Pembicaraan mereka terputus oleh pelayan yang mengantarkan makanan. Makanan yang dihidangkan adalah makanan yang biasanya akan ditertawakan oleh Yatta saat makan bersama Otoy. Piringnya sebesar lapangan tenis tapi isinya sekecil kerang. Tapi isi yang sekecil itupun akhirnya tidak dihabiskan oleh Yatta. Dia hanya menggigit satu kali setelah itu piringnya ia singkirkan.
Yatta memperhatikan Tarok di seberang meja, dia makan dengan lahap dan menyelesaikan hidangan di atas piringnya. Meja ini telah berputar. Seharusnya Yatta yang makan dengan lahap dan tanpa beban. Tapi sekarang Yatta merasakan dirinya yang sedang meraba-raba dalam gelap, berusaha menebak isi pikiran Tarok.
"Teman? Setelah merekam kamu?" Akhirnya Yatta bertanya. Dia datang ke tempat ini dengan persiapan diri untuk menangkis peluru. Tapi sekarang musuh malah menawarkan setangkai mawar merah.
Tarok tersenyum sambil melirik Yatta. "Kau sudah tahu bahwa kematian bukan hal yang terburuk. Tapi, tahukah kau? Bahwa ada hal-hal tertentu yang dapat membuat hidupmu lebih hidup?"
Yatta diam dan menunggu, membiarkan jawaban itu lewat seperti angin. Karena dia tidak bisa menjawabnya.
"Yatta, kau adalah orang muda yang sangat menarik. Izinkan aku yang sudah lebih lama berada di dunia ini membuka rahasia ini kepadamu. Hidupmu akan seperti kertas kosong, jika kau tidak melakukan petualangan-petualangan menarik yang dapat kau kenang sambil tersenyum pada saat kau tua nanti. Itu akan membuat hidupmu lebih hidup."
Yatta mendengus. "Misalnya, menyiksa seorang perempuan?" Yatta tersenyum mengejek.
Tarok kembali tertawa. "Kau memiliki rekamannya, tapi kau memandang dari sudut yang salah. Yang kemarin itu bukan petualangan milikku. Di dalam ruangan itu, ada satu orang yang sedang membuat hidupnya lebih hidup, tapi orang itu bukan aku." Tarok sekarang menatap Yatta tanpa kedip. Sorot matanya sangat serius.
Yatta tertegun, mencerna kata-kata Tarok. Artinya hanya satu. Lischa!
Tarok yang masih memperhatikan Yatta tiba-tiba mengangguk, seolah dapat membaca pikiran Yatta. "Betul, Lischa. Meja balok silang itu dia yang minta. Dia bahkan menyediakan sendiri beberapa peralatan yang ingin dia coba. Dia menemukan hal yang dapat membuat hidupnya lebih hidup, justru pada saat dia nyaris tidak dapat bergerak. Dia mendapatkan kenikmatan, justru pada saat dia tidak berdaya. Dia mengisi lembaran hidupnya dengan cara uniknya sendiri. Dan dia benar-benar memastikan, agar dia memiliki banyak petualangan untuk dikenang. Menurutmu, mengapa aku tenang-tenang saja setelah melihat rekamanmu?"
Itu adalah pertanyaan yang dari tadi berkecamuk di dalam diri Yatta.
"Kau mungkin menganggap rekamanmu itu sebagai sebuah harta karun yang langka. Tapi, sebenarnya aku memiliki sangat banyak rekaman, yang akan membuat rekamanmu itu terasa hambar. Rekamanmu itu, hanya sebuah petualangan kecil bagi Lischa. Bagi kami semua, rekamanmu itu adalah hal kecil."
"Kami?"
"Ya, kami. Kami adalah sebuah komunitas yang saling menjaga. Aku tidak ingin terdengar mengancam. Tapi percayalah, demi dirimu sendiri, sebaiknya kau menjaga baik-baik rekaman ini agar tidak menjadi konsumsi publik. Kalau tidak, kau akan merasa seluruh dunia ini adalah musuhmu. Sekali lagi, aku tidak ingin terdengar mengancam. Rekaman ini, boleh kau nikmati untuk dirimu sendiri."
Yatta tertegun. Meja benar-benar telah berputar. Dia merasa kepalanya berkunang-kunang. Dia tiba-tiba sadar, orang di depannya ini bukanlah orang yang dapat ia tekan. Ada sesuatu di dalam diri orang ini yang selalu memantulkan serangan dengan cara yang tidak ia sangka. Atau, mungkin karena kelas mereka yang terlalu jauh berbeda. Entahlah, satu hal yang pasti, sekarang dia sama sekali bukan pihak yang dapat menentukan apa yang harus dilakukan orang lain.
Tarok memperhatikan Yatta yang termenung. Kemudian dia merendahkan suaranya, "Yatta, kau masih sangat muda. Masih sangat banyak hal yang belum kau tahu. Kau benar mengenai satu hal, perusahaanku sebenarnya tidak membutuhkan kontrak itu. Aku hanya ingin memberi pelajaran kepada Bento. Sejujurnya aku tidak peduli dengan kontrak itu. Dan penawaranku kepadamu masih berlaku. Bagaimana?"
Yatta mengangkat dagu, menatap Tarok.
"Kalau kita berteman, hari ini juga aku membatalkan kontrak. Dan kalau kita sudah berteman, aku dengan senang hati akan menunjukkan, mengapa rekamanmu yang kemarin terasa hambar. Memiliki banyak teman juga merupakan salah satu hal yang dapat membuat hidupmu makin hidup."
Ω
Dari puncak gedung tempatnya berada sekarang, Yatta dapat melihat atap genteng yang berderet di sebuah pemukiman padat dan kumuh. Agak jauh, dan agak buram diselimuti kabut debu dan asap khas kota Jakarta. Itu adalah kawasan kumuh tempat kos lamanya berada. Saat makan tiga kali sehari masih merupakan kemewahan yang tidak ia miliki. Satu kemewahan lain yang sangat sulit ia dapatkan saat itu, adalah duduk di warung kopi seberang kos. Yatta tertawa sendiri saat teringat masa-masa itu. Padahal belum lama.
Dan sekarang, hanya beberapa bulan kemudian, dia bisa membangun ribuan warung kopi seperti itu.
Terasa seperti mimpi bagi Yatta. Masih segar dalam ingatannya ketika dia dan Otoy patungan memesan segelas kopi untuk mereka berdua, hanya sekedar agar diperbolehkan duduk di warung itu. Agar terlihat lebih bermodal saat si kembang jalan melangkah lewat. Ya, kembang jalan, si Tessa, yang sekarang jinak bekerja di dalam Kafe miliknya. Yang jika dia ingin melihat, tinggal panggil maka Tessa harus jalan mendekat. Tapi sekarang sayap Tessa sudah patah. Bisa dibilang dia telah dimasukkan ke dalam sangkar oleh Otoy. Hanya Otoy seorang yang sekarang punya hak untuk menentukan kapan Tessa boleh keluar atau masuk.
Sebagai gantinya, Yatta memiliki Muyan dan Virly. Yatta tersenyum simpul saat teringat kepada Muyan. Ahh, perpaduan antara tubuh dan keberanian yang sempurna. Muyan seperti lidah api yang siap menghanguskan siapapun. Dan Virly, perpaduan antara kulit halus dan kelembutan yang sempurna. Bersama dengan Virly bagaikan berendam di air hangat. Tidak ada setitikpun yang terlewatkan.
Suara ketukan di pintu menyadarkan Yatta dari lamunan. Dia menoleh ke arah pintu, dan melihat Lischa berjalan masuk ke dalam ruangan. Dia tampak luar biasa menarik. Dengan kemeja lengan panjang berwarna putih yang sangat pas di tubuh, dan sehelai rok ketat berwarna hitam yang menggantung tinggi di atas lutut. Dia tampak semakin menarik di mata Yatta, karena rahasia yang selama ini dia sembunyikan. Bayangan tubuhnya di atas meja silang itu masih mencengkeram ingatan Yatta.
Yatta harus meneguk ludah dan menarik panjang berulang kali untuk menenangkan diri, sebelum dapat bertanya dengan suara biasa kepada Lischa. "Ada apa?" Pertanyaan Yatta memecahkan kebuntuan di dalam ruangan itu.
Lischa jelas belum terbiasa untuk menghormat kepada atasan yang dahulu selalu ia pandang rendah. Sejak Yatta menjabat komisaris, dan memiliki ruangan yang satu lantai dengan Pak Bento, seingat Yatta belum sekalipun Lischa berani beradu mata dengannya. Seperti sekarang ini. Pandangan mata Lischa hanya tertuju ke leher Yatta.
"Ini, ada beberapa dokumen yang harus Bapak tanda tangani."
"Oh, bawa ke sini." Yatta memutar kursi dan membenahi posisi duduknya.
Lischa melangkah mendekat, tangannya yang terjulur saat menyerahkan tumpukan dokumen membuat napas Yatta sesak.
Dia kembali melihat bekas ikatan di kedua pergelangan tangan Lischa. Sangat halus, tapi jelas menunjukkan bahwa ada sesuatu yang agak erat pernah melingkar di sana, dan untuk waktu yang cukup lama hingga membekas.
Yatta meneguk ludah, berusaha membersihkan bayangan di dalam kepala, namun gagal. Pikirannya menyambar sana sini seperti petir yang tak tentu arah. Sudah hampir satu minggu sejak dia bertemu dengan Pak Tarok. Dan ini adalah hari senin. Bekas di pergelangan tangan Lischa, adalah bekas ikatan yang masih baru.
Tiba-tiba Yatta mendengar suara Pak Tarok bergema di dalam kepalanya.
'Dan dia benar-benar memastikan, agar dia memiliki banyak petualangan untuk dikenang.'

KAMU SEDANG MEMBACA
Hipno-tease (completed)
FantasiYatta adalah pria tamatan SMA yang nekat merantau ke Jakarta. Dia sendiri tidak mengerti, entah sejak kapan dia memiliki kemampuan yang bahkan belum ada namanya di mbah gugel. Dia baru menyadari kemampuannya ini sejak bekerja sebagai cleaning servi...