Tidak ada yang berubah pada ruangan gelap ini. Ruangan gelap yang telah berulang kali muncul di dalam mimpi Yatta, sejak pertama kali ia memergoki Lischa dan Tarok. Bahkan jalan menuju ruangan gelap ini juga tidak ada yang berubah. Kecuali bahwa sekarang tidak ada orang yang menyambut. Sebuah kartu berwarna emas, dengan logo Masso-hype, membuka kunci lift menuju lantai yang dituju. Sekarang dia tidak membutuhkan siapapun untuk mengantarnya.
Cahaya lampu dari dua sisi masih menyorot tempat yang sama. Meja silang di atas panggung. Tapi meja itu masih kosong. Orang yang seharusnya berada di sana masih duduk di samping panggung, membelakangi lampu sorot. Walaupun hanya berupa bayangan hitam, Yatta langsung mengenali rambut panjang dan bentuk tubuhnya. Yatta melangkah ke arah panggung, semakin pendek jarak di antara mereka, semakin keras aroma vanilla dari tubuhnya menyembur. Semburan angin dari mesin pendingin ruangan ternyata kalah oleh aroma yang membakar tubuh Yatta dari dalam.
Yatta menghempaskan diri di atas sofa yang terletak di bawah panggung. Jarak di antara mereka hanya terpisah dua meter. Samar dia melihat bayangan Lischa meneguk air dari botol air mineral. Sorot lampu di belakangnya menyembunyikan dia dalam bayangan gelap. Hanya terlihat rambutnya yang telah tergerai, dan kakinya yang telanjang.
Pengkhianat yang hampir membunuh Yatta, mata-mata keparat, anak sombong yang mulutnya mudah menghina orang. Yang bercinta seolah dia adalah sebatang pohon. Tapi anehnya, bayangan dia tidak dapat diusir oleh Yatta dari pikirannya. Mungkin memang ini satu-satunya cara. Nikmati sampai bosan.
Tidak ada kata yang terucap di antara mereka. Masing-masing duduk menikmati diri sendiri, hingga waktu terasa berjalan sangat lambat. Perlahan Lischa mulai berjalan masuk ke arena pertempuran. Lampu kuning yang menyorot memperlihatkan seluruh wujudnya dengan nyata. Dia mengenakan sehelai pakaian tidur yang langsung ia lepaskan begitu tiba di tepi meja silang. Hanya sehelai celana dalam putih yang bermotif jala masih melekat, bulu-bulu halus mengintip dari sela-sela jala. Dia menoleh dan menatap lurus kepada Yatta. Tatapan matanya sayu, dengan bibir yang merekah. Tubuhnya yang langsing dengan seluruh lekuk yang dipahat dengan sempurna, terlihat luar biasa indah di bawah cahaya lampu sorot.
Yatta terpukau, melihat sorot mata dan ekspresinya yang menantang. Setelah agak lama beradu mata, Lischa memanjat naik ke atas meja. Berbaring dalam posisi yang paling ia sukai. Bintang laut kata Tarok. Yatta ingat itu.
Yatta melemparkan jas ke atas sofa. Dia merasa seperti mekanik yang siap mempreteli mesin mobil. Dia naik ke atas panggung, dan seluruh tubuhnya langsung meradang saat melihat tubuh yang kerap muncul dalam mimpinya ini kembali membentang lebar.
Yatta berjalan mengelilingi meja, menarik tangan dan kaki Lischa, dan mengikatnya erat ke tali sutra yang menggelantung di gelang besi. Terakhir, lehernya. Satu demi satu, hingga tubuh Lischa kembali tak berdaya. Jari tangannya berkelana, menyentuh titik-titik yang membuat Lischa menggeliat dan mengejang.
Kadang Yatta bingung, apakah harus mengutuk atau berterima kasih kepada Tarok. Orang tua itu mencoba memata-matai Yatta dengan mengirim dua orang perempuan yang bertolak belakang. Yang sama-sama cantik luar biasa. Bersama Sarah, Yatta hanya perlu diam dan membiarkan dia menyelesaikan semuanya. Lischa sebaliknya, dia hanya diam pasrah dan membiarkan Yatta melakukan apapun yang dia mau.
Mata Lischa meredup, kelopak matanya setengah mengatup, dia mulai menjilat bibir dan napasnya mulai terdengar ketika tangan Yatta membasuh tubuhnya. Desahan dan erangannya mulai terdengar ketika seluruh tubuhnya dihujani ciuman. Jeritan kecil beberapa kali terdengar ketika Yatta membersihkan seluruh bagian tubuhnya dengan lidah. Ketika Yatta menyelesaikan pemanasannya, napas Lischa sudah tersengal.
Yatta memperhatikan wajah cantiknya yang mulai di bakar gairah. Lischa membalas pandangan matanya dengan tatapan yang lemah, setengah jiwanya masih timbul tenggelam di dalam lautan berahi.
"Hari ini, gue mau buat sampai elo jerit-jerit." Yatta berbisik di telinganya sambil memainkan lidah di belakang kuping. Lischa menggelinjang tak berdaya, desahannya semakin keras. Namun, sinar matanya tidak memperlihatkan rasa takut.
Yatta berjalan ke arah meja peralatan. Matanya langsung menangkap alat berwarna ungu yang pernah ia lihat berada di dalam tas Lischa. Dia kembali terheran-heran memperhatikan bentuknya yang terlihat seperti tangkai payung.
"Itu untuk masuk di dalam."
Suara Lischa terdengar di tengah deru napasnya yang tersengal. Yatta memutar kepala, dia melihat Lischa tersengal-sengal, namun sekarang matanya membesar melihat benda di tangan Yatta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hipno-tease (completed)
FantasyYatta adalah pria tamatan SMA yang nekat merantau ke Jakarta. Dia sendiri tidak mengerti, entah sejak kapan dia memiliki kemampuan yang bahkan belum ada namanya di mbah gugel. Dia baru menyadari kemampuannya ini sejak bekerja sebagai cleaning servi...