Suara deburan ombak menjadi musik yang senantiasa menemani. Yatta berdiri di balkon, menikmati angin laut dan sinar bulan yang hanya setengah cincin. Langit bersih tak berawan, taburan bintang memenuhi langit malam.
Yatta melihat kiri dan kanannya, cottage berderet-deret. Dengan bentuk balkon yang sama persis dengan miliknya. Tapi hanya cottage dia yang menyalakan lampu. Penghuni cottage yang lain masih berpesta. Mereka masih bersenang hati, membuat hidup mereka makin hidup. Menggores lembaran buku kehidupan mereka dengan tinta emas, dan memenuhinya dengan cerita-cerita yang dapat mereka kenang sambil tertawa dan tersenyum lebar.
Sungguhkah harus seperti ini?
Apakah dengan cara seperti itu dia merasa hidupnya lebih hidup? Apakah dengan memberikan dirinya kepada semua orang dapat ia kenang dengan senyum dan tawa? Dan kenapa Yatta harus memikirkan itu? Mengapa dia merasa terpukul pada saat melihat hal itu. Yatta telah mengetahui sejak awal. Sejak perbincangan dengan Tarok, dan tidak sekalipun perempuan itu berpura-pura di hadapannya. Tapi tetap saja, perasaan yang aneh menyusup dan tinggal di dalam hatinya saat pemandangan itu menggantung di depan matanya. Kecewa dan tak rela. Kenapa harus ada perasaan seperti ini jika dari awal dia telah mengetahui? Kenapa Yatta peduli kepada dia?
Dunia macam apa yang sedang Yatta selami sekarang ini. Apakah ini masih bumi yang sama dengan saat dia masih kos di sepetak kamar yang mirip penjara? Mungkin sama. Hanya Yatta yang telah berbeda. Sekarang dia bukan lagi Yatta yang sudah puas jika bisa membunuh waktu dengan segelas kopi di warung seberang.
Yatta termenung. Tiba-tiba dia rindu luar biasa kepada Otoy, Marni, Nita, dan Tino. Di sekelilingnya sekarang banyak kemewahan yang tidak bisa didapatkan banyak orang. Tapi Yatta tidak menemukan cerita yang layak di tulis dengan tinta emas. Semua yang dikatakan oleh mereka dapat dikenang dengan senyum dan tawa, di dunia tempat Yatta berasal akan dikenang dengan tangis dan malu.
Bunyi bel di pintu kamarnya mengusik malam yang tenang. Menyumbat pikirannya yang sempat mengalir jauh, hingga menyentuh relung hatinya.
Yatta kembali masuk ke dalam cottage mewahnya. Melewati kamar tidur, terus menuju ruang tamu dan membuka pintu masuk.
Lischa!
Dia berdiri bersandar pada kosen pintu. Matanya sembab, bibir bawahnya digigit, tubuhnya dibalut selimut tebal. Rambutnya masih meneteskan air. Dia tampak seperti barusan menyeberangi lautan.
Yatta terhenyak melihat Lischa. Saat tatapan mata mereka bertemu, dia melihat kepedihan dan penderitaan yang tidak dibuat-buat. Tapi adegan yang belum lama ia lihat masih menghangatkan kepala. Menyumbat pikiran dan tenggorokan Yatta.
"Kenapa tidak cari aku?" Lischa bergumam lirih. Sedetik kemudian air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Dia menggunakan tangan kirinya mengusap air mata yang mulai mengembun, bibir bawahnya bergetar. "Aku mengharapkan kamu."
"Aku tidak mengharapkan kamu ada di tempat ini." Jawab Yatta. Hanya jarak satu lengan yang memisahkan antara dia dan Lischa. Tapi jarak satu lengan itu sekarang terasa sangat jauh. Dan ada sebuah tirai yang berdiri di antara mereka, yang terus menerus menayangkan adegan yang akan menghantui Yatta setiap kali dia melihat Lischa.
"Aku tahu, kau pasti melihat aku. Tidak mungkin kau sama sekali tidak mencari. Aku pikir kau akan mengerti aku." Lischa mulai menangis meraung-raung.
"Pergilah. Kalau kau tetap berada di depanku, aku yang merasa harus bersandiwara. Nikmatilah waktumu sebanyak yang kau bisa. Ini akan menjadi acara terakhir bagi seluruh orang yang berada di sini." Yatta menutup pintu kamarnya. Sayup dia mendengar isak tangis Lischa.
Yatta sudah mengatur semuanya. Tiga hari dari sekarang. Seluruh rekaman Tarok akan membanjiri sebuah situs media sosial yang terkenal. Terkecuali rekaman yang ada Lischa, dan Yatta. Setiap rekaman yang ada Lischa maupun Yatta telah dilenyapkan. Selain itu, semuanya akan dapat ditonton secara umum. Semuanya akan bocor melalui akun pribadi Tarok. Dan seluruh anggota akan menganggap Tarok yang membocorkannya. Entah Tarok selamat atau tidak. Yatta tidak peduli. Toh Tarok juga tidak akan peduli pada nyawa Yatta.
Yatta menghempaskan diri ke atas ranjang. Suara tangisan Lischa di depan pintu masih mengiang di telinga. Tapi tirai yang memisahkan mereka sekarang menjadi layar yang terus menerus menampilkan adegan itu, setiap kali Yatta melihat Lischa. Yatta membenamkan kepalanya ke dalam tumpukan bantal, berharap matahari esok hari menunjukkan mukjizatnya dan menghadirkan kebahagiaan di dalam hatinya. Untuk sekarang ini, tidak ada yang lebih Yatta inginkan selain pulang, dan bertemu dengan Otoy.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hipno-tease (completed)
FantasyYatta adalah pria tamatan SMA yang nekat merantau ke Jakarta. Dia sendiri tidak mengerti, entah sejak kapan dia memiliki kemampuan yang bahkan belum ada namanya di mbah gugel. Dia baru menyadari kemampuannya ini sejak bekerja sebagai cleaning servi...