Bab 51

25.8K 1.1K 55
                                    








Lagi pengen up lagi ni, Alhamdulillah comentnya ada perubahan, terimakasih buat kamu yang udah baca cerita ini.

Part ini author dedikasikan buat yang udah vote n coment di cerita aku,makin banyak coment makin cepat author update, terimakasih 🙏🙏

        Maaf typo bertebaran,




            Happy reading ☺️





Alan dengan takut-takut menjelaskan keadaan Luna pada kedua orangtua mereka.sedang Lina dan Ariana menatap tak percaya pada kedua bocah dewasa di depan mereka.

"Hahahaha.." Lina mulai tertawa dan menular ke mama Ariana.mereka berdua kompak tertawa sampai air matanya keluar.

"Kok ketawa sih ma,lihat dulu lunanya dari tadi nangis nahan sakit."
Ucap Alan dengan wajah datarnya.

"Habisnya kalian lucu,"

"Ya ampun Lan ternyata kamu lebih parah dari papa kamu," komentar Ariana yang sudah berhenti tertawa.

"Bener-bener kalian!! kayaknya kita salah Lin nikahin mereka berdua."lanjut Ariana masih tertawa.

"Heemm,"  mama Herlina menganggukkan kepalanya tak bisa bersuara karena masih tertawa.

"Sama-sama bego!!" Seru keduanya kompak.

Alan dan Luna membulatkan matanya mendengar kedua orang tua itu mengejek mereka.

"Mama!!" Seru Alan dengan wajah datarnya.

"Lemes bener mulutnya ma!" Sambung Luna.

"CK,ck,itu mulut kayak gak di sekolahin sama Oma dulu," balas Luna sinis karena Lina belum juga berhenti tertawa.

"Yeey... siapa bilang gak di sekolahin?"

"Aku," Luna tersenyum mengejek.

"Yang ada kamu tu sekolah gak bener,sakit di jebol aja buat khawatir semua orang!"

"Dih mulutnya kok tambah pedes ya kayak bon cabe," nyinyir Luna lagi.

"Lun!!" Tegur Alan membuat Luna langsung kincep seketika.

Lina terkekeh lagi mendengar Alan menegur Luna.

"Udah ada pawang toh,"ejek Lina.

"Pawang,pawang, emangnya mas Alan pawang ular apa,"

"Iya ularnya itu kan kamu," lina tambah membuat Luna kesal.

"Mama tu yang u..."

"Lun!!" Alan memotong omongan Luna dan menatapnya tajam.

Sedang Ariana hanya tersenyum melihat kedua orang beda generasi itu bersilat lidah.

"Masih sakit sayang?" Ariana memandang Luna lembut.

"Masih ma,Luna gak bisa gerak, kalo gerak langsung perih," ringis Luna menahan sakit.

"Lan,keluar gih ke apotek,beli salep buat Luna."

"Nanti mama wa nama salapnya." Sambung Ariana lagi.

Alan berdiri menatap Luna sendu.dia pun keluar dari kamar setelah berpamitan, langsung menuju apotek.

Sementara itu kedua mama itu sibuk bertanya lagi pada Luna.

"Gimana Alan hot gak semalam?"

"Berapa Ronde semalam kok bisa sakit kek gini?"

Dosen Tampanku (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang