•KARNA KAMI SAHABAT•

2 1 0
                                    


"Namanya mau dikasih nama siapa nih, Mbak?"

"Hmm siapa ya Mas?"

"Gimana kalo Agera aja?"

"Agera Miftah cocok deh kayaknya Mas!"

"Wah iya Mbak! Tuh lihat, dia senyum namanya dipanggil!"

"Ululuuu anak Mami, Agera!!"

"Apa dia nanti juga mewarisi 'itu' Mbak?"

"Apa? Dewi, gak baik banget kamu ngomong gitu didepan Agera!"

"Kalau pun nanti dia mewarisinya, akan aku pastiin itu gak akan mengganggu kehidupannya!"

•••

"Mi, sayang, bangun! Udah jam tujuh pagi ini, kita harus berangkat kerja." Ucap Papi dari sebelah sisi kanan ranjang

Mami mengucek matanya, lalu mulai bangkit dari tempat tidur.

"Mungkin hari ini waktu yang tepat Pi."

"Apa?"

"Sesuai janji Mami tujuh belas tahun lalu. Pokoknya hari ini gak boleh ada apapun yang menghalangi." Mami mempertegaskan tekadnya

"Jadi Mami mau mulai darimana?"

"Nanti Mami bakal kasih tau semuanya ke Agera. Tapi sebelum itu ada yang harus Mami urus."

Papi cuma menggangguki istrinya. Bukannya tak peduli, melainkan mencari jalur aman saja untuk tidak bertengkar. Lagipula mereka sudah kesekian kalinya bertengkar hebat karna persoalan Agera ini.

"Kalo gitu Papi siap-siap ke kantor dulu."

•••

"Eh Jean, gimana perasaan lo hari ini? Nyesel ya karna mutusin gue? Haha!" Sintya dan Erin memergoki Jean yang menyudut di lapangan sekolah dengan seragam latihan basket

Mungkin Sintya mengira Jean galau karna tak berpacaran lagi dengan dirinya, padahal Jean sedang pusing memikirkan cara untuk mendekati Agera.

"Big no. Gak usah kegeeran lo! Gue lagi mikirin Agera." Jean meninggikan nada suaranya sehingga murid-murid di lapangan mendengar

Sintya langsung malu setengah mati karna harga dirinya baru saja diinjak-injak sama mantan sendiri.

"Liat aja! Mungkin sekarang lo masih bisa mikirin si benalu itu. Tapi nanti pasti otak lu bakal diisi sama penyesalan karna udah mutusin gue! Haha."

"Emangnya lo ada rencana Sin?" Sela Erin kepo

"Ya adalah! Bukan Sintya namanya kalo gak punya seribu rencana."

"Eh denger-denger tadi Jean bilang lagi mikirin Agera lho! Waduh..." Bisik siswi-siswi di pojok kelas

Nian mendengarnya lalu menoleh ke Agera, ternyata respon Agera sangatlah datar.

"Hadehh emang dasar ya... Pasti Agera tuh penyebab Sintya sama Jean putus. Cih, dasar benalu!" Bisik-bisik anak gang cewe itu lagi

Kini Nian sudah tak bisa menahannya lagi. Memangnya siapa yang bisa tenang mendengar nama sahabatnya dijelek-jelekkan?!

"Duduk, Nian." Perintah Agera dingin

"T-tapi mereka..."

Agera tersenyum, "Biarin aja. Mereka kan gak tau apa yang terjadi."

"Ya justru itu gue harus kasih paham ke mereka!"

"Gak ada gunanya euy, yang ada kamu jadi capek sendiri."

DIANTARA  DIMENSI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang