"WHATTTT?!?!?! Kamu nembak Dika?!?! B-bukanya kamu sendiri yang bilang bakal bersaing sehat sama si Erin? Kok tiba-tiba jadi agresif gini?!!" Agera ternganga syok usai mendegar cerita Nian yang benar adanya
"Y-y-yaa..." Nian tertunduk malu
Agera kembali duduk, "Terus? Respon si Dika gimana?"
"Kapan-kapan ya gue ceritain, mau ke toilet dulu, kebelet nih hehe..." Nian berlari ke toilet tanpa mendengar respon Agera.
Saat bercermin di toilet, Nian memejamkan matanya, lalu mengingat momen yang terjadi kemarin....
•
•
•"A-apa? Kuping gue kayaknya agak bermasalah..." Dika mulai bersandiwara
"Lu gak salah denger kok. Gue mau lu jadi pacar gue!"
Raut wajah Dika seketika berubah. Ekspresi nya sama ketika mereka berbincang di tangga kemarin. Namun entah kenapa, setiap Nian melihat sisi diri Dika yang mengenakan raut wajahnya itu, ada sesuatu yang perlahan merayap di denyut nadinya...
Nian tertunduk kaku, tentu pipinya saat ini merah padam!
"K-kalo gak mau sih nggakpapa... Yaudah, gue masuk dulu." Nian berbalik badan otw masuk rumah
Tanpa segan, Dika menahan tangan Nian, lalu mendekati pundak Nian sampai tepat di sebelah telinga kanan Nian.
"Gak sopan banget abis nembak orang langsung pergi." Bisik cowok itu
Kini sekujur tubuh Nian bergetar. Rasanya ini bukan Dika yang sama! Bukan dika bobrok yang biasanya mengganggu Nian di sekolah.
"J-jadi?" Saut Nian pelan
"Gue tau kok kenapa lu nembak gue gini. Tapi tetep aja, gue tersanjung karna lu udah berani ngumpulin niat lu." Masih dengan nada berbisik, kini Dika terlihat seperti peran antagonis di film-film
Nian menarik nafas gugup, "D-dika, gue nembak lu ya karna gue suka sama lu. Emang harus ada niat tertentu?"
Dika dengan tenaga kuatnya membalikkan badan Nian. Kini mereka saling berhadapan, hanya tersisa lima meter jarak antar-muka mereka.
"Banyak hal yang gue suka dari lu Nian. Tapi cuma satu yang gak gue suka, Pembohong hebat!"
"Lu bisa pake topeng lu ke orang lain. Tapi jangan pernah sesekali lu pake pas sama gue. Karna percuma." Sambung Dika
"L-lu, bisa baca pikiran orang apa gimana hah?!" Bentak Nian emosi
Dika tertawa kecil, "Memangnya cuma yang bisa baca pikiran yang bisa tau apa yang orang pikirin? Ortu gue psikolog, gue juga cita-citanya pengen jadi psikolog sukses. Dan lu, orang kayak lu terlalu ezz buat ditebak."
"Ouh okey, jadi sekarang gue gak perlu basa-basi lagi dong ke elu? Nice." Nian tersenyum licik
"Gue balik dulu." Dika kembali menaiki motornya dan memasang helm
"Eh bentar dulu, soal pacarannya..."
"Udah tenang aja. Gue tau kok apa yang harus gue lakuin."
Nian terpaku dengan mulut yang masih komat kamit karna perkataan nya belum terselesaikan. Sementara Dika sudah menjauh bersama motornya.
"Cih, gak adil banget! Tu anak... Dia bisa baca pikiran gue, tapi gue gak tau apa yang dia pikirin sampe saat ini!"
[Flashback off]
Nian keluar daru toilet, ia melihat Jean menuju kantin dengan tampang ceria. Nian pun menghampiri nya...
"Kak Jean!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DIANTARA DIMENSI (END)
Acak"Hei, berapa banyak rahasia yang kamu sembunyikan dariku?" Wajah datar nya, sikap dingin nya, tatapan malas nya, di balik semua itu ada satu rahasia besar yang enggan ia bisikkan. Apapun itu, yang ku ingin hanya satu tuhan, tolong selalu tempat kan...