Bab 22

29.2K 1.4K 12
                                    






Typo bertebaran!!





Happy reading ☺️







Setelah selesai makan malam,Malik,Lina dan Luna pun pulang. Mereka tak enak kalau terlalu lama disana, apalagi Luna sudah sempat bermalam disana.

Setelah sedikit perdebatan, akhirnya pernikahan Luna dan Alan akan dilaksanakan satu bulan dari sekarang.

Alan terlihat bahagia sekali berbeda dengan Luna yang menurutnya ini terlalu cepat. Luna ingin lebih mengenal Alan, takutnya nanti Alan akan berpotensi menyakiti hatinya, karena banyak yang bilang kalo menikah dengan orang tampan harus siap makan hati. Luna tak mau itu terjadi apalagi makan hati ayam dia tak suka itu.

Malik sedari tadi memperhatikan anaknya dari sejak keluar rumah keluarga Dimitri Luna hanya diam tak banyak bicara.

"Luna, kenapa melamun?"

Luna menatap papanya tersenyum,"gak papa kok pah."

"Apa ada yang membuat kamu resah?" Tanya Malik dengan tatapan menyelidik.

"Luna hanya takut kalo Alan nanti nyakitin Luna." Jawabnya ragu.

"Gak akan,papa pastikan itu!!" Ucap Malik tegas.

"Lagian papa dan Bryan udah lama kenal, Bryan orang yang baik. Jadi Alan pasti gak jauh beda dengan Bryan karena mereka ayah dan anak."

"Iya pa,mama juga suka ngobrol sama Ariana. Cocok deh kalo jadi besan klop." Sambung Lina dengan menyatukan jari telunjuknya dengan jempol.

" Mama malah gak nyangka Alan bisa kepincut sama kamu." Lanjut Lina.

"Ya iyalah kepincut orang Luna nya cantik gini." Ucap Luna pede,dan mengibaskan rambutnya.

"Aish...ni anak pede banget,anak siapa sih pa?"

"Anaknya mama." Jawab Malik santai.

"Bukan!! Perasaan mama dulu gak narsis gitu deh." Goda Lina.

"Dih, gak mau ngaku. Ya udah deh aku anaknya papa aja!"

"Itu baru betul." Ujar Lina tertawa senang karena berhasil menggoda anaknya.

"Betul,betul,betul!" Malik pun tak mau kalah,dia menirukan kata pamungkas serial Upin dan ipin.

Luna tertawa begitupun Lina mereka tak menyangka Malik yang notabennya seorang kepala dinas yang sibuk sempat menonton kartun dari Malaysia tersebut.

***

"Dari tadi senyum-senyum aja lan,gak takut nanti kesambet setan." Vino sedari tadi melihat Alan tersenyum sendiri jadi ngeri.

"Gak usah muna,Lo pasti pernah ngerasain juga saat ada di posisi gue."

"Eh anjir,dulu siapa coba yang ngeledek gue, bilang gue kayak orang gila senyum-senyum sendiri." Ucap Vino sinis melihat Alan yang seperti mengingat masa lalu.

Alan tersenyum tipis,dia mengingatnya.saat itu Alan mengatainya orang gila karena tersenyum sendiri, sampai kak vino kesal.

Dan kini dia berada di posisi itu,dan dia juga merasa kesal karena di ejek oleh kakaknya.

"Loh mau kemana?" Vino melihat Alan hendak masuk ke kamarnya.

"Baperan banget sih baru juga di ledek,udah mau ngilang aja." Protes vino yang belum puas menjahili Alan.

Alan tak menjawab,ia hanya melambaikan tangan sambil terus berjalan menuju kamarnya.

"Loh Lan,mau kemana?"

"Mau kabur dia pa,baru aja di ledekin dikit dah kabur."

"Yahhh, padahal papa mau ngomong bentar sama kamu Lan." Alan menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan Bryan.

"Ngomong apa pa?" Tanya Alan yang sudah berbalik badan hendak kembali ke tempatnya tadi.

"Ngomongin kamu laa, sekarang kan giliran kita yang nyinyirin kamu Lan." Ucap Bryan sambil menaik turunkan alisnya dan tersenyum mengejek.

Vino tertawa puas melihat Alan seperti sudah menampakkan taringnya. Bryan pun tak mau kalah untuk menjahili anak bontotnya itu. Mereka berdua tertawa heboh.

Sedangkan Alan sendiri menatap jengkel pada keduanya. Papanya memang luar biasa,dia kira memang ada hal penting yang mau di bicarakan. Eh taunya malah mereka kompak ingin menjahilinya.

"Maaa!! Papa kemarin habis transfer duit beli mobil baru lagi!!!" Teriak Alan saat melihat mama dan Irene sedang mendekat kearahnya.

"Beneran pa!!" Mata Ariana mendelik tajam melihat kelakuan suaminya yang tak pernah absen mengoleksi mobil sport terbaru.

Bryan gelagapan melihat mata istrinya yang seperti siap menguliti dirinya. "Gak kok,Alan bohong tuh ma." Jawab Bryan sambil melototin Alan yang sedang membalas kelakuannya.

Bryan juga melihat kearah Vino untuk meminta bantuannya,tapi anak sulungnya itu malah meringis tak enak karena tak bisa membantu. Vino memang tak bisa di andalkan. Jadilah Bryan menerima nasib di ceramahi istri cantiknya.

Masih belum mau berhenti balas dendam, Alan menatap Irene sambil berkata." Mbak tau siapa yang rusakin tas Gucci mbak Irene?"

Irene menggeleng pertanda tak tau. Vino terkejut mendengar ucapan Alan,dia menatap Alan memohon supaya tak membocorkan rahasianya. Tapi terlambat,Alan sudah tersenyum mengejek ke arahnya.

"Tuh orangnya," ucap Alan dengan santai matanya terarah ke Vino yang sudah cengengesan meminta maaf pada istrinya.

Setelah puas membalas kelakuan vino dan papanya,Alan melenggang pergi meninggalkan keduanya yang sudah mendapatkan siraman rohani istri tercintanya.

"ALANNNNNNN!!!!!!" Teriak keduanya.

***

Saat ini Alan sedang berbicara serius dengan orang kepercayaan nya di kampus,dia ingin mengecek kejadian sebenarnya yang terjadi beberapa hari yang lalu dikampus.

Alan ingin tau, siapa yang berani menyakiti gadisnya. Dia tidak akan mengampuni siapapun orang itu.
Sebenarnya Alan ingin bertanya pada Luna, tapi ia takut kalau Luna akan mengingat hal buruk itu lagi.

Jadi lebih baik dia sendiri yang mencari tau.sekarang Alan sedang memperhatikan rekaman cctv dengan serius.

"Itu pak!! sepertinya mahasiswi disini."

Disana terlihat tiga orang perempuan yang sedang membully Luna,dua orang memegang tangan kanan dan kiri luna. Dan seorang lagi terlihat seperti memantau keadaan di sekitarnya.

"Cari tau tentang mereka semua dan bawa mereka kehadapan saya hari ini juga!" Alan berucap dingin dengan wajah menahan amarahnya.






Jangan lupa vote n coment,




Trims 😘

Dosen Tampanku (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang