Jean melemparkan bola tepat ke dalam jaring keranjang. Tak lama ia ber-rehat sementara di tempat duduk yang sudah disediakan dalam lapangan sekolah SMA GLOBAL JAYA.
Kebetulan Agera berjalanan melewati koridor sekolah yang lantas terlihat oleh Jean.
"Agera!" Panggil Jean lantang
Mendengar namanya disebut, Agera berbalik badan. Lalu Jean menghampiri sambil mengelap keringat.
"Maaf kalo belakangan ini gue sering cuek ke lo." Tutur Jean
Agera terus menatap polos.
"Lo tau kan nasib gue tergantung sama Sintya? Gue gak bisa apa-apa!"
Jean yang tampak mulai depresi langsung diberi tepukan pundak dari Agera.
"Aku paham kok kak. Lagian kayaknya aku memang gak punya perasaan spesial ke kakak. Selama ini mungkin aku cuma berlebihan aja karna kakak itu keren." Balas Agera santai
"Kalo gitu aku balik ke kelas dulu ya Kak, selamat latihan!"
Baru dua tapak Agera melangkah, Jean sudah menghalangi dengan cara berdiri di depannya.
"J-jadi lo gak suka sama gue lagi? Kalo gitu suka sama? Si Agasa itu? Siapa sih tu orang?!"
Akibat terlalu sering mendengar nama Agasa disebut-sebut oleh si pujaan hati, Jean mulai menluapkan kekesalannya.
"Teman." Singkat Agera
Jean mengangkat sebelah alisnya, "Cih! Emang masih jaman ya kejebak friendzone?" Ejeknya.
"Setelah aku pikir lagi sih dia bukan teman."
"Jadi? Pacar?" Salib Jean cepat
"Sahabat."
Kali ini Agera berhasil membuat kakak kelasnya bungkam. Agera pun berjalan santai ke kelasnya tanpa menghiraukan Jean yang masih bingung harus bereaksi apa.
Meski tanpa disadari, mereka berdua tak sendirian di lapangan itu. Ada Nian yang secara diam mendengarkan sambil tersenyum tipis.
Memangnya obrolan mereka tadi lucu?
Seperti biasa Jean berlatih basket hanya sekitar lima belas hingga dua puluh menit. Lepas itu ia akan kembali ke kelasnya.
Di mejanya, sudah ada Sintya yang menduduki bangku Jean. Jean yang sedang jelek moodnya akibat perbincangan dengan Agera barusan langsung mengusir Sintya menggunakan nada galak.
"Dih, kenapa lo? Santai dong!" Bentar Sintya tak terima
Ya, ini bukan hanya terjadi sekali, mereka memang tak memiliki kecocokan sedikit pun. Jean selalu keras kepala sementara Sintya kasar dan selalu egois atas keinginannya.
"Heh! Jangan paksa gue buat kita ulangin pembicaraan kita kemarin!" Ancam Sintya dingin
"Mending lo balik ke kelas lo sekarang. Bentar lagi udah mau bel." Usir Jean santai
Hampir saja Sintya menarik kerah baju Jean, guru MTK masuk ke kelas 11-A. Terpaksalah Sintya mengalah kali ini dan meninggalkan kelas Jean dengan dendam yang masih membara.
Sesaat sebelum Nian masuk ke toilet, ia melihat Erin berbicara berduaan bersama Dika dihiasi ekspresi senang.
Sebenarnya Nian tak mau ambil pusing, tapi lama-lama ia kepo apa yang lagi mereka berdua bincangkan.
Lalu Nian mendekati mereka berdua dengan berlagak songong.
"Hei, kalo mau kencan itu cari tempat yang elit dikit dong!" Ejek Nian puas
KAMU SEDANG MEMBACA
DIANTARA DIMENSI (END)
Random"Hei, berapa banyak rahasia yang kamu sembunyikan dariku?" Wajah datar nya, sikap dingin nya, tatapan malas nya, di balik semua itu ada satu rahasia besar yang enggan ia bisikkan. Apapun itu, yang ku ingin hanya satu tuhan, tolong selalu tempat kan...