"Mami pulangg!!" Sahut Mami ketika membuka pintu rumahTampaknya ini adalah hari yang bahagia untuk Mami. Tapi entahlah apa itu juga sama untuk orang lain...
"Kata Papi hari ini Mami gak kerja ya? Terus seharian pergi kemana dong?" Agera menyambut dengan berbagai pertanyaan
"Duduk Agera! Ada satu hal penting yang harus Mami kasih tau ke kamu." Raut muka Mami mendadak berubah
Agera cuma bisa menuruti saja.
"Kok serius banget Mi? Kenapa sih? Jangan bilang tentang jodoh-jodohin aku sama Jean lagi? Ah males!"
Mami menggeleng pelan, dan itu cukup untuk membungkam mulut rewel Agera.
Mobil Papi akhirnya sampai di depan gerbang yang lalu dibukakan oleh Bibik. Papi masuk dan langsung duduk begitu saja di sebelah Mami dengan raut muka yang tak jauh berbeda. Papi seperti sudah tau apa yang tengah terjadi disini.
"Lho? Ini kenapa sih? Kenapa pada suram?" Celetuk Agera lagi kebingungan
"Dengerin aja apa yang dikatakan Mami kamu." Balas Papi tegas
Iya, Papi sosok yang biasanya lemah lembut ke Agera menjadi dingin sekali sekarang ini. Hei, ada apa?
"Sekarang ini umur kamu udah tujuh belas tahun kan, Agera?" Mami mulai menanyai
"Iya, terus?"
"Itu artinya sekarang waktu yang tepat untuk Mami nepatin janji yang udah Mami buat tujuh belas tahun lalu."
Alis Agera tertaut bingung, "Janji? Janji apa?"
"Sebelumnya pasti kamu udah tau kalo dalam silsilah keluarga kita, ada tradisi yang masih berkaitan sama hal mistis. Tapi satu hal yang kamu belum tau, bahwa nenek kita itu bisa dibilang indigo yang bahkan tingkatannya terlalu tinggi. Hingga meski dia meninggal pun, keahliannya itu terwarisi ke anak bahkan cucu-cucunya. Mami ini anak pertama, tante Dewi anak kedua."
Mami mengambil nafas sebentar lalu melanjutkan ceritanya.
"Mami pikir Mami ini gak akan mewarisi itu. Tapi ternyata Mami dan Dewi justru kena. Namun untungnya kemampuan kami gak sehebat nenek, jadi Mami fikir gak ada salahnya untuk tetap mempertahankan warisan ini."
"Tapi ternyata lagi-lagi Mami salah! Sekarang kamu tau apa akibat nya karna Mami gak menghilangkan kutukan itu dari dulu? Kamu! Kamu jadi terlahir dengan mewarisi kemampuan itu juga! Kamu terlahir sebagai anak indigo!" Mami terisak perih menahan air mata yang bercucuran. Papi cuma bisa merangkul istrinya dari samping.
Sementara Agera masih terpaku bingung.
"Anak indigo? T-tapi kenapa aku gak pernah ngeliat hantu?"
"Karna kamu sudah generasi keempat, jadi kemampuan kamu gak sepeka atau sehebat nenek moyang kamu. Bahkan menurut penilaian Mami, kamu cuma bisa ngeliat hantu yang mau menunjukkan dirinya saja." Jelas Mami lebih lanjut
"Ooo, baguslah! Kalo gitu Mami gak perlu khawatir lagi kan sama Agera?"
Mami menatap tajam, "Tapi masih ada satu kendala."
"Apa?"
"Agasa! Anak itu! Sialan!!" Teriak Mami kesal
Papi lagi dan lagi mencoba menenangkan istrinya.
"Agasa? Kenapa sih Mi? Mami tuh selalu aja nyangkutin Agasa ke masalah keluarga kita! Padahal itu karna Mami cuma gak mau aja kan Agera deket-deket sama Agasa? Karna Mami lebih seneng kalo Agera deket sama Jean kan?! Cih!" Agera bangkit dari sofa menuju kamarnya
KAMU SEDANG MEMBACA
DIANTARA DIMENSI (END)
Random"Hei, berapa banyak rahasia yang kamu sembunyikan dariku?" Wajah datar nya, sikap dingin nya, tatapan malas nya, di balik semua itu ada satu rahasia besar yang enggan ia bisikkan. Apapun itu, yang ku ingin hanya satu tuhan, tolong selalu tempat kan...