52

29.3K 1.2K 31
                                        






Hai-hai karena masih dalam suasana lebaran, author mau ngucapin selamat hari raya idul adha buat kalian semua yang beragam Islam!!!🙏🙏






       Awas typo bertebaran,






                 Happy reading ☺️








Alan sudah menjelaskan pada Luna tentang kejadian tadi.ia hanya berniat mengobati Luna,bukan mau berbuat yang tidak-tidak seperti yang terbayang di kepala cantiknya.

Tapi Luna masih juga menatapnya tajam,seakan dirinya tersangka yang telah melakukan pelecehan.Ayolah padahal mereka sudah sah menjadi suami istri,mau melakukan yang lebih dari itu juga gak dosa, malahan bisa berpahala.

"Udah dong,lihatnya gitu banget sih.aku cuma olesin obat aja gak lebih," tutur Alan entah yang keberapa kalinya.

"Kenapa gak nunggu aku bangun? biar aku bisa taru sendiri obatnya!" Ujar Luna setengah kesal.

"Harus di obati terus Luna,gak baik nunda-nunda entar tambah parah!" Jelas Alan yang sudah agak lelah berdebat dengan Luna.

Alan menarik nafas lelah karena Luna masih menatap kesal dirinya. Alan menghampiri Luna dan duduk disebelahnya.luna menoleh sedikit untuk melihat wajah bersalah suaminya.

Sebenarnya tak ada yang salah dengan tindakan suaminya,luna hanya malu,tapi tak tau bagaimana untuk mengungkapkannya.

"Maaf.." ucap mereka serempak. Alan tak percaya Luna akhirnya mengatakan kata ajaib itu.

"Sebenarnya tadi aku kesal karena tidurku terganggu." Luna menundukkan wajahnya merasa bersalah telah berbicara kasar pada suaminya.

"Maafin aku yang udah ganggu tidur nyenyak kamu,"

"Tapi percayalah aku hanya ingin kamu cepat sembuh." Tutur Alan lembut lalu membawa Luna kedalam pelukannya dengan pelan takut Luna kesakitan lagi.

****

Tiga hari setelah kejadian itu,Luna sudah benar-benar sembuh bahkan sekarang dia sudah masuk magang lagi setelah dua hari libur karena sakit.

Luna sedang istirahat bersama Rena mereka lebih memilih untuk makan di cafe dekat kantor daripada di kantin.kenapa bisa begitu? Karena banyak karyawan yang sirik sama mereka berdua.pusing deh,udah tua masih aja rempong.

"What!!" Pekikan Rena terdengar saat Luna menjawab pertanyaan Rena tentang malam pertamanya.

"Berisik banget sih Lo,nyesel gue ngasih tau lo." Luna memajukan bibirnya kesal dengan pekikan Rena.

"Ups... sorry," Rena tersenyum tak enak apalagi ada beberapa orang yang menoleh ke arah mereka.

"Jadi kalian udah..." Rena tak melanjutkan ucapannya tapi dia membuat dua moncong dari kedua tangannya lalu di gerak-gerakkan.

"Iya udah," lirih Luna pelan karena malu.

"Udah ah,jangan bahas itu lagi." Lanjutnya menutup wajah dengan kedua tangannya.

"Re,lo jadian lagi dengan pak bos brengsek itu!!" Tebak Luna karena tadi saat dia masuk kantor banyak karyawan yang membicarakan Rena dan Rendra.

"Eh i..tu....gak kok," jawab Rena gugup.

"Kok lo gugup gitu sih,apa ada yang gue gak tau selama gue libur kemarin?" Selidik Luna.

"Enggak kok, beneran,"

"Entar balik ngemall dulu yuk," Rena mengalihkan pembicaraan yang sempat tegang tadi.

"Boleh, tapi gue izin suami gue dulu ya." Oceh Luna.

Dosen Tampanku (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang