•SISI LAIN HUJAN•

7 2 0
                                    


Hujan terus menerus turun tanpa henti. Agasa juga semakin tidak bisa tenang hanya dengan pelukan Agera. Akhirnya Agera berinisiatif melakukan sesuatu.

Agera melepas pelukannya, berjalan ke tengah-tengah hujan, lalu mulai menari dengan santai.

Tarian yang sama dengan yang ia tunjukkan pada Agasa empat tahun lalu. Sontak Agasa menoleh ke Agera.

Tanpa memikirkan hujan akan membuatnya sakit, Agera terus menari sampai senyuman terlukis dan ketakutan hilang dari Agasa.

"Berhenti, Ra. Hujannya deras banget! Nanti kamu sakit!!" jerit Agasa khawatir

Agera tak menghiraukannya, ia terus menari dengan riang.

Tak tega melihat Agera kehujanan, Agasa terpaksa melawan rasa takutnya lalu terjun ke derasnya hujan.

"Ayo, Ra. Kita menepi!" Agasa menarik lengan Agera, nakun ditepis oleh Agera. Agera malah menarik Agasa untuk menari bersamanya

"Ayo Gasa, lawan rasa takut kamu!!" ucap Agera meyakinkan

Agasa hanya diam saja diguyur hujan, entah apa yang tengah ia pikirkan.

Terus menerus Agera menari, hingga tak sengaja mengijak batu lalu terpeleset.

"Awww!!" jerit Agera kesakitan

Agasa langsung sigap mendekati Agera, "Kamu luka!!"

Darah mulai keluar dari lutut Agera, tanpa fikir panjang, Agasa membalut luka Agera dengan sapu tangan milik Agera sendiri. Lalu dengan beraninya Agasa menggendong Agera dan membawanya menuju ke rumahnya.

"Agasa?"

"Hm?"

"Kenapa kamu gendong aku?" tanya Agera di atas pundak Agasa

"Pertanyaan bodoh macem apa itu."

"Sekarang kan lagi hujan... Memangnya kamu nggak takut?"

"Entahlah, pas ngeliat kamu luka tadi, yang ada di fikiran aku cuma satu, bawa kamu pulang." jawab Agasa berterus terang

Agera tersenyum tipis, kalimat tadi mampu membuat seseorang jadi salah tingkah.

"Bodoh banget aku, padahal tadi kan aku yang mau menghibur kamu." ujar Agera kecewa

Agasa tersenyum, "Dan kamu berhasil."

"Oiya?? Wahh.. Ternyata aku ada bakat jadi penari hahaha.."

"Jangan." singkat Agasa

"Apanya?"

"Jangan jadi penari."

"Kenapa?"

"Karna tarian Agera cuma untuk Agasa."

Kali ini kalimat Agasa benar-benar membuat wajah Agera merah padam! Sungguh berdamage sekali!!!

"Kalo gitu kamu harus bayar!"

"Lah, kenapa?"

"Ya modal dong!" ketus Agera

"Nih udah aku bayar."

"Mana??"

"Ini beban di pundak aku??" goda Agasa

Agera langsung melontarkan cubitan pedasnya ke punggung Agasa, "Makan tuh beban!!"

Tanpa sadar mereka pun sampai di rumah Agera, badai hujan juga sudah berhenti, seolah tadi tidak ada badai ketika mereka bersama.

"Makasih ya." ucap Agera sambil ternyum lebar

DIANTARA  DIMENSI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang