Bab 26

1.4K 30 0
                                        

"Dia datang setiap minggu, karena dia yang menginginkan. Aku pernah mengatakan kepada kamu bukan? Setiap hari minggu itu bukan aku yang sedang membuat hidup semakin hidup. Melainkan dia. Tapi sejujurnya, entah object atau slave, Lischa bukan satu-satunya yang seperti itu. Mereka semua sama, tidak sabar untuk menunggu tiga bulan. Mereka melakukan petualangan mereka sendiri, di luar dari acara yang kami adakan setiap tiga bulan. Dan mereka tidak perlu melakukannya di tempatku. Hanya Lischa yang datang ke tempatku setiap minggu, mungkin dia kesulitan untuk mendapatkan pasangan yang dapat mengerti dia, maka dia mencariku setiap minggu. Atau mungkin juga dia kesulitan mencari tempat yang ada meja silang seperti di tempatku. Entahlah, aku sendiri kurang mengerti." Tarok berhenti bicara untuk sesaat.

Tarok memperhatikan Yatta yang duduk termenung di seberang meja. Dia memberi waktu kepada Yatta untuk mengunyah kata-katanya. Piring di bawah hidungnya telah setengah kosong, tapi piring Yatta hampir tak tersentuh.

"Saranku, kalau ingin memberikan sesuatu untuk Lischa, jangan berikan sesuatu yang merupakan tanda terima kasih karena dia telah memuaskan kamu. Percayalah, dia tidak membutuhkan itu. Dia akan lebih menghargai kalau kau memberikan sebuah permainan baru atau tantangan baru, untuk petualangan yang akan datang. Sekedar kau tahu, uang iuran anggota tahunan kami sebagian besar adalah untuk slave dan object. Dibayarkan setiap kali mereka hadir pada acara tiga bulanan kami. Dan itu adalah jumlah yang sangat cukup untuk mereka. Dengan bayaran setiap tiga bulan itu saja, sebenarnya mereka tidak perlu bekerja, dan tetap bisa hidup enak." Tarok menyelesaikan piring makanannya, dan beralih ke gelas minumnya.

Yatta menarik napas panjang. Dia tidak berhenti menganggukkan kepala. Perasaannya sulit untuk dilukiskan. Masso-hype, object, slave, Lischa hanya salah satu, dan mereka ada acara setiap tiga bulan. Perlahan Yatta menghabiskan makanan di atas piringnya. Mulutnya hening, namun kepala dan hatinya bergemuruh.

Pembicaraan selanjutnya dari Tarok maupun Baron berlangsung hambar. Setidaknya, begitulah yang terasa oleh Yatta. Dia tidak terlalu menyimak pembicaraan selanjutnya. Pikirannya terlalu penuh untuk membungkus seluruh kata-kata Tarok, dan menyimpannya baik-baik di sudut pikiran yang aman. Yatta tahu, dia akan sangat banyak memikirkan kata-kata Tarok.

'Jangan berikan sesuatu yang berupa tanda terima kasih. Tapi berikan permainan baru untuk petualangan yang akan datang, dia akan lebih menghargai.'

Kata-kata Pak Tarok bergema di dalam kepalanya. Yatta menghela napas panjang. Ini sungguh gila. Dan sekarang, dia malah berpikir untuk membelikan sesuatu untuk pengkhianat sialan itu. Otoy benar. Dia sebentar lagi bisa gila.

Ketika mereka meninggalkan rumah makan itu, tanpa banyak bicara Yatta langsung berjalan menuju mobil. Setelah melambaikan tangan beberapa kali, dia meluncur meninggalkan Tarok dan Baron. Meninggalkan sebuah drama di belakang tubuhnya yang tidak ia ketahui.

Tarok dan Baron menatap mobil Yatta hingga menghilang ditelan pohon di pinggir jalan. Kemudian mereka berjalan masuk ke dalam mobil Tarok. Mereka duduk di bangku belakang. Supir yang duduk di belakang kemudi mulai menyalakan mesin mobil.

"Terus terang, dia terlihat biasa saja." Kata Baron.

"Tidak Baron. Dia memiliki sebuah kemampuan yang belum aku mengerti. Untuk sekarang ini, lebih baik dia dijadikan teman." Kata Tarok.

"Apapun kemampuan itu, dia tadi sama sekali tidak menunjukkannya. Terus terang saja, aku tadi agak bosan memperhatikan seluruh gerak geriknya yang cenderung diam. Tidak ada yang perlu diperhatikan." Kata Baron.

"Mungkin dia mengeluarkan kemampuannya hanya pada saat tertentu." Tarok bergumam.

"Sebetulnya kemampuan macam apa yang pernah ia tunjukkan kepadamu, hingga kau begitu memperhatikan dia?" Tanya Baron.

Tarok menarik napas panjang sambil melirik Baron. "Baik akan aku tunjukkan kepadamu." Tarok mengeluarkan sebuah tablet dan memilih sebuah cuplikan video. Dia memberikan tablet itu kepada Baron.

Baron memperhatikan cuplikan Video itu beberapa saat. Dia melihat Tarok berjalan keluar dari pintu lift, sambil merangkul Lischa yang nyaris telanjang, hanya tersisa selembar celana dalam yang melekat. Tidak lama kemudian Yatta menyusul keluar dari dalam lift. Cuplikan video yang hanya tujuh detik itu selesai di sana.

"Memangnya apa yang ingin kau tunjukkan di sini? Bahwa Yatta bisa diam saja saat melihat kau menelanjangi perempuan di dalam lift?" Tanya Baron sambil mengerutkan kening. Dia sama sekali tidak terkesan.

"Ini adalah cuplikan yang aku ambil dari cctv di depan lift. Yatta tidak tahu bahwa selalu ada kamera pengintai di setiap pintu lift." Terang Tarok.

"Lalu?" Baron mengangkat alis.

"Baron, aku bersumpah kepadamu. Aku dan Lischa hanya berdua di dalam lift. Sejak kami masuk ke dalam gedung perkantoranku, aku dan Lischa hanya berdua. Setidaknya, itulah yang aku dan Lischa yakini. Aku hampir mati karena sakit jantung ketika melihat cuplikan ini, ketika melihat ada orang ketiga di dalam lift itu. Dan itu adalah dia, Yatta."

Baron tercengang. Mulutnya menganga. "Tapi...tapi...Tarok. Itu mustahil. Cuplikan ini sangat jelas, dia mengiku..."

"Aku tahu pikiranmu. Tapi sekali lagi, aku bersumpah. Pikirkan ini Baron, seandainya aku dan Lischa tahu ada orang ketiga di dalam lift, mungkinkah aku begitu saja menelanjangi Lischa?"

Baron terbelalak. Bibirnya bergetar. "Apakah dia bisa menghilang? Tapi kalau dia bisa menghilang, mengapa bisa terekam cctv?" Baron bergumam seorang diri.

"Aku tidak tahu. Makanya aku bilang, orang ini memiliki sesuatu yang belum aku mengerti. Dia memiliki rekaman aku dan Lischa. Dan aku curiga, kalau-kalau dia juga memiliki rekaman anggota dan chief yang lain. Kau tahu apa akibatnya bukan? Jika dia memiliki rekaman anggota-anggota kita saat bersama slave atau object? Beberapa anggota kita adalah orang-orang yang bisa memutuskan mengenai perang. Bayangkan, jika dia membocorkan rekaman-rekaman orang penting di dalam Masso-hype kepada media massa. Kau, aku, dan chief yang lain, kita semua akan menjadi yang paling diburu oleh para anggota. Kalau sudah seperti itu, kau kira kau bisa lolos?"

Baron meneguk ludah. Matanya mengedip berulang kali dengan napas memburu. Degup jantungnya tidak teratur. "Kalau begitu, mengapa tidak kau lenyapkan?"

Tarok menarik napas panjang. "Sebenarnya pernah kucoba. Tapi gagal. Setelah itu aku mulai berpikir, seandainya dia benar-benar bisa menjadi teman, akan sangat baik untuk kita. Tapi sebelum itu, aku harus tahu dulu, apa yang sesungguhnya dia lakukan hingga aku dan Lischa tidak menyadari keberadaannya."

Baron manggut-manggut. "Apakah kau punya rencana?"

"Ya. Dia sepertinya terobsesi kepada Lischa. Aku menyuruh Lischa untuk mengawasinya saat di kantor. Tapi sepertinya Lischa tidak akan mendapatkan apa-apa. Yatta sudah tahu hubunganku dengan Lischa, dia tentunya sudah lebih hati-hati terhadap Lischa. Tapi aku sudah mengatur seseorang untuk mengawasi saat dia tidak berada di kantor." Tarok mencondongkan kepalanya mendekati supir. "Rancho, kau sudah atur yang aku suruh?"

"Sudah. Aku sudah menyiapkan Sarah. Aku rasa Sarah akan cocok untuk menarik perhatian Yatta. Dia adalah salah satu perempuan yang paling diinginkan di dalam perkumpulan kita." Kata Rancho dari balik kemudi.

"Ya, bagus. Sarah seharusnya bisa menarik perhatian Yatta. Tapi bagaimana cara mempertemukan mereka?" Tarok menggaruk dagu sambil mengerutkan kening.

"Aku punya ide Pak Tarok." Kata Rancho. Dia beradu mata dengan Tarok melalui kaca tengah di atasnya.

"Katakanlah."

"Pak Yatta sedang melebarkan bisnis Kafenya. Dan dia membutuhkan banyak pelayan yang berpenampilan menarik. Bagaimana kalau kita menempatkan Sarah sebagai salah satu pelamar? Dari yang aku dengar, yang melakukan wawancara selalu Pak Yatta sendiri."

Senyum di wajah Tarok merekah. "Bagus. Sangat bagus. Ini malah akan memberikan Sarah banyak kesempatan untuk mendekatinya. Lakukan seperti itu saja."

Hipno-tease (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang