Yatta terkantuk-kantuk menunggu di dalam restoran. Sesekali dia melirik jarum jam di pergelangan tangan. Baru sepuluh menit dia duduk di sana, tapi rasanya sudah seabad dia menunggu. Dalam sepuluh menit, sudah tak terhitung banyaknya dia memutar kepala ke arah pintu masuk restoran. Rancho seharus sudah datang. Entah apa yang membuat orang itu terlambat.
Pintu masuk restoran kembali terbuka lebar, turbulensi angin yang dihasilkan oleh daun pintu berhasil menyegarkan mata Yatta yang nyaris mengatup.
Dia melirik ke arah pintu. Kali ini benar, orang yang dia tunggu telah datang. Sesuai dengan dugaan Yatta, tidak akan ada orang yang memperhatikan meja pojok yang nyaris sejajar dengan pintu masuk.
Rancho langsung berjalan masuk mencari nomor meja, sesuai dengan janjinya kepada Sarah. Dia tentu saja tidak akan bertemu dengan Sarah. Semua itu hanya skenario yang diatur oleh Yatta. Dia hanya menyuruh Sarah untuk membuat janji dengan Rancho, bahwa ada sesuatu yang penting untuk dibicarakan. Setelah itu dia memerintahkan Sarah untuk pulang ke rumah dan melupakan bahwa dia pernah menelepon Rancho.
Yatta berdiri, dari jauh dia melihat Rancho berbicara dengan seorang pelayan. Mungkin dia menanyakan mengenai seorang perempuan yang seharusnya sudah duduk menunggu dia. Tapi tentu saja, Sarah tidak akan pernah datang. Perempuan itu bahkan tidak akan ingat pernah menelepon Rancho.
Setelah pelayan itu pergi, Yatta bergerak mendekati Racho dari arah punggungnya. Sampai tepat di belakang Rancho, Yatta menepuk bahunya.
"Lo ganteng."
Mata Rancho langsung berkabut. "Lo mau apa?"
Yatta tersenyum. Dia memutari meja dan duduk di hadapan Rancho. "Lo datang ke sini sama siapa?"
"Sendirian."
"Lo ganteng. Ada orang lain yang tahu ngga, bahwa lu datang ke sini?" Mata Yatta menyapu seluruh restoran. Pengunjung lain yang terdekat berada tiga meja dari tempat mereka duduk. Pandangan matanya lapang tanpa hambatan, hanya berhenti pada dinding yang menjadi batas bangunan. Restoran ini sunyi, terutama karena Yatta sengaja memilih jam pertemuan yang di luar jam makan.
"Gak ada." Jawab Rancho datar.
Sempurna! Yatta berseru dalam hati.
"Lo ganteng. Apaan saja yang Pak Tarok ingin tahu dari Yatta?" Dari tanya jawab antara dia dengan Sarah dan Lischa, Yatta tahu bahwa Rancho adalah salah satu orang kepercayaan Tarok. Yatta yakin, Rancho pasti tahu jauh lebih banyak daripada kedua perempuan itu.
"Dua hal. Yang pertama, Pak Tarok ingin tahu, apa kemampuan Yatta? Yang kedua, Pak Tarok ingin tahu apakah Yatta memiliki rekaman video lain yang berhubungan dengan anggota-anggota Masso-hype."
Yatta melongo. Dia sudah mendengar yang kedua dari mulut Lischa. Tapi, yang pertama tadi agak mengejutkan di telinga Yatta. "Kenapa Pak Tarok ingin tahu kemampuan Yatta?"
"Karena Pak Tarok bingung, dia tidak menyadari bahwa Yatta ada di dalam lift bersama dia dan Lischa. Padahal saat melihat rekaman video, Yatta berada persis di belakangnya." Kata Rancho dengan datar.
Yatta tertegun. Dia langsung teringat ketika pertama kali dia memergoki Lischa dan Tarok. Begitu rupanya. Kabut tebal yang selama ini menyelimuti pikirannya mulai terkuak.
"Lo ganteng. Ruangan yang ada meja silang, di sana ada kamera perekam tidak?" Yatta dapat menduga jawabannya.
"Ada."
"Ada rekaman Lischa?"
"Banyak."
Yatta termenung mendengar jawaban itu. Ada perasaan getir di dalam hatinya, yang menyusup masuk tanpa tertahankan. "Ada rekaman Yatta?"
"Ada."
Senyum sinis merekah di bibir Yatta. Percakapan mereka terhenti saat pelayan datang menanyakan pesanan. Yatta asal-asalan menunjuk beberapa menu, bahkan tanpa mengerti benda apa itu yang ia tunjuk. Bagi dia, yang penting pelayan itu pergi secepatnya meninggalkan mereka. Pandangan mata dan pikirannya sedang menuju arah yang berbeda.
"Lo ganteng. Ada di mana rekaman-rekaman itu?" Yatta melanjutkan obrolan.
"Di tangan Pak Tarok."
"Kau tahu tempatnya?"
"Tidak."
Yatta menguras seluruh daya ingatnya. Berusaha menyambung seluruh informasi yang ia terima, dan menguraikan benang kusut di dalam kepala. Masih banyak hal yang menjadi pertanyaan di dalam kepalanya. Dia masih berada di dalam terowongan gelap, tapi dinding terowongan itu mulai merekah, dan cahaya terang mulai menyusup masuk. Dan dia tidak lagi meraba-raba dalam gelap.
"Lo ganteng. Yang menyuruh Lischa meletakkan kantong plastik berisi narkoba itu, Tarok bukan?"
"Mengenai itu tidak tahu."
Yatta termenung. Kegelapan kembali menyelimuti. Mungkin seharusnya dari dulu dia menanyakan kepada si pengkhianat itu. Karena sekarang ada sebuah dugaan yang menggelitik benaknya.
"Lo ganteng. Kalau Tarok sudah mengetahui kemampuan Yatta, apa yang akan dia lakukan?"
"Tergantung apa kemampuannya. Kalau terlalu membahayakan, akan disingkirkan. Dan juga tergantung sikapnya, kalau dia tidak bisa dianggap teman, juga akan disingkirkan."
"Lo ganteng. Kalau Yatta benar-benar memiliki rekaman lain dari para anggota Masso-hype, apa yang akan Tarok lakukan?"
"Menyingkirkan Yatta sebelum rekaman para anggota menyebar."
Yatta menarik napas panjang. Bulu-bulu halus di punggung tangannya menegak. Hanya dalam waktu yang singkat, dia telah berulang kali menerima ancaman pembunuhan. Dan gilanya lagi, orang yang mengatakan itu sama sekali tidak berniat mengancam. Perkumpulan macam apa ini? Begitu mudahnya bicara mengenai menghilangkan nyawa orang lain.
Tiba-tiba dia teringat kepada Sarah, yang ia dudukkan di dalam Kafe Semok. Di sana ada Otoy, dan kawan-kawannya. Wajah imut dan tubuh montoknya dapat dengan mudah menyeret para lelaki menyeberangi lautan pedang untuk mendapatkannya. Mereka semua bisa ikut terseret, jika suatu saat Tarok memutuskan bahwa teman-temannya juga perlu di awasi. Tiba-tiba saja Yatta merasa hidupnya dikepung masalah.
'Demi kebaikanmu sendiri, sebaiknya kau menjaga agar rekamanmu itu tidak menjadi konsumsi publik. Atau kau akan merasa seluruh dunia memusuhimu.' Yatta teringat kata-kata Tarok saat mereka pertama kali bertemu di dalam rumah makan. Orang tua itu serius dengan ucapannya. Dia benar-benar dapat melakukan yang ia ucapkan.
"Lo ganteng. Para anggota Masso-hype itu, mereka orang-orang macam apa?"
"Beragam. Ada konglomerat, polisi dan tentara berpangkat jenderal, petinggi parpol, pengacara ternama, hingga pejabat tinggi sekelas menteri."
Yatta meneguk ludah. Apalah arti nyawa seorang Yatta dibandingkan semua yang diucapkan oleh Rancho.
"Apakah Tarok memiliki rekaman mereka semua?"
"Ya."
Yatta tersenyum. Ini bisa menyebabkan negara rusuh. "Lo ganteng. Mengapa Lischa dan Sarah mau disuruh memata-matai aku?"
"Karena mereka tahu, Tarok memiliki seluruh rekaman mereka. Melawan Tarok, berarti mereka menanggung resiko melihat diri mereka sendiri di film-film porno. Mematuhi Tarok berarti mereka mengamankan diri dari resiko itu, sekaligus menjaga agar pendapatan mereka tetap mengalir ke dalam tabungan."
Yatta manggut-manggut. Sekarang semuanya terasa masuk akal. Orang-orang seperti Lischa dan Sarah, mereka selalu berada di persimpangan jalan yang mengharuskan mereka memilih antara mencelakakan diri sendiri atau orang lain.
Yatta merasa untuk saat ini, sudah cukup jelas baginya. Yang dia perlukan adalah berpikir dengan tenang untuk mengatur langkah-langkah selanjutnya. "Lo ganteng. Sekarang lo boleh pulang, dan lupakan bahwa Sarah pernah menelepon elo."
![](https://img.wattpad.com/cover/263132147-288-k373711.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hipno-tease (completed)
FantasíaYatta adalah pria tamatan SMA yang nekat merantau ke Jakarta. Dia sendiri tidak mengerti, entah sejak kapan dia memiliki kemampuan yang bahkan belum ada namanya di mbah gugel. Dia baru menyadari kemampuannya ini sejak bekerja sebagai cleaning servi...