•SANG PENENANG•

4 2 0
                                    


Di sore hari sebelum Agera bersiap-siap pergi ke Party-nya Sintya, tersirat keinginan di hatinya untuk menemui Agasa terlebih dahulu.

Keinginannya itu pun ia realisasikan saat itu juga.

"Baru juga tadi ketemu, uda ketemu lagi." sapa Agasa malas

"Tadi cuma kebetulan lewat aja kok."

Agera berjongkok di depan rumah Agasa, tetapi Agasa hanya menatapnya dari atas alias gak ikut berjongkok juga kayak Agera.

"Malam ini ada Party di rumah nya Sintya..." mulai lah Agera menceritakan rencananya

Agasa terus mendengarkan dengan serius.

"Kalo di pikir-pikir, daripada kamu ngenolep di rumah, mending kamu ikut aku ke Par-"

"GAK." ketus Agasa lalu melangkah hendak masuk ke dalam rumah

"Memangnya kenapa? Tolong kasih alesan yang jelas kenapa kamu selalu nggak mau aku ajakin kumpul bareng temen-temen."

"Buat apa? Memangnya di hidup ini kita harus selalu punya temen? Memangya temen itu berguna?" kembali Agasa melanjutkan langkahnya

"Haha, nggak heran kalo sampe sekarang temen kamu cuma aku sama Lidya doang." sindir Agera lantang

"Iya. Iya, kita memang mutlak cuma temen doang!"

Agera terdiam bingung, jawaban yang di berikan Agasa tersendar familiar. Lagi pula itu diluar topik pembicaraan.

Agera mengangkat pandangannya, beralih menatap wajah Agasa dengan serius. "Kenapa tiba-tiba ngomong gitu? Memangnya kita bisa lebih dari temen?"

"Entahlah. Tapi mungkin memang lebih baik gitu." Akhirnya Agasa masuk ke rumah nya tanpa sepatah kata lagi

Mendengar ucapan Agasa barusan, Agera merasa kesedihan, kekecewaan, dan kemarahan sekaligus. Bahkan dia yang biasanya punya beribu jawaban untuk menandingi perkataan Agasa, kini cuma bisa tertunduk sedih.

Tringgg

Notifikasi Whatsapp dari ponsel Agera berbunyi, setelah di cek, ternyata itu pesan dari Jean.

"Mau gw jemput ga? Tp jemput nya sm tmn² yg lain kok, jd gabakal ada salah paham."

Agera mulai mengetik memberikan jawabannya.

"Oke. Mksh ya^^ "

•••

Beberapa menit kemudian, Jean pun sampai di depan rumah Agera. Dengan senangnya Agera memakai helm yang diberikan oleh sang senior lalu menaiki motor nya. Mereka pun langsung pergi menuju ke pesta yang diadakan Sintya.

Akhirnya mereka sampai, sedari di perjalanan Agera hanya mengiyakan semua yang dibicarakan Jean. Karna selain gak kedengaran, mood Agera juga gak baik saat ini. Yang pasti ini sebab ucapan Agasa yang ceplas-ceplos.

"Lo masuk diluan aja dulu, gue mau parkir motor." Jean menatap Agera perhatian

"Oke. Bye."

Saat memasuki rumah Sintya yang mewahnya bukan main ditambah dengan pernak pernik pesta yang mungkin harganya lebih mahal dari harga Iphone 11...

Mata Agera terus mencari keberadaan Nian, tapi tak kunjung ia temukan.

Muncul inisiatif Agera untuk menelpon Nian, tapi ia dikagetkan dengan sebelas panggilan tak terjawab dari Nian melalui Whatsapp.

DIANTARA  DIMENSI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang