Lampu kuning di dalam warung masih kurang terang untuk menguraikan rona wajah Tessa, tapi Yatta yakin ada semu merah di sana. Yatta hanya dapat melihat matanya yang berbintang, mengerlip dengan indah, kontras dengan kondisi warung yang remang. Tessa menggigit bibir bawah, ada sedikit senyum di wajahnya saat berjalan masuk ke dalam warung. Lirikan matanya kepada Yatta dan Otoy menyebabkan tsunami kecil di dalam jiwa, meluluh lantakkan seluruh iman mereka yang memang nggak tebal-tebal amat.
Yatta meneguk ludah saat Tessa sengaja mengambil posisi di tengah mereka. Wangi vanilla yang lembut memenuhi udara, membuat Yatta bernafas dengan rakus di sampingnya. Seolah besok stok udara akan habis. Tessa masih berjarak setengah lengan dengan Yatta, tapi kehangatan tubuhnya perlahan-lahan melelehkan Yatta. Sepanjang malam, Yatta harus bertempur melawan dorongan hatinya untuk menghilangkan jarak setengah lengan itu.
Tessa masih duduk dengan sedikit senyum di wajah. Membiarkan Yatta dan Otoy mengagumi kecantikannya. Yatta ingin menegur, tapi tenggorokannya tersumbat. Akhirnya dia hanya menggunakan ujung matanya untuk mengagumi kecantikan Tessa, sekaligus keberanian Otoy.
"Lain kali, kalau kamu melihat Tono dan kawan-kawannya, jangan jalan keluar kos dulu. Kamu tunggu saja di dalam. Orang-orang itu brengsek, suka cari masalah." Kata Otoy kepada Tessa.
"Iya Bang. Tessa udah tau. Tapi yang dulu-dulu mereka tidak sampai seperti yang tadi. Tessa pikir, hanya mulut mereka yang usil. Makanya Tessa pikir gak apa-apa. Untung ada abang berdua. Makasih yang Bang." Kepala Tessa berputar ke kiri dan ke kanan. Mengumbar senyum terima kasih diiringi anggukan kepala.
"Orang-orang macam mereka itu tidak terduga. Otak mereka tidak stabil Tessa. Jangan sekali-kali kau mencoba menebak orang-orang macam itu. Saat kau merasa bisa mengerti mereka, saat itu mereka sudah berubah lagi sikapnya."
"Iya Bang. Tapi, lain kali kalau mereka nongkrong di sini lagi, Tessa bagaimana mau beli makan?" Tessa mengerling kepada Otoy.
"Kau telepon saja aku." Otoy menepuk dada, disambut dengan senyum manis oleh Tessa.
Yatta tertegun, terkagum-kagum dengan keberanian Otoy. Sementara tenggorokannya masih tersumbat, Otoy sudah berpidato panjang lebar dengan Tessa. Dan mereka berdua terus berbincang seolah sudah saling mengenal seumur hidup. Ahh, mungkin mereka memang berjodoh, bisikan hati Yatta bergema.
Pikiran Yatta melayang-layang, membawanya kembali menelusuri kejadian demi kejadian aneh yang barusan terjadi. Terlalu janggal, hingga sulit untuk dibilang sebagai sebuah kebetulan. Pertama-tama, Pak Bento. Sekarang, Tono. Kenapa mereka demikian mudah dibuat terlena? Yatta bertanya-tanya dalam hati, dan perlahan memutar ulang peristiwa yang baru saja terjadi.
Ω
Yatta terbelalak saat melihat Otoy menegur Tono dan kawan-kawannya. Suasana yang mencekam seketika menyelimuti warung itu. Kesunyian membekap mereka hingga napas menjadi sesak, bahkan dengungan nyamuk terdengar memekakkan telinga. Otoy masih berdiri tegak dengan tangan terjulur ke wajah Tono.
"Siapa lo? Nyali lo gede juga yah?" Tono dan kawan-kawannya memalingkan wajah menghadap Tono. Tatapan mata mereka yang dingin terasa membekukan pembuluh darah Yatta dan Otoy.
Otoy meneguk ludah, dia sendiri sulit untuk percaya bahwa dia benar-benar berdiri dan menegur Tono. Tapi sudah terlanjur, kata-kata yang telah terucap tidak mungkin dihapus. Dia melihat telunjuknya sendiri bergetar di bawah cahaya lampu warung.
Keadaan makin kritis. Keempat preman itu sekarang berjalan mendekati Otoy. Wajah mereka bengis, tulisan 'masalah' terbaca jelas di kening mereka. Mereka mulai berdiri mengelilingi Otoy.
"Heh. Coba ulang lagi kata-kata lo yang tadi." Tono menepis tangan Otoy yang menunjuk dirinya. Tangannya bergerak dan mencengkeram baju di bawah leher Otoy. Ketiga temannya sudah mengelilingi Otoy yang tak bedaya di dalam kepungan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hipno-tease (completed)
FantasyYatta adalah pria tamatan SMA yang nekat merantau ke Jakarta. Dia sendiri tidak mengerti, entah sejak kapan dia memiliki kemampuan yang bahkan belum ada namanya di mbah gugel. Dia baru menyadari kemampuannya ini sejak bekerja sebagai cleaning servi...