Bab 11

33.7K 2K 17
                                    

Typo bertebaran!!

              Happy reading ☺️

Rena memutar matanya malas saat melihat Luna masih bertingkah lebay. Bukan karena drakor tapi karena dia kehilangan botol air kesayangannya.

"Padahal  masih gue pake,Lo yakin gak tau re?"

"Ampun deh lun,Lo udah nanyain itu berulang kali. Gue beneran gak tau botol Lo dimana." Jawab Rena malas.

"Tapi kan Lo tau re itu botol kesayangan gue."

"Jadi gue harus gimana Luna sayaaang!!!" Rena sudah jengah melihat Luna yang merengek terus sedari tadi.

"Bantuin gue cari ya...please!!!" Luna sampai memohon,hanya karena botol minum satu.

"Lo kan punya banyak botol lun, ikhlasin aja napa sih satu juga."

"Tapi itu botol kesayangan gue re."

"Ayolah re,bantuin gue cari!" Luna sampai harus menggunakan puppy eyes untuk merayu Luna.

"Yalah... Ok!" Ucap Rena akhirnya menyerah. Mana sanggup dia menolak kalo Luna menggunakan jurus andalannya.

"Jadi kita mesti kemana sekarang lun?"

"Sekitaran kampus udah gue cari,tapi gak ada. Malahan gue nanya lagi sama anak kampus,tapi gak ada yang lihat." Ujarnya.

Mereka terlihat berpikir,kemana tempat yang akhir-akhir ini sering mereka kunjungi.

"Cafe!!" Ujar mereka serempak.

Luna dan Rena langsung menuju kesana. Mereka mencari meja yang kemarin sempat mereka duduki. Tapi tak terlihat ada botol minumnya disana.

Rena memutuskan untuk menanyakan pada kasir yang sedang duduk sendiri.

"Mbak!!" Panggilnya.

"Ya?"

"Kemarin ada jumpa botol minum gak di meja itu." Tunjuk Rena pada meja yang diduduki Luna.

"Kayaknya gak ada deh,tapi sebentar saya tanya dulu sama pelayan yang didalam." Mbak kasir pun pergi menanyakan pada teman-temannya. Tapi tak ada yang tertinggal botol katanya.

"Maaf mbak,temen saya bilang gak ada yang nemuin botol." Ucap sang kasir.

"Gak ada ya!! ya udah mbak. Makasih yah udah bantuin nyari."

"Sama-sama mbak." Jawab mbak kasir tersenyum ramah.

Rena pun kembali menghampiri Luna.

"Gimana?" Tanya Luna berharap.

"Gak ada yang liat." Jawab Rena menggelengkan kepalanya.

"Atau jangan-jangan botolnya di bawa pak Alan. Kan kemarin gue duluan pulang,jadi gak ada yang ingatin lo buat ngambil tu botol." Ucap Rena lagi.

"Bisa jadi! tapi, gue gak berani buat ketemu pak Alan." Ucap Luna ragu.

"Loh emangnya kenapa? Cuma tanyain botol aja."

"Sebenarnya kemarin itu,gue ninggalin pak Alan sendiri di cafe. Gak lama setelah Lo pulang." Ucap Luna mengingat kelakuannya yang tidak sopan.

Rena menepuk jidatnya pusing.

"Lo ya lun,cari masalah aja sama pak Alan." Rena lemas mendengar penuturan Luna.

"Tapi lun,gue ngeliat gelagat aneh sama pak Alan." Beo sang sahabat.

"Maksud lo?"

"Kayaknya pak Alan ada rasa deh sama lo." Tebak Rena walau ada rasa ragu.

"Maksud lo pak Alan suka sama gue?" Luna menunjuk dirinya sendiri.

Dosen Tampanku (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang