•CEMBURU, YA?•

8 3 0
                                    


Di perjalanan pulang ke rumah Agera, Nian hanya diam saja menatap fokus ke depan. Mungkin Nian sedikit kecewa karna perjumpaannya dengan Agasa terlalu singkat, bahkan Agasa menolak mentah-mentah jabat tangan Nian.

"Gue boleh nanya nggak, Ra?" Nian menyikut sedikit lengan Agera

"Kalo nanya tentang si Lidya aku nggak mau jawab ya." tegas Agera

Nian menatap ngeri, "Nggak kok hehe."

"Ini soal lu sama Agasa."

"Emang kenapa?"

"Kalian kan udah temenan dari kecil, berarti orangtua kalian udah saling kenal dong?" Nian semakin mengulik lebih dalam tentang status Agera dan Agasa

"Iyaa, tapi nggak sebaik yang kamu kira sih."

"Emang kenapa?"

Agera menghela nafas, "Aku juga nggak tau, Mami aku tuh nggak pernah suka liat Agasa dari dulu. Mami selalu ngelarang aku untuk temenan sama Agasa." muka Agera yang tadi nya kesal berubah menjadi raut sedih

"Lu pernah nanya ke Mami lu kenapa dia kayak gitu?" Nian menepuk pelan pundak Agera seolah menenangkan

"Percuma, nggak akan dijawab." cetus Agera pasrah

"Kalo gitu sih mungkin itu memang untuk kebaikan lu, Ra."

Agera menautkan alisnya, "Apasih, kok kamu jadi ikutan kayak Mami?!"

"Eh bukan gitu Ra, cuman kan nggak mungkin Mami lu ngelarang tanpa ada sebab." lanjut Nian

"Aku tahu kok maksud Mami apa, Mami tuh ngelarang aku temenan sama Agasa tuh karna Agasa dari keluarga sederhana, makanya Mami nggak suka." Agera semakin kesal menjelaskan

"Tapi kan-"

"Kalo kamu emang nggak suka sama Agasa, kamu nggak perlu ikut campur dalam hubungan kami!" Agera berjalan duluan meninggalkan Nian yang masih terpaku

"Duhh, kok jadi gini sih?!" Nian menggaruk kepalanya yang tak gatal, lalu melanjutkan jalannya keluar komplek untuk mencari taksi.

                           ---

Beberapa jam usai kejadian di taman, kali ini Agera berdiam diri di kamar dengan raut wajah kesal.

"Jadi ternyata Agasa nggak bohong dong tentang cewek yang namanya Lidya itu?"

"Emang cewek itu spesial banget ya buat Agasa? Apasih, cantik juga engga, masih cantikkan aku." ujar Agera kepedean

"Tapi sih kalo soal sikap, kami jauh banget! Lidya tuh lemah lembut banget, lah aku?"

"Tuhkan jadi insecure!!"

                           ---

Sementara itu, Agasa dan Lidya masih bersantai di taman.

"Jadi dia yang namanya Agera." ujar Lidya santai

"Iya."

"Aku nggak nyangka orang seperti itu bisa merubah kamu."

Agasa tersenyum tipis, "Dia bukan merubah aku, tapi aku yang ingin berubah karna dia."

"Kalo gitu di jaga atuh." Lidya melirik Agasa santai sembari melempar senyum manisnya

"Bella kabar nya gimana?" Lidya  memulai topik baru

"Baik."

Agasa menjentik-jentikkan jarinya pertanda gugup.

"Anu, kira-kira mungkin nggak ya kalo aing sama Agera bersama?" tampak rona merah terlukis dipipi Agasa

Lidya tertawa kecil, "Kamu teh nggak pernah berubah ya."

DIANTARA  DIMENSI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang