Sudah lama sekali ia tak merasakan omelan mamanya. Walaupun rindu tapi ia tidak ingin di omeli seperti ini.

Gerald menghela napas sebentar sebelum menjelaskan semuanya tanpa terlewat sedikit pun. Zelda yang mendengarnya hanya mengangguk nganggukan kepalanya dengan jari yang memainkan ujung selimut.

"Benar begitu Zelda?" tanya Mamanya tiba-tiba membuat gadis itu sedikit tersentak. Dengan pelan ia menganggukkan kepalanya.

"Huft, kamu tau kan kalau Papa belum izinin kamu untuk pacaran?" tanya Mamanya, lagi-lagi di jawab anggukan oleh gadis itu. Gerald yang melihat itu hanya bisa menahan tawanya antara lucu dan kasian melihat adiknya di omelin seperti ini.

"Jangan ketawa kamu Gerald" tegur Mamanya tiba-tiba.

"Iya Ma" jawab lesu Gerald, jika saja tidak dengan suasan seperti ini sudah pasti Zelda akan menertawakan Abangnya sekencang mungkin.

"Tapi Arthur baik sama Zelda Ma, dia udah berkali-kali nolongin Zelda, dia juga yang bantu Zelda belajar sampai nilai Zelda naik kayak kemarin, dia juga ngelindungin Zelda kayak Abang lindungin Zelda" ucap Zelda meyakinkan Mamanya.

TRAUMA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang