Bab 9

34.1K 2K 31
                                    

Update lagi ni dosen tampanku,tolong coment nya ya readers biar author tambah semangat nulisnya!!

Typo bertebaran!!


Happy reading ☺️



"Sayang"!!!

Luna dan Rena tidak bisa untuk tidak terkejut mendengar perkataan dosennya.

"Bapak sayang sama Luna??" Tanya Rena tak kalah kaget.

"Iya,memang ada yang salah kalo seorang dosen sayang sama mahasiswi nya." Jawab Alan dengan nada biasa.

"Sayang karena cinta?" Tanya Rena lagi tanpa melihat Luna yang wajahnya sudah seperti kepiting rebus.

Alan tak menjawab,dia lebih memilih melihat Aluna dengan intens.

"Jadi Aluna Safitri,apa kamu tidak ingin meminta maaf karena sudah mengumpat dan memaki saya kemarin?" Tanya Alan serius.

"Ya untuk itu dan tidak untuk drakor saya yang sudah bapak hapus." Jawab Luna yang warna wajahnya sudah kembali normal.

"Okay,Rena kamu bisa aman karena akan tetap lulus tahun ini. Tapi sepertinya teman kamu masih harus berurusan dengan saya." Ucap Alan seraya melihat jam tangan mahalnya.

Luna menatap Alan tak percaya, bisa-bisanya pak Alan bersikap tak adil seperti itu.

"Sampai kapan pak?" Tanya Rena meringis mengingat nasib sahabatnya.

"Maksud kamu?"tanya Alan tak mengerti.

"Maksud saya sampai kapan Luna berurusan sama bapak?"

"Seumur hidupnya,mungkin." Jawab Alan santai.

"Waah!! Ini bener-bener gak adil,disini saya seperti terpojok sendiri." Ucap Luna meminum lagi air dalam botolnya.

Tapi Alan tak perduli,dia pun menyuruh Rena pulang,karena urusannya telah selesai.

"Sorry Lun," ucapnya tak enak saat pamit pada Luna.

"Wah!! Lo tega sama gue re, setelah gue nemenin lo, sekarang Lo mau ninggalin gue. Bener-bener gak setia kawan lo." Ujar Luna tak percaya Rena tega ninggalin dia sendiri.

Rena langsung pergi apalagi melihat wajah datar Alan, yang seakan menyuruhnya untuk pergi secepatnya.

Alan masih ditempatnya, memperhatikan wajah cantik luna. Bukan ia tak tau kalau Luna adalah salah satu gadis incaran mahasiswa di kampus tempatnya mengajar.

Sering saat dia berjalan melewati mereka,Alan mendengar nama Luna disebut. Semua yang ada pada Luna sangat sempurna di mata Alan dan ia ingin segera memiliki gadis itu.

Tak jarang Alan berdoa di sepertiga malam supaya Luna yang menjadi jodohnya.

Setelah sekian lama terdiam,Luna membuka suaranya.

"Karena Rena sudah pulang,jadi sekarang giliran saya yang mau undur diri. Saya tidak punya banyak waktu untuk menemani bapak." Ujar Luna masih dengan tatapan tajamnya.

"Begitukah? Setelah saya memberi kamu setengah porsi makanan saya kamu masih bisa berkata seperti itu." Alan membalas ucapan Luna.

"Saya tidak meminta,tapi bapak yang memberikan." Tegas Luna dengan sedikit senyum ejekan.

"Setidaknya bersikaplah sedikit lebih manis pada dosen kamu. Apalagi secara tidak langsung kita sudah berciuman." Ucap Alan frontal yang membuat wajah Luna merah seketika.

"Itu karena gak ada sendok lain!" Bantah Luna.

"Paling tidak kamu bisa membersihkannya dengan tisu." Alan mulai menggoda Luna.

Dosen Tampanku (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang