Bab 19

2.2K 44 0
                                    

Firasat Yatta telah berbisik, ada sesuatu yang akan terjadi saat melihat sebuah mobil polisi melewati mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Benar saja, mobil polisi itu merebut jalur di depannya dan menurunkan kecepatan. Sirene yang meraung dari mobil polisi itu memberinya tanda agar menepi.

Yatta melirik kaca samping, kemudian berpindah ke kaca tengah. Dengan terheran-heran dia menyadari bahwa dia tiba-tiba berada di dalam kepungan kendaraan polisi. Campuran antara mobil dan motor.

Loh, sejak kapan gue sepenting ini sampai dikawal empat penjuru? Yatta tercengang. Dia memelankan laju kendaraan, mau tak mau merasa agak tegang. Wajah polisi yang turun dari mobil di depannya sangat tidak bersahabat. Begitu juga dengan teman-temannya yang lain. Rahang mereka mengeras, dengan mata dingin penuh selidik.

Jangan-jangan karena masalah di Kafe tempo hari? Tapi, kalau terjadi sesuatu di Kafe, pasti ada temannya yang akan menghubungi. Otoy pasti memberi kabar kepadanya.

Dia menurunkan setengah kaca jendela, dan menerima salam hormat basa basi dari polisi dengan mata setajam pedang.

"Malam Pak. Ada pemeriksaan. Harap Bapak turun dari mobil dulu."

Yatta melongo. Matanya menyisir sekelilingnya. Tidak ada mobil lain yang dihentikan di sepanjang jalan itu. Sekarang dia menjadi tontonan orang-orang yang berlalu lalang di jalan itu. Mereka menginjak gas perlahan sambil mengintip di belakang kaca mobil masing-masing.

Firasat yang sangat tidak enak di hati berkecamuk. Polisi-polisi ini ada di sini khusus untuk Yatta seorang. Seolah dia adalah seorang buronan.

Yatta tersenyum kepada polisi yang berada di samping jendela mobil. Dia berkata dengan nada rendah. "Eh, lo ganteng."

Wajah polisi itu langsung mencair dengan tatapan mata kelabu. Seperti mata katarak. "Lo mau apa?" Tanya polisi itu.

"Lo ngomong yang jujur, memangnya ada apa sampai semuanya kepung mobil gue begini? Tapi ngomongnya pelan-pelan aja." Kata Yatta.

"Ada yang membuat laporan, di dalam mobil dengan nomor plat yang Bapak pakai sekarang, menyimpan narkoba."

Polisi itu berbicara dengan nada rendah yang nyaris seperti berbisik. Namun, terdengar bagaikan geledek di telinga Yatta. Jantung Yatta langsung berdegup kencang.

Yatta tahu, narkoba jika mencapai jumlah tertentu, hukumannya adalah mati. Dan siapapun bajingan yang membuat laporan ini, kemungkinan besar telah mengatur agar narkoba itu ditemukan di dalam mobil ini. Yatta memeras otak, kepalanya bertempur hebat melawan rasa tegang di dalam hati.

"Eh, lo ganteng." Yatta kembali bergumam kepada polisi yang di samping kaca jendela.

"Lo mau apa?" Mata polisi itu kembali katarak.

"Yang mana pemimpin kalian? Panggilin dong, gue mau ngomong."

"Saya pemimpin mereka."

Yatta tersenyum lega mendengarnya. Sekarang semakin mudah. "Kau panggil tiga orang anak buahmu ke sini."

Polisi itu dengan segera memanggil tiga orang anak buahnya. Yatta langsung menebar senyum saat turun dari mobil, dan segera mengeluarkan puja puji kepada empat polisi di depannya.

"Lo semua ganteng-ganteng. Eh suaranya pelan-pelan aja. Sini, semuanya sini yang dekat."

Keempat polisi itu bergerombol di depan Yatta seperti anak kecil mau hom pim pa.

"Bapak-bapak yang ganteng. Geledah mobil saya, dan kalian tidak melihat apapun yang mencurigakan, semuanya lumrah dalam pandangan mata kalian. Dan jangan izinkan petugas yang lain mendekat."

Hipno-tease (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang