Setelah semua salah sangkanya kepada Nian terbukti salah, Agera dengan hati penuh kegembiraan dan harapan berjalan menuju rumah Agasa. Ya mungkin saja ia berharap bisa kembali akrab dengan Agasa seperti dulu lagi.Tapi sialnya yang Agera dapati pemandangan yang membuat matanya sakit. Agera mungkin sudah memastikan Nian tidak mengincar Agasa lagi, tapi bagaimana dengan Lidya?
"Hayuukk sinii!" Lidya melambaikan tangannya pelan ditambah senyum ramahnya seperti biasa
Agera melirik Agasa, yang dilirik malah memalingkan pandangannya.
Perlahan Agera mendekat. Ya dia pikir mungkin lebih baik ia bergabung daripada 'mereka' berduaan doang.
"Yang ketiga setan." Cetus Agasa mendadak
Agera yang merasa disinggung langsung mendaratkan jitakannya mulus ke kepala Agasa.
"Sakit goblok!" Protesnya
"Mampusin!" Balas Agera
Lidya yang berada dibelakang mereka hanya tersenyum tipis.
"Wahh wahh... padahal tadi aku mau bantuin kalian akur, tapi ternyata nggak perlu." Sela Lidya tanpa melonggarkan senyumnya
"Hah?! Akur kamu bilang? Dia barusan ngejekin aku tau!!" Tepis Agera menggebu-gebu
Lidya tertawa kecil, lalu melirik ke Agasa, yang dilirik malah tersenyum balik sambil menggaruk-garuk kepala yang tak gatal.
"Eh tapi bukannya kalian ya yang makin deket?" Agera membuka kartu duluan karna mengira suasana sudah lumayan membaik
"Engga kok. Kami dari dulu udah begini." Ujar Lidya santai
"Lah anjir, dia mau pamer ke-uwuan? Okeh, aku juga bisa kali!" Bisik Agera di benaknya
"Ekhem... Kalo aku inget-inget lagi nih ya, aku tuh sama Agasa udah deket banget dari aku SMP. Bahkan waktu itu aku baru pindah ke Bandung lho! Keren kan HEHE!"
Mulailah peperangan ke-uwuan diantara mereka berdua!
"Oiya? Emang waktu itu Agasa kelas berapa?" Lidya tersenyum licik
Agasa yang terus saja menjadi bahan adu mereka cuma bisa tertunduk dalam-dalam tanpa ada niatan untuk menghentikan.
"Kelas..... Ehm..."
Agera terus menggaruk-garuk kepalanya tanpa bingung. Karna faktor umur juga, Agera jadi sulit mengingat momen masa kecil mereka.
"Ih curang!!" Mendadak Agera menjerit sambil mengarahkan telunjuknya ke Lidya
"Kenapa? Jangan bilang kamu nggak tau Agasa kelas berapa saat itu..." Lidya terus memanaskan suasana
Agasa merasa keadaannya semakin kacau saja memutuskan berdiri,"Ah udahlah, aku pulang aja. Kalian berdua nggak usah ngelakuin hal nggak jelas gini."
Baru selangkah ia berjalan, tangan Agera sudah menahannya.
"GAK!!! POKOKNYA AKU GAK BOLEH KALAH!! SONGONG BANGET DIA NTAR KALO MENANG DARI AKU!! JADI, MENDING KAMU DUDUK DISINI, TERUS DUKUNG AKU! TITIK."
"Kalah? Menang? Hei, emang kalian lagi main game apa? Ada-ada aja!" Agasa mencoba melepaskan leangannya dari genggaman Agera, tapi tekad cewe ini makin kuat aja!
Agasa menghela nafas berat, "Yaudah serah kalian."
"NAHHH!!! GITU KEK DARITADI BHAMBAHNKK!!!"
"Oke, jadi, Agasa kelas berapa saat itu?" Sambung Lidya lagi
"Oke-oke, kalem Ra! Mending jawab aja asal-asalan! Lagian si Lidya juga mana tau waktu itu Agasa kelas berapa pas aku SMP! Terus juga kalo aku bohong, Agasa gak akan ngasih tau ke Lidya, dia kan gak mau ikut campur! Xixixi, pinter banget aku ya Allah!!!" Agera sumbringah memikirkan rencana hebatnya itu
"Waktu itu, Agasa kelas dua SMP!" Tegas Agera sesuai rencana
"Salah." Cetus Lidya dengan senyum nya lagi
"H-hah? E-emangnya kamu tau pasti waktu itu Agasa kelas berapa?!!"
Lidya menoleh ke Agasa dihiasi senyum lebar, "Waktu itu, Agasa kelas satu SMA."
Agasa tertunduk.
"Gak! Gak! Gak! Mana mungkin dia tau! Apa dia ngitung jarak umur kami?" Kembali Agera berargumen di batin
"Kalo itu menurut aku nggak masuk akal!" Tepis Agera
"Dibagian mananya?"
"Ya soalnya waktu itu aku inget Agasa gak jauh kok beda tingginya dari aku! Jadi dia pasti juga masih SMP!"
"Tinggi seseorang nggak bisa menentukan kelas berapa dia." Tangkis Lidya cepat
Agera terdiam. Tak mampu lagi ia mengelak dan mau tak mau menerima kekalahannya dalam hal 'mengenali' sahabatnya itu.
"Jadi, apa kamu udah merasa kenal Agasa sepenuhnya?" Lidya memegang dagu Agera lembut
Agera menatap Agasa, "Belum. Tapi pasti akan."
"Hei Lidya, aku sendiri belum terlalu kenal lho sama kamu. Dimana rumah kamu? Kamu masih sekolah?" Agera balik melempar pertanyaan
Lidya berdiri, "Hmm kalo itu, sama kayak Agasa kok."
"Bagian mananya yang sama?" Agera memastikan
"Semuanya." Singkat Lidya
Seketika mata Agera membulat. Apa maksud perkataannya itu?!
"Oke, kalo gitu aku balik dulu ya. Bye!!" Lidya pergi menjauh melambaikan tangan ke arah Agera dan Agasa
Tak lama kemudian Agasa juga ikut berdiri, "Ayo pulang."
Agera tetap memaku dibangku taman itu dengan tatapan kosong. Entah apa yang dia tengah pikirkan.
"Kamu... Ehm maksud aku, kalian... Sedekat apasih?" Tanya Agera getir
"Yaudah aku pulang duluan aja." Agasa sama sekali tak menggubris pertanyaan temannya itu dan malah pergi menjauh
Agera tertunduk dalam-dalam, "Kayaknya udah jelas ya..."
•••
Sesampai di rumah, Agera disambut Mami-nya yang pulang cepat karna waktu luang.
"Ehh? Kok murung gitu? Mau Mami telponin Jean?" Tawar Mami sekaligus mencari kesempatan
"Gak, makasih."
Mami kembali duduk di sebelah Agera.
"Mi, keluarga Agasa kerjanya apa ya? Agera denger cuma Pak Johnson aja yang kerja buat mereka. Tapi kerja apa?" Agera dengan raut penasaran akhirnya bertanya
"Hadehh... Kenapa jadi bahas keluarga mereka sih?"
Agera menggenggam tangan Maminya, "Plisss dong Miii, kali ini aja!!"
"Tanya aja sana sendiri. Kamu kan akrab banget sama keluarga itu."
Mami berlalu begitu saja menghindari pertanyaan-pertanyaan lain dari anaknya.
"Aduhh!! Jadi aku harus cari tau kemana lagi??!"
Tampaknya Agera memang masih belum menerima kekalahannya dengan Lidya tadi siang...
•••
Motor Dika telah sampai di depan rumah Nian. Nian pun turun lalu membuka helmnya dan memberikan nya ke si pemilik yaitu Dika.
"Yaudah kalo gitu gue balik dulu ya." Dika bersiap mengancing kembali helm nya, namun tangan Nian menahannya
"Kenapa lagi? Besok kan kita masih jumpa di sekolah. Jadi jangan kangen gitu dong HEHE..." Gombal Dika
"Lu mau gak jadi pacar gue?"
Kalimat itu terucap dari bibir Nian. Sontak Dika ternganga syok hingga hampir meninggal mendengar nya.
***
Wahh wahh congrats buat Dika ya, enk bgt ditembak duluan sm cwe wkwk ಥ‿ಥ
KAMU SEDANG MEMBACA
DIANTARA DIMENSI (END)
Random"Hei, berapa banyak rahasia yang kamu sembunyikan dariku?" Wajah datar nya, sikap dingin nya, tatapan malas nya, di balik semua itu ada satu rahasia besar yang enggan ia bisikkan. Apapun itu, yang ku ingin hanya satu tuhan, tolong selalu tempat kan...