"DIKAAAAAA!!!!" Jeritan Erie memenuhi langit-langit kelas 11
"Berisik banget si goblok ini pagi-pagi." Dika menegurnya dari belakang sambil menyandang tasnya
"POKOKNYA MULAI SEKARANG KAMU MILIK AKU." Erin memeluk erat tubuh Dika hingga sesak
"EHH!! MINGGIR KAMUU!!" kini berganti pula Agera bersama Nian datang memperkeruh suasana
Dika hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal. Pagi nya benar-benar diawali oleh ke-absurdan teman-teman nya.
"I-ini kalian pada kenapa sih?"
"Wah wahh... Sekarang Dika lebih populer ya daripada gue." Jean datang sambil menggoda santai temannya yang tengah kesusahan itu
Seketika Agera gugup karna ada Jean di depannya. Nian yang menyadari hal itu langsung nenarik nafas dalam.
"Hadehh udahlah... Gue mau ke toilet aja. Byee!!"
"Nian!! Tungguu!!" Dika berlari sangat cepat agar Erin tak bisa mengejarnya
Sesampainya di depan toilet, Nian terhenti dan duduk di tangga. Dika yang baru sampai pun ikut duduk disebelahnya.
"Gue jadi makin sayang sama lu." Tutur Dika terang-terangan
"Kalo itu gara-gara gue nemuin lu pagi-pagi, lu jangan geer. Itu semua rencana Agera." Cetus Nian tak segan
Dika mengangguk, "Gue tau kok. Justru karna itu."
Nian mengerutkan jidatnya bertanda dia tak mengerti apa yang Dika maksudkan.
"Sampai yang lu lakuin saat ini, gue suka itu. Tapi gue cuma mau bilang. Jangan sampe ya itu jadi pedang bermata dua buat lu. goodluck!" Dika pergi begitu saja tak seperti biasanya
"Kenapa sih anak itu? Aneh." Nian tertunduk hingga sesekali teringat perkataan Dika barusan
Memang tak bisa dipungkiri sosok Dika yang selama ini tengik, songong, sok keren, bisa berubah dalam beberapa hal dan untuk beberapa hal.
Di satu sisi saat Nian, Dika dan Erin sudah pergi, suasana menjadi canggung diantara Jean dan Agera.
"P-pagi kak..." Mau tak mau Agera mengalah dan membuka suara duluan
"Ehm... Maaf, gue harus ke Perpus." Jean untuk kesekian kalinya menghindari Agera
"Memang salahku apa?" Gumam Agera
•••
"Heh makan tuh bakso lu ntar keburu dingin!" Tegur Nian ke Agera yang sedari tadi melamun
"Lu mikirin apasih?" Sekali lagi Nian memastikan
"Mikirin apa lagi coba? Ya mikirin cara supaya kamu sama Dika bisa dekat lah!"
Mata Nian membulat, tak disangka temannya itu benar-benar serius dalam hal ini.
"Santai aja lah. Soalnya gue liat juga si Dika tu suka sama gue haha."
"Yaiyasih... Tapi perasaan seseorang itu bisa berubah lho, kita ngga tau waktunya kapan."
Nian mengangguk, "Kalo gitu, kapan?"
"Apanya?"
"Kapan perasaan lu berubah ke si Agasa? Padahal kan udah lama lu suka sama dia. Masa nggak berubah-ubah?"
"Ehm soal itu... Kadang aku juga ngerasa kami cuma sebatas teman. Tapi terkadang aku pengen lebih dari itu. Aduhhh!!" Akhirnya Agera sendiri yang pusing dengan masalahnya
"Gue saranin kalo emang lu nyaman sama dia hanya dengan pertemanan, lu nggak usah minta lebih. Karna nggak ada yang tau kan resikonya kalau kalian lanjut ke tahap yang lebih dari pertemanan? Jangan ambil resiko deh." Nian mulai mengeluarkan kebijakan nya
KAMU SEDANG MEMBACA
DIANTARA DIMENSI (END)
Random"Hei, berapa banyak rahasia yang kamu sembunyikan dariku?" Wajah datar nya, sikap dingin nya, tatapan malas nya, di balik semua itu ada satu rahasia besar yang enggan ia bisikkan. Apapun itu, yang ku ingin hanya satu tuhan, tolong selalu tempat kan...