•SATU SETENGAH JAM•

4 2 0
                                    


Matahari pagi menyentuh kulit glowing Agera dari balik tirai jendela kamar.

Tubuh Agera masih terbaring di tempat tidur. Wajah Agera keliatan sangat lelah seusai apa yang ia lalui semalam.

Perlahan, Agera membuka matanya. Ia celingukan melihat sana-sini seperti kebingungan. Ditambah lagi suasana rumah sangat sepi.

"A-gasa.." Agera menyebut nama temannya itu dengan lemah

TINGGGNUNGGGG!!!

Bel rumah berbunyi, itu artinya ada tamu.

Dengan lemasnya Agera berjalan patah-patah ke depan pintu gerbang. Saat dibuka, ternyata itu Agasa.

"Pagi!" sapa Agasa

"Pagi..." Agera masih kebingungan dengan situasi ini. Karna seingatnya terakhir kali ia berada di tengah jalan hujan-hujanan

Tanpa memperdulikan Agera, Agasa langsung nyelonong masuk ke rumah. Tampak di tangannya ada sebuah kantong platik warna merah.

"Gak sopan!" cetus sang tuan rumah

Agasa hanya membalasnya dengan senyuman.

"Ayo ke kamar kamu." pinta Agasa lembut

Entah apa yang Agera pikirkan, yang jelas raut wajah Agera langsung merah padam gugup.

"Ayo!" ulang Agasa

"M-mau ngapain?"

"Supaya kamu bisa tiduran."

"Hah?!?!"

Ternyata memang dari awal Agera sudah berfikiran macem-macem mengenai kedatangan Agasa yang tak biasa ini.

"L-lho.. Ehm kenapa harus tiduran s-segala.. M-mau ngapain emangnya..?" sekarang Agera seperti orang gagap

"Kompres. Kamu masih demam kan?"

"Ooo kompres.. Emang kompres harus banget ya tiduran?" Agera mencari alasan

Agasa mengambil kain yang ada dalam plastik yang ia bawa tadi, lalu mengambil air dari dapur beserta mangkuk, setelah itu menempelkannta di dahi Agera.

"Nahkan bisa lengket!! Berarti gak perlu tiduran!" Agera bersorak lega

PLEKKK

Kain yang ada di dahi Agera terjatuh. Agasa langsung menatap Agera sinis, seolah berkata 'lihat, aku benar kan?!'.

Agera langsung panik dan mencoba menjelaskan, "T-tapi kan rumah lagi gak ada orang. Mami sama Papi aku lagi kerja, jadi kan g-gak baik kalo kamu masuk ke kamar aku.."

"Yaudah, sini di sofa ruang tamu aja, biar gak ada yang mikir macem-macem."

"Beneran harus tiduran nih?"

Agasa menjawab melalui tatapan dinginnya. Agera yang ketakutan cuma bisa nurut lalu tiduran di atas sofa ruang tamu.

Agasa pun mengambil kursi dan meletakkannya di sebelah Agera. Ia pun mulai mengompres-nya.

"Btw Gas, aku gak inget gimana caranya aku bisa sampen rumah." Agera mulai bertanya-tanya

"Memangnya karna siapa lagi?" sindir Agasa

Agera memasang raut kesal, "Yauda iya, makasih!"

"Padahal dulu pas kamu masih SMP kamu selalu ngajak aku buat ke kamar kamu." ulik Agasa

"Karna sekarang udah berubah Gas, seseorang gak akan bisa selalu ada diposisi yang sama. Kita akan terus berubah, entah itu jadi lebih baik, atau lebih buruk."

DIANTARA  DIMENSI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang