Bab 12

3.9K 66 0
                                    

Yatta merenung sambil melihat kartu nama yang ia ambil dari tangan Pak Bento. Dia masih memikirkan pembatalan kontrak PT SAMPAI MAMPUS. Kalau dia tidak membantu, perusahaan ini akan mampus sungguhan. Tapi tidak semudah itu membantunya.

Yatta tidak mengerti isi kontraknya. Ada di mana kontrak itu, bagaimana cara membuatnya, apa dasar hukumnya, dan siapa saja yang harus menandatangani. Percuma saja dia nyelonong mencari orang yang namanya tertera di dalam kartu nama tanpa membawa kontrak baru. Atau jika ternyata yang harus menandatangani ada belasan orang. Melihat nilai kontrak itu, Yatta yakin, yang harus menandatangani kontrak mustahil hanya satu dua orang.

Yatta uring-uringan di lantai tiga Kafe. Dia turun ke bawah, melihat-lihat Kafe yang penuh sesak, duduk di samping Otoy, tapi Otoy bahkan tidak sempat menegurnya. Saat membuka Kafe ini, Yatta sendiri tidak menduga akan sesukses ini. Padahal ide awalnya hanya untuk membantu perempuan yang terjerumus ke lubang nista, seperti Tessa dan Muyan.

Yatta kembali berjalan menuju tangga, ujung matanya menangkap bayangan Virly. Nyaman berjalan hilir mudik dengan rok yang kependekan, membuat jakun para pria bergerak turun naik. Di sudut yang lain Muyan berdiri tegak dengan tangan saling merangkul di belakang pinggang, menikmati sensasi diperhatikan oleh seluruh mata yang menatap buas ke dadanya.

Yatta membuang muka dan secepatnya melangkah naik ke atas, dia ada urusan yang sangat penting untuk diselesaikan. Tapi jalan pemecahannya masih buntu.

Setelah berpikir keras beberapa hari, Yatta memutuskan, dia harus berbicara dengan Pak Bento. Pertama-tama, dia harus mempelajari isi kontrak itu dulu.

Ω

"Eh, ngapain..."

"Lo cantik!" Yatta langsung membungkam Lischa, sebelum mulut cabe rawitnya menyebabkan dia harus membuka tiga kancing.

"Mau apa?"

"Lo merasa ngantuk, dan sekarang lo tidur."

Kepala Lischa langsung terkulai berbantalkan tangannya yang bersilang di atas meja.

Yatta membuka pintu kantor Pak Bento. "Lo ganteng." Pak Bento bahkan belum sempat membuka mulut, tapi matanya sudah dibuat berkabut terlebih dahulu oleh Yatta.

"Mau apa?" Tanya Pak Bento sumringah.

"Gue mau lihat kontrak yang dibatalin."

Tak lama kemudian Yatta sudah berjalan keluar kantor dengan satu bundel kertas berisi kontrak yang dibatalkan. Lischa masih pulas tertidur dengan kepala beralaskan tangannya yang bersilang di atas meja. Yatta bimbang, dibangunin jangan yah? Gajinya pasti akan dipotong oleh Pak Bento jika kelihatan tidur di dalam kantor. Tapi kalau dia bangun dan melihat Yatta, mulutnya pasti akan menyalak buas.

Yatta merenung. Akhirnya dia mengambil sebuah kertas dan berjalan melewati meja Lischa. Selangkah sebelum menikung, dia menggumpal kertas itu dan melemparkannya, tepat mengenai kepala Lischa. Dia mengintip melalui tikungan dan melihat Lischa mulai siuman, setelah itu langsung berlari meninggalkannya.

Yatta menghabiskan waktu berhari-hari. Mencoba untuk mengerti halaman demi halaman kontrak yang tebalnya menyaingi buku novel. Berhari-hari ia duduk di dalam Kafe, bertarung melawan belahan dada Muyan dan kaki mulus Virly yang sanggup membuat setiap lelaki lupa jalan pulang.

Akhirnya dia mulai mengerti, apa yang menyebabkan kontrak PT. SAMPAI MAMPUS dibatalkan. Yaitu, munculnya satu pesaing yang mengalahkan penawaran PT. SAMPAI MAMPUS, di seluruh aspek. Perusahaan pesaing seperti tahu isi kontrak, dan tahu kelemahan-kelemahan mereka. Data perusahaan pesaing itu juga diikut sertakan dalam satu bundel dokumen yang diberikan oleh Pak Bento. PT. SEMRAWUT namanya.

Yatta mulai mempelajari perusahaan pesaing mereka. Dia menghapal raut wajah mereka yang tertera di dalam dokumen. Dia juga mencari letak kantor perusahaan itu. Tidak terlalu jauh. Letak gedung kantor perusahaan itu hanya terpisah satu blok dengan pusat perbelanjaan yang sangat terkenal di pusat kota. Yatta mulai menyusun rencana.

Dia memutuskan untuk pergi melihat gedung kantor perusahaan itu di akhir pekan, setelah itu belanja di pusat perbelanjaan. Dia sudah lama tidak belanja baju. Mungkin dia juga perlu membelikan beberapa pakaian bagus, untuk Muyan dan Virly. Ya, ide bagus. Menghadiahi mereka dengan pakaian bagus yang tidak kekurangan bahan.

Minggu siang, taksi yang ditumpangi oleh Yatta berhenti di depan gedung kantor PT SEMRAWUT. Dia turun dari taksi, melenggang santai melewati taman bagian depan yang indah dan mewah. Dia adalah satu-satunya yang berjalan di taman itu. Semak bunga lavender memagari rumput hijau yang terlihat bagaikan karpet. Pohon-pohon palem meneduhkan jalan setapak yang kelak kelok menuju pintu utama. Yatta menengadah, berusaha menghitung jumlah lantai gedung itu. Namun sulit, sekat antar lantai bertumpuk rapat seperti kue lapis.

Sambil berjalan santai membelah taman, dia melihat sebuah mobil mewah memasuki kompleks gedung. Mobil itu langsung di gas menuju lobi utama gedung, mendahului Yatta yang melangkah santai membelah taman. Sebelum jalan setapak itu habis, mobil mewah itu telah berhenti di depan lobi utama gedung.

Yatta memelankan langkah, tidak ingin menarik perhatian yang tidak perlu. Mungkin isi mobil ini adalah seorang petinggi perusahaan, yang terburu-buru hendak menyelesaikan sebuah urusan yang tidak bisa ditunda, bahkan di hari Minggu sekalipun

Seorang pria yang telah berumur turun dari kursi penumpang. Dia mengenakan busana kasual yang tidak jelas tujuannya. Pinggang ke bawah seperti ingin lari pagi, tapi pinggang ke atas seperti ingin pergi ke pantai, lengkap dengan topi sombrero ala meksiko.

Yatta seketika melompat ke belakang pohon pinus saat melihat pria itu. Dia langsung mengenali wajahnya. Itu adalah Pak Tarok. Pimpinan PT SEMRAWUT. Pemilik seluruh kompleks gedung mewah ini.

Pak Tarok masih berdiri di samping mobilnya, tak lama kemudian seorang perempuan muda menyusulnya turun dari mobil. Perempuan muda itu mengenakan mantel ala musim dingin yang memanjang hingga menutupi kaki. Tapi mantel itu tidak menyembunyikan wajahnya.

Yatta terbelalak saat melihat perempuan itu. Tidak salah lagi. Lischa!

Lischa mengekor di belakang Pak Tarok, melangkah masuk ke dalam lobi utama gedung, mereka terlihat berbincang dengan akrab.

Rencana Yatta yang datang hanya untuk melihat-lihat langsung buyar. Dia perlu mengetahui lebih. Rasa curiga menggelitik hati dan pikirannya, menumbuhkan rasa penasaran yang tak dapat dia hentikan.

Dia melangkah lebar, secepatnya mengikuti Pak Tarok dan Lischa. Saat mendekati pintu kaca di lobi utama, seorang petugas keamanan langsung merentangkan tangan untuk menahan langkah kakinya.

"Lo ganteng. Gue mau masuk."

"Siap." Dengan wajah cerah petugas keamanan itu membukakan pintu.

Untungnya itu adalah hari minggu. Keadaan di dalam gedung hening dan sunyi. Suara gema langkah kaki Pak Tarok dan Lischa terdengar jelas, memberikan arah bagi Yatta. Setengah berlari Yatta mengejar suara langkah kaki mereka. Tapi bukan hanya Yatta yang mendengar dengan jelas suara langkah kaki mereka, mereka pun mendengar dengan jelas suara langkah kaki Yatta yang setengah berlari.

Pak Tarok dan Lischa berhenti, mereka membalikkan tubuh. Mencari asal suara langkah kaki yang mendekati mereka. Lischa langsung terbelalak saat melihat Yatta.

"Kau.."

"Lo cantik, lo ganteng." Dia menyapa kedua orang itu yang matanya langsung berkabut setelah mendengar pujiannya. Napas Yatta agak tersengal setelah berhasil mengejar mereka.

"Lo mau apa?" Lischa dan Pak Tarok serempak bertanya.

"Gue mau lo berdua anggap gue gak ada."    

Hipno-tease (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang